Tampilkan postingan dengan label santai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label santai. Tampilkan semua postingan
![]() |
Sumber |
Baiklah tidak usah banyak fafifu seperti gebetan yang manis di janji tapi minus di pertanggungjawaban. Sebelumnya, sesi menulis lagu akan hadir di beberapa judul, kenapa? Karena ini sesi menulis lagu, bukan naskah proklamasi jadinya ya banyak kontennya sehingga menurut akal sehat gue tidak akan selesai dalam satu judul.
Untuk memulai cerita ini so pasti bung minimal harus sanggup bermain gitar atau piano, pastikan juga suara bung tidak fals-fals banget. Ini syarat mutlak, kalau tidak bisa bermain alat musik dan suaranya fals mulu mending segera training menjadi peternak bison aja, prospek bagus gan.
Menurut gue lagu yang bagus adalah lagu yang menyampaikan pesan dan emosinya dengan baik ke pendengar karena memang lagu diciptakan untuk menyampaikan pesan, bedanya apa dengan menulis? Dalam lagu, emosi lebih terasa karna dibungkus pesan dibungkus dengan nada, bukan dengan tulisan. Begitu. Sepertinya. Hehe.
Nah berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa lagu yang bagus tersusun atas lirik dan emosi yang pas. Untuk lirik, jangan terlalu banyak kiasan dan diksi bagus tapi minim akan makna. Sedangkan untuk emosi ya musiknya itu sendiri.
Sesi #1 gue akan bercerita bagaimana cara gue menulis lirik selama ini karena memang selama ini tahap awal gue membuat lagu adalah dengan menulis lirik terlebih dahulu kemudian mencari progresi chord, lalu mengawinkan lirik dan chord yang sudah ada hingga beranaklah mereka menjadi sebuah nada-nada vokal yang menggemaskan, kemudian nada-nada vokal tersebut ditumbuh-kembangkan dengan diberi nama, pakaian melodi, dan diberi makanan instrumen-instrumen yang lain.
Menulis lirik tak jauh-jauh dari kegiatan menulis pada umumnya karena memang lirik itu tulisan, gemana seh ketiak zebra... kalau bung/nona suka menulis puisi tentu sesi ini akan mudah. Hal paling utama dan pertama yang dilakukan adalah menentukan pesan apa yang akan disampaikan. Apakah tentang bencana alam, sekolah, religi, kebun binatang, atau apapun.
Sebagai sekte pendukung Bondan Prakoso, Efek Rumah Kaca dan Barasuara gue tentu menyarankan untuk tidak menulis lagu yang cinta melulu, ada banyak bab yang bisa kita bahas. Cinta terkesan membosankan dan mainstream untuk dibahas. Tapi semua terserah padamu, aku begini adanya. ~
Ada beberapa tips dari gue apabila bung telah menemukan bahasan yang akan dibawakan:
- Menulislah sambil merasakan setiap jengkal kondisi di lirik itu. Kalau bung menulis lirik tentang penggembala ya tulis seakan bung memahami betul bagaimana jancuknya menjadi penggembala, harus ke sawah setiap hari untuk memotong rumput, memberi makan ternak, kepanasan, kelelahan, ditambah ternak yang susah diatur dan egois. Bayangkan, rasakan peluh dan tiap umpatan yang bung teriakkan setiap binatang ternak lari seenaknya!!!
- Berceritalah. Lirik yang baik adalah lirik yang bercerita. Syarat suatu tulisan dikatakan bercerita adalah urut. Jadi usahakan bung menulis lirik memang nyambung satu kalimat/satu bagian dengan yang lain. Sudah paham, onta?
- Gunakan diksi yang bagus. Awal penulisan ya tulislah cerita yang apa adanya, yang penting nyambung, setelah selesai satu paket lirik dan ceritanya bagus... Kemudian koreksi tiap kata yang ada, gunakan kata ganti yang lebih baik untuk didengar misalnya cerita kasar berbunyi:
Aku mengirimkan pesan untukmu
Pesan tersebut akan kamu terima
diubah menjadi
satu pesan untuk kau diantarkan lewat langit
terhempas seanggun mungkin lalu menggenggammu
- Setelah mengganti kata-kata yang ada dalam paket lirik, cobalah untuk membaca dari awal... Masih nyambung tidak? Bagus tidak? Terasa Mengganjal tidak? Jika tidak berarti lanjut ke tips berikutnya. Jika masih jelek, ulang terus menerus sampai jadi bagus.
- Boleh melakukan perulangan di beberapa kata atau bahkan kalimat untuk menekankan maksud yang ingin disampaikan, kali aja pendengarnya agak malas berpikir jadi ya memang kita harus menginisiasi untuk menekankan maksudnya, jangan sampai sebenarnya liriknya tentang sekolah tapi pendengar mengiranya tentang berladang, kan repot.
Kurang lebih seperti itu usulan langkah-langkah menulis lirik yang gue punya. Bagaimana mengukur lirik itu sudah bagus atau belum? Kirimkan paket lirik tadi ke teman atau gebetan, lihat respon pertama dia.
Kalau atraktif dan dia terkaget-kaget bung bisa menulis satu paket lirik seperti itu, artinya lirik bung sudah cukup bagus. Sudah cukup bagus lho, bukan berarti langsung bagus.
Begitulah sesi menulis lirik kali ini, berlatih terus. Cobalah menulis, kalau dirasa kurang motivasi menulislah untuk orang yang bung sayangi supaya paling tidak ada rasa di dalam tulisan itu seperti kaedah pertama yang ada di dalam tulisan ini. Semangat, selamat menulis lirik. See ya!
Sesi Membuat Lagu #1: Menulis Lirik
![]() |
Sumber |
Dia tentu tak sadar bahwa jatuh cinta itu nikmat asal ke orang yang tepat, kalau ke orang yang bangchat ya sekarat.
Loh, kenapa kok jam kerja bisa terinspirasi dari senar gitar? Begini sanak saudara yang dirahmati Allah SWT, kala itu gue lagi main gitar mencari chord dan alur-alur yang gue anggap indah malam-malam, senarnya putus. Tamat.
Lalu apa ide brilian yang gue tawarkan? Ya, buatlah jam kerja bung. Alokasikan jam dimana bung benar-benar menggunakannya untuk sekadar duduk sambil nyeruput kopi gayo yang kebanyakan gula (rasanya kayak cairan ketiak) di balik jendela dimana sesekali muncul muka gebetan yang sudah bahagia sama orang lain. Rapopo, nangis rapopo, yang penting jangan bekerja maupun berkarya. Jangan memikirkan apapun selain santai-santai.
Mungkin teori ini terlalu sulit dipahami oleh bung yang sudah terbiasa dimakani hasutan media, opini sahabat tercinta, dan jarang ngomong sama tembok.
Jadi gue akan berbaik hati memberi contoh kasus.
Jadi gue akan berbaik hati memberi contoh kasus.
Misalnya gue cowok ganteng kekinian, mengalokasikan enam jam untuk tidak memikirkan apapun. Yasudah, karena gue suka bekerja dini hari sampai pagi maka gue mengalokasikan enam jam itu di jam habis isya sampai jam satu dini hari.
Nah selama habis isya sampai jam satu itu gue benar-benar tidak melakukan apapun, entah itu pacaran dengan gebetan (Yakali cumi, pacaran mah sama pacar bukan gebetan), mengerjakan apapun, pokoknya mengosongkan pikiran gue dari hal-hal duniawi itu. Pilihan gue hanya dua hal kalau tidak diam saja sambil bersantai minum kopi ya tidur.
Buat apa memangnya melakukan hal seperti ini? Itu karena, berkaca dari kakek Thomas penemu lampu itu... Bahwa dia menemukan solusi akan permasalahannya tidak di saat sedang melakukan pekerjaan. Ya saat apa-ya-entah-gue-juga-lupa-googling-aja-gih-hehehe.
Artinya, pikiran kosong lebih sering memunculkan solusi yang lebih tepat guna, bung. Ya, seperti itu setidaknya hal yang gue yakini sampai saat ini. Makanya, dengan adanya jam kerja ini saat bung sedang menghadapi masalah yang sangat berat dan rumit, istirahatlah ketika memasuki waktu untuk mengosongkan pikiran.
Ucapkan seperti ini, "Hayolo, jam kerja gue udah habis, sekarang waktunya santai-santai, bye pekerjaan yang ada masalahnya." lalu gitaran sambil ngopi kemudian tidur. Bangun sesuai perjanjian dengan diri sendiri untuk melanjutkan berpikir tentang masalah tadi sesuai jam kerja bung.
Kalau bung beruntung, akan ada solusi yang tidak sengaja muncul di saat pikiran sedang kosong itu, kalau tidak muncul ya nggak papa, nanti dipikirkan lagi ketika jam kerja datang. Haha.
Artinya, pikiran kosong lebih sering memunculkan solusi yang lebih tepat guna, bung. Ya, seperti itu setidaknya hal yang gue yakini sampai saat ini. Makanya, dengan adanya jam kerja ini saat bung sedang menghadapi masalah yang sangat berat dan rumit, istirahatlah ketika memasuki waktu untuk mengosongkan pikiran.
Ucapkan seperti ini, "Hayolo, jam kerja gue udah habis, sekarang waktunya santai-santai, bye pekerjaan yang ada masalahnya." lalu gitaran sambil ngopi kemudian tidur. Bangun sesuai perjanjian dengan diri sendiri untuk melanjutkan berpikir tentang masalah tadi sesuai jam kerja bung.
Kalau bung beruntung, akan ada solusi yang tidak sengaja muncul di saat pikiran sedang kosong itu, kalau tidak muncul ya nggak papa, nanti dipikirkan lagi ketika jam kerja datang. Haha.
Bung boleh saja menyanggah dengan argumen bahwa bekerja sekeras mungkin adalah kunci utama untuk mencapai keberhasilan, ya tidak apa-apa.
Hidup ini kan masalah yakin atau tidak yakin, kalau hal-hal seperti yang gue yakini ini bisa membawa gue ke titik yang sama dengan orang yang harus bekerja sekeras-kerasnya tanpa tidur banyak ya betapa gantengnya gue bisa bikin cara hidup yang efektif.
Hidup ini kan masalah yakin atau tidak yakin, kalau hal-hal seperti yang gue yakini ini bisa membawa gue ke titik yang sama dengan orang yang harus bekerja sekeras-kerasnya tanpa tidur banyak ya betapa gantengnya gue bisa bikin cara hidup yang efektif.
Kalau tidak ya tidak apa-apa, gue akan jadi sosok agamis yang sambil main gitar di A lalu mengucap, "Rezeki kan udah diatur Tuhan, ngapain gue repot-repot?". See ya!
Jam Kerja
Jika bung adalah seorang remaja yang sedang girang-girangnya melakukan segala hal demi lulus dari universitas ternama di Indonesia, jurusan apapun itu kemudian berangan-angan kelak akan bekerja untuk sebuah perusahaan besar atau pemerintah, menempati suatu posisi penting, dibayar dengan harga yang menurut bung membanggakan tentunya... Baca kalimat di bawah ini, potongan pidato dari mbak Erica Goldson saat dia lulus dari universitasnya dengan predikat lulusan terbaik,
“…the majority of students are put through the same brainwashing techniques in order to create a complacent labor force working in the interest of large corporations and secretive government, and worst of all, they completely unaware of it…”
Ngerti nggak?
Sama sekali tidak ada yang salah dengan bung yang setelah lulus dari universitas kemudian melanjutkan bekerja di perusahaan yang terkenal alias owsom-owsom tanpa perlu saya sebutkan namanya.
Saya di sini hanya bertindak sebagai pengingat jika ternyata bung adalah salah satu dari seluruh remaja di dunia yang dimaksudkan oleh mbak Erica.
Jangan-jangan bung memang tidak sadar jika sedang dicuci otaknya supaya menganggap bekerja di perusahaan atau pemerintah dengan gaji yang besar itu keren.
Jika memang iya, santai dan kalem saja, tak perlu tiba-tiba menjadi pembelot di kampus apalagi mendadak D.O. Ingat baik-baik, ada orang yang juga perlu bung perjuangkan melalui jalan formal seperti itu, pasti ada.
Baiklah, jika bung sudah sadar dan merasa bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya, izinkan saya membantu.
Bismillah
Bismillah
Sederhana, berkaryalah. Lakukanlah sesuatu apapun itu yang penting ada hasil yang nyata dan meninggalkan jejak di bumi ini saat bung tiada nanti.
Just shut up your fucking mouth and start make good things more and more.
Lalu bagaimana dengan kuliah? Ayolah, otak bung tidak seburuk itu untuk melakukan tindakan pararel dan mendapat hasil bagus (menurut bung sendiri) di semuanya.
Caranya berkarya, ndes?
Ini hanya pemikiran saya tapi semoga bekerja di diri saya dan semua orang secara umum. Menggunakan otak untuk belajar skill tertentu yang menunjang terbentuknya suatu karya, kemudian menggunakan rasa untuk membuat sesuatu dari skill tadi. Menurut saya, karya bagus tidak akan lahir dari skill saja. Ini cukup menjelaskan kenapa orang yang memiliki skill menonjol tanpa dibarengi kreativitas malah hanya dipekerjakan oleh orang yang tidak punya skill tapi kreatif secara terus-menerus.
Ini hanya pemikiran saya tapi semoga bekerja di diri saya dan semua orang secara umum. Menggunakan otak untuk belajar skill tertentu yang menunjang terbentuknya suatu karya, kemudian menggunakan rasa untuk membuat sesuatu dari skill tadi. Menurut saya, karya bagus tidak akan lahir dari skill saja. Ini cukup menjelaskan kenapa orang yang memiliki skill menonjol tanpa dibarengi kreativitas malah hanya dipekerjakan oleh orang yang tidak punya skill tapi kreatif secara terus-menerus.
Misal, bung ingin membuat sebuah karya berkenaan dengan aplikasi. Ya berarti tinggal mempelajari bahasa-bahasa pemrograman yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi.
Langkah selanjutnya adalah gunakan rasa yang bung miliki. Menggunakan rasa untuk merasakan apa itu aplikasi yang bagus, kenapa aplikasi itu harus ada, untuk siapa, apa yang bisa didapatkan dari aplikasi itu, lalalala yeyeye. Olah rasa ini yang disebut kreativitas.
Selanjutnya, tinggal menyatakan kreativitas tadi menjadi sesuatu yang disebut karya.
Gampang, kan? Ya gampang kalau semua berjalan lancar. Hehe.
Kendala? Wah jelas banyak sekali.
Masih dari ruang pemikiran saya, kendala yang paling mencolok selama ini adalah rasa jenuh. Kedua adalah rasa tidak mampu. Ketiga adalah kendala teknis. Keempat adalah kendala yang saya sebut penghambat dari para pendukung pendidikan formal.
Alangkah bijaksana jika saya tidak menjelaskan satu-persatu mengingat terbatasnya waktu, sesekali coba bung membayangkan sendiri kendala-kendala di atas. Dan tak perlu dibayangkan, pasti akan bung rasakan ketika bung memilih untuk pararel antara kuliah dan menghasilkan karya-karya tertentu.
Bagaimana mengatasinya?
Menurut teman saya yang liberal dan radikal, "Suatu karya dikatakan berhasil apabila pembuatnya merasakan puas setelah menyelesaikannya.".
Menurut teman saya yang liberal dan radikal, "Suatu karya dikatakan berhasil apabila pembuatnya merasakan puas setelah menyelesaikannya.".
Selama bung belum merasakan puas dalam berkarya, ya berkaryalah terus, lagi dan lagi. Dengan begitu semua kendala tadi akan kalah oleh sebuah ego yaitu merasa belum puas.
Kalau sudah merasa puas? Nggak akan ada rasa puas saat berkarya kalau sudah tahu caranya. :)
Jemaat kakung-putri rahimakumullah
Ya, mungkin hanya sebatas ini yang bisa saya sampaikan terkait kalau-kalau bung sadar bahwa sedang dicuci otak supaya mendewakan perusahaan dan materi semata. Sesungguhnya, semua hal itu tidak akan meninggalkan apapun di dunia ini dan tidak akan dibawa ke akhirat nanti, saat bung meninggal, bung akan menjadi sosok yang mudah dilupakan karena memang tidak meninggalkan jejak apapun serta bung tidak akan membawa apa-apa karena bung memang tidak menciptakan apa-apa selain usaha untuk menyejahterakan diri sendiri. Astagfirullah.
Kenapa saya menulis ini adalah karena saya belajar dari Gadjah Mada (Bukan nama kampus), dia bisa diingat dan dikenang sampai beberapa generasi karena meninggalkan jejak sederhana bernama sumpah palapa tentu dengan didukung prestasinya sebagai maha patih.
Begitulah. See ya!
Cuci Otak
![]() |
Sumber |
Melihat orang-orang keren macam Steve Jobs, siapa lagi? Ah mbuhlah, banyak, dimana mereka adalah orang yang tidak menyelesaikan pendidikan formalnya tapi bisa memahat nama mereka di otak orang apatis karena benar-benar lupa nama tetangga yang hanya berjarak tiga rumah dari rumah sendiri seperti gue.
Orang-orang sok yes itu kemudian menyimpulkan bahwa pendidikan formal tidak penting, oke baiklah lebih spesifik lagi sampai ke derajat dimana alat ukur seperti nilai dan IPK tidak menentukan masa depan.
Lucu. Ya memang nilai dan indeks itu tidak menentukan masa depan, tapi ini bukan tentang masa depan bung, ini tentang bagaimana bung bertahan di suatu sistem buatan orang lain dengan keren. Tapi lupakan saja, gue sepenuhnya setuju dan mengeluarkan nada yang sama dengan pernyataan orang-orang bahwa nilai dan IPK tidak menentukan masa depan. Kenapa? Karena nilai dan IPK adalah report untuk suatu sistem buatan orang, kita ini berwarna dengan warnanya masing-masing jadi ya kenapa harus memaksakan hidup di sistem buatan orang lain yang warnanya membosankan itu?
Tak berhenti sampai di situ. Di salah satu mata kuliah gue, dosen berkata, "Orang-orang gila adalah mereka yang akan melakukan perubahan.". Mari beranggapan bahwa bung tidak sebodoh itu mengartikan gila di sini sebagai ketidakmampuan mengendalikan kesadaran, kita sepakat bahwa gila di sini adalah mereka yang tidak peduli bagaimana wujud mereka di masyarakat, mengambil keputusan di luar nalar dan berisiko tinggi, serta tidak malu-malu seperti anak SMP yang baru saja jadian.
Lantas, kenapa bisa dosen gue mengatakan hal seperti itu? Ya, beliau menyimpulkan hal-hal yang dilihatnya selama beberapa tahun di luar negeri. Dia melihat bahwa orang gila itu mampu menghasilkan sesuatu yang lebih keren dibanding mereka yang normal dan mengikuti sistem.
Apalagi?
Bang Thomas penemu lampu itu tidak menemukan idenya perihal lampu ketika berdiskusi atau berpesta dengan rekan-rekan.
Bang Alan Turing juga merasa ngeh dengan apa sebenarnya kelemahan enigma saat sedang diskusi bersama kelompok belajarnya.
Nabi kesayangan gue apalagi. Tidak menerima firman Allah saat sedang ngobrol dengan tetangga. Beliau berdiam diri di gua.
Ada lagi? Bahkan hal kecil sekelas ditemukannya ide tulisan ini juga tidak muncul karena gue rapatkan dengan teman-teman yang cerdas. Gue lagi diem aja jam tiga dini hari, ingin menulis, yasudah jadilah tulisan ini.
Mari menyimpulkan seperti yang sudah-sudah, bahwa hal besar tidak akan lahir dan muncul di tengah keramaian dimana keramaian identik dengan siang. Artinya, hal-hal besar lebih berpotensi lahir di malam hari.
Sekalian, kesimpulan tambahan adalah bahwa tidak ada hal yang cukup membanggakan ketika itu dihasilkan dari otak lebih dari satu orang. Yang brilian, murni, suci, dan keren lahir bukan karna hasil diskusi.
Kalau hasil diskusi namanya notulensi, bukan ide.
Premis-premis yang dari tadi gue tuliskan itu nggak logis? Ya memang, membelah lautan pakai tongkat itu juga tidak akan bisa masuk di logika manusia manapun tapi nyatanya terjadi. Menyembuhkan orang sakit pakai batu hasil sambaran petir itu juga tidak mungkin terjadi tapi nyatanya ribuan orang tetap saja mendatangi anak kecil yang gue lupa namanya siapa.
Mari bikin satu kesimpulan yang lebih berani lagi bahwa kemustahilan di alam milik Tuhan ini mendekati nol, ya, hampir tidak ada kemustahilan kecuali gue balikan sama mantan.
Baiklah mari kita simpulkan semua kesimpulan yang ada tadi. Jika bung kebetulan membaca tulisan ini dan ingin menjadi orang yang hebat maka inilah yang harus bung lakukan:
- Berdoa, apa perlu gue jelaskan alasannya?
- Jadilah berwarna, tentu saja ini berarti tidak perlu khawatir tentang nilai dan IPK bung. Tapi percayalah, menjadi pemenang di sistem buatan orang lain tidak seburuk itu kok.
- Jadilah gila, ayolah apa pentingnya kata orang tentang bung?
- Bukalah mata bung di malam hari, kecuali bung mau mikir hal-hal berat di cuaca panas dan terasa gerah.
- Pikirkan sesuatu sendirian, sejarah sudah bercerita banyak soal yang satu ini.
Jangan berlebihan, bukan berarti hanya dengan lima hal itu langsung mendadak hebat. Sebentar, jangan buru-buru. Kelima kesimpulan itu ideal jika dilakukan dengan usaha. Usaha yang biasa saja, tidak perlu buru-buru dan ngotot karena sebenarnya yang penting adalah satu hal bernama momentum yang hanya dalam hitungan detik membelokkan takdir bung entah kemana.
Tentang Kesimpulan
Kalau bung merupakan tipe-tipe orang yang menjadi penikmat ceramah Cak Nun seperti saya, tentu probabilitas bung mengetahui materi yang akan saya tuliskan di bawah ini sangatlah besar. Meski materi ini disampaikan oleh anaknya, bang Noe, tetap aja aroma ke Cak Nun-Cak Nun-an sangat terasa. Lalu saya akan mencoba menghubungkannya dengan mantan kekasih.
Loh, kenapa dihubungkan dengan mantan kekasih? Sak-karep-ku toh! Tulisan yo tulisanku!
Aku adalah lelaki yang pernah ditinggalkan, percayalah, wahai kamu mantan kekasih yang membaca tulisan ini. Apapun alasanmu pergi entah karena kesalahanku atau tidak, tetap saja kamu yang pergi. Bukan aku. Kamu pergi bersaman lelaki yang tak begitu ganteng itu. Bodoh.
Cukup bapernya. Mari serius.
Menurut kalian kenapa ada aturan tidak boleh membunuh?
Yoben kowe ora dipateni, ndes!
Menurut kalian kenapa ada aturan tidak boleh mencuri?
Yoben kowe ora dimaling!
Yoben kowe ora dimaling!
Loh, kenapa saya menjadikan bung sebagai objek di dalam kasus membunuh dan mencuri di atas? Karena saya yakin, bung adalah orang baik. Mungkin benar, bung baik, tapi bagaimana dengan orang lain yang berdamai dengan pikiran dan hatinya saja susah? Beda cerita, komandan!
Di alam liar tidak ada yang namanya aturan, yang ada hanya tagline, "dimakan atau memakan." yang menghasilkan rantai makanan. Jika ada seekor kijang yang tidak mau memakan singa, ya dia dimakan singa. Sesederhana itu.
Berhubung manusia memiliki akal pikiran, maka tidak bisa begitu saja diberlakukan tagline di atas. Orang-orang suci membawa ide-ide berupa aturan dengan mengatasnamakan perdamaian tak lain dan tak bukan adalah untuk melindungi satu manusia dari manusia yang lain.
Tapi, apakah aturan itu efektif jika ternyata masih saja ada kasus anak umur 14 tahun yang dibunuh oleh 14 orang lelaki, ada saja orang yang dibunuh hanya demi hartanya, ada saja kasus-kasus keji dan tidak layak untuk ada di dunia ini?
Begini, bung-nona... Manusia memiliki akal dan hawa nafsu.
Menurut bang Noe, sangat tidak keren kalau bung masih membayangkan bahwa cara iblis menjerumuskan manusia ke dalam keburukan adalah dengan bisik-bisik tiap detik di tiap lubang yang dimiliki manusia itu. Basi!
Iblis dan sanak famili hanya perlu menciptakan cita-cita di dalam diri manusia dengan perspektif tertentu untuk menjadikan manusia ini hilang kendali, seperti menjadi kaya adalah hal yang keren, menjadi terkenal adalah keren, menjadi tampan atau cantik adalah keren. Sisanya terserah si manusia itu.
Hasilnya apa?
Exactly, menghalalkan segala cara dengan otak yang dia miliki. Jika dan hanya jika manusia itu tidak bisa mengantisipasi keinginan yang terlalu besar akan cita-cita itu. Hehe.
Sesederhana cita-cita menjadi kaya dari perspektif jahat, "Oh kaya itu menyenangkan, jadi aku harus kaya apapun yang terjadi." maka orang itu akan menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya. Kabar baiknya, modal cita-cita yang diciptakan si iblis tadi, cukup untuk membuat seorang manusia digorok urat syarafnya di neraka kelak.
Hal ini cukup logis mengingat sifat manusia yang random, dia kadang menjadi sangat baik, kadang menjadi sangat buruk. Loh, lagian kenapa juga kalau iblis memang berbisik tiap waktu, ada saat dimana manusia menjadi baik? Iblisnya lagi cuti? Mbahmu kiper~
Secara sederhana, muncul sosok lain dari diri seorang manusia. Jadi di diri saya itu ada dua sisi, baik dan buruk. Yang baik adalah yang berasal dari Tuhan sejak saya lahir, buruk yang merupakan hasil dari cita-cita ciptaan iblis tadi.
Jadi, izinkan saya bertanya sekali lagi, apakah aturan itu efektif keberadaannya jika sebenarnya masalah bukan ada di sisi manusia lain tapi ternyata di dalam diri kita sendiri?
Saya menduga tak perlu ada aturan dilarang korupsi oleh negara ini jika saja semua orang bisa berdamai dengan cita-cita yang iblis masak dengan well done untuk dirinya.
Saya menduga minuman keras, narkoba, pakaian seksi yang dipakai para wanita, serta aturan-aturan yang berkaitan dengan semua itu....... tidak akan menjadi kambing hitam atas kasus perkosaan yang semakin banyak saja. Untuk apa menyalahkan orang lain dan segala tetek-bengeknya jika yang bermasalah ada di diri orang yang melakukan kejahatan?
Lalu, bagaimana solusi taktis untuk berdamai dengan diri sendiri?
Nanya mulu lu kek pembantu baru! Mikir dong!
Terakhir, apa hubungan keberadaan aturan dengan mantan kekasih?
Begini, terutama untuk mantan kekasih saya, jika kamu bertanya apa hubungannya aturan dengan dirimu, maka saya akan menjawab dengan santai...
"Meski aku panjang-lebar menjelaskan bahwa berdamai dengan diri sendiri adalah hal utama untuk mencapai perdamaian, percayalah, aku sedang tidak ingin berdamai dengan siapapun sejak kamu tinggalkan. Maka dari itu, keberadaan aturan masih cukup efektif menghentikanku untuk tidak menembak lelaki barumu itu dari jarak 5 meter dengan shotgun tepat di tengah wajahnya.". Cukup jelas? See ya!
Keberadaan Aturan dan Mantan Kekasih
![]() |
Sumber |
Lalu di suatu waktu di rumah teman yang lain, gue tengah berusaha membuat sebuah lagu. Pikir gue, sudah berapa kali hampir mati di jalanan, masa iya mati sebelum bikin sesuatu yang keren?
Di sesi cari-cari nada yang enak itu, gue dan teman menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh di situ. Ya, setiap gue berusaha menyusun progressive chord dengan nada ceria selalu berakhir di minor. Pun teman gue ini, dia yang berusaha membuat cerita di minor selalu berakhir di ceria. Apakah ini karena gue suka bersedih? Bisa jadi. Tapi apakah berarti teman gue selalu ceria? Ah tidak juga.
Ya, itulah kegiatan membuat sebuah lagu di antara gue dan teman gue. Kalau tidak ribut masalah nada yang selalu jatuh di situ-situ melulu, masalah selalu saja tidak jauh-jauh dari kami yang sudah menemukan intonasi enak eh tidak direkam lalu lupa.
Tapi dari situ gue belajar satu hal. Itu artinya memang sifat alami seseorang dalam cita rasa berkarya atau membuat sesuatu akan selalu menempel di setiap karya atau apapun yang dia ciptakan.
That's awsome!
Hal ini kemudian didukung salah satu dosen gue yang berkata seperti ini, "Setiap tugas tidak boleh dikerjakan sama dan jika memang dikerjakan sendiri pasti hasilnya tidak akan sama. Pun jika memang hasil pastinya adalah A, tetap saja bagaimana A terbentuk akan selalu dijelaskan secara berbeda oleh setiap orang.".
Mari kita lihat bagaimana nature seseorang ini bekerja secara jelas dalam siklus menciptakan sesuatu. Ya, menciptakan.
Indonesia dengan bonus demografi 10 tahun lagi bukan Indonesia yang butuh generasi penurut, pekerja, dan terkekang oleh sistem. Bonus demografi hanya jadi bumerang demografi tanpa adanya generasi kreatif dan mental keren.
Nature akan terlihat saat seseorang berkarya atau membuat sesuatu. Akan terlihat jelas batasan-batasan di dalam karyanya baik dari segi cara membungkus, isi, maupun penyampaian karya tersebut. Hal ini kelihatan jelas kan, katakanlah ketika sebuah band dimana kebanyakan lagu yang band itu miliki diciptakan oleh gitarisnya, lalu gitarisnya minggat.
Wah, sudah jelas. Saat gitaris itu digantikan oleh yang lain, cita rasa dari lagu-lagu band tersebut akan berubah. Ya karna memang yang menciptakan orang yang berbeda, nature-nya berbeda juga toh.
Yang unik di sini, gue melihat ada banyak orang merasa tidak enjoy dengan nature yang dia miliki. Loh di dalam hati gue bertanya dong, "Memang kenapa?".
Tuhan menciptakan sidik jari setiap manusia itu benar-benar berbeda makanya bisa dibuat sebagai alat idendifikasi diri. Pun nature ini.
Betapa banyak orang yang tidak menikmati nature yang dia miliki untuk menciptakan sesuatu. Jatuhnya apa?
Generasi pengikut.
Generasi pekerja.
Generasi yang tidak tahu harus melakukan apa.
Generasi yang tidak sedang dibutuhkan negara Indonesia saat ini.
Di sini gue hanya ingin bilang, percaya diri saja. Cuma namanya juga dika, pasti berusaha keren gitu makanya nulisnya pakai nature-nature apalah ini. Haha.
"Loh, dik, katakanlah gue mau bikin lagu... semua lagu yang gue bikin jatuhnya jelek dan wagu kek muka mantan lu. Nggak bisa semistis lagu-lagu Coldplay."
Ya memang, siapa suruh membandingkan awalan situ dengan Coldplay yang kelewat matang itu?
Benda-benda keren juga tidak lahir sepaket dan langsung jadi, yailaa mantan gue yang milih jadian sama orang lain juga tahu hal ini.
Nikmati saja. Nature kalian adalah cermin dari apa yang kalian suka, percayalah. Kalau kalian menulis jatuhnya puisi dan galau-galau semua berarti memang ada konslet di hati dan pikiran kalian makanya mudah baper.
Jika kalian menulis jatuhnya ke kritik dan solusi yang mantap lagi sedap berarti memang itu yang kalian suka konsumsi setiap harinya.
Tak apa. Apapun yang keluar itulah diri kalian. Itulah karya kalian.
Lalu, kembali lagi ke DOTA 2. Ya sama, di DOTA 2 setiap hero memiliki kelebihan atas yang lain juga kekurangan atas yang lain. Apa hubungan DOTA 2 dengan tulisan ini? Seperti biasa, tidak ada.
I have my goddamn taste, so do you.
Maka, mari bangun negara kita ini bukan hanya dengan bacot dan demo tanpa isi, bukan hanya dengan membahas kehidupan artis yang ngomong bahwa keluarga pacarnya kayak anjing semua, bukan hanya dengan mengonsumsi tren apalagi sinetron India.
Mari membangun negara ini dengan solusi berdasarkan nature masing-masing kita. Bagaimana cara mengeluarkan nature? Cukup mudah, tutup diri kalian, jangan melulu meniru orang lain dalam melakukan sesuatu. Sudah, cukup lakukan dengan cara kalian sendiri. See ya!
Nature
![]() |
Sumber |
Tapi itu bukan masalah, karena gue kali ini nggak mau membahas cinta, wis munek nde.
Beberapa hari lalu gue mengikuti kelas ekonomi dan bisnis informasi, itu semacam mata kuliah yang mengajarkan mahasiwanya untuk berbisnis bukan di orde tradisional. Bukan menjual apa yang kita buat untuk mendapatkan value, mendapatkan keuntungan. Tetapi menggunakan apa yang kita buat untuk menciptakan keuntungan atau value di bagian yang lain yang tidak terduga oleh orang-orang dan tentu dengan jumlah yang sekian kali lebih besar daripada value barang itu sendiri.
Contoh, Google. Semua layanan Google itu gratis, bung, mau situ pakai untuk beribadah kepada Allah sampai untuk menyembah berhala juga boleh. Tapi kenapa Google bisa menciptakan keuntungan dari layanan yang mereka gratiskan? Karena ada value lain yang mereka lihat berpotensi. Ya, Google gratis dan nyaman digunakan, akhirnya banyak yang menggunakan. Di era informasi seperti sekarang, banyak pengguna berarti banyak keuntungan. Itu saja.
Dah, terlepas dari apa yang gue pelajari, bapak dosen tidak mengajarkan materi kuliah tetapi malah berceramah mengenai mental dan moral. Ya, gue suka. Gue suka konsep, gue benci teknis. Gue belajar dari banyak hal untuk menjadi dirijen saja, bukan pemain alat musik.
Alasan utama sang bapak dosen tercinta berceramah banyak hal adalah karena saat jam masuk 7.15 baru belasan mahasiswa yang datang.
Lalu, apakah hal yang beliau ceramahkan berkesinambungan dengan isi post kali ini? Tentu tidak.
Hampir dua tahun gue tinggal di Jogja, meninggalkan kota Solo dan kulinernya yang ena-ena itu. Serabi, selat, bistik, sate buntel, cabuk rambak, hingga paha goreng kimcil racing. Untuk melepas rindu sesekali gue pulang ke Solo menggunakan motor. Nah selama perjalanan dari Jogja ke Solo maupun sebaliknya, tentu tidak jarang gue merilis sebuah pisuhan yang mantap dan langsung dari hati saat tidak sengaja kejeglong.
Kejeglong itu bahasa apa ya, entahlah, anggap saja itu bahasa jawa yang gue mengerti untuk mendefinisikan keadaan dimana saat berkendara dengan sepeda motor, kita nggak sengaja masuk ke suatu lubang yang mbuh bagaimana bisa muncul di tengah jalan.
Pikir gue, kenapa bahkan setelah gue berusaha menghafalkan seluruh lubang di jalan mulai dari kosan sampai rumah gue, tetap saja kena terus-menerus.
Tentu gue harus berbaik sangka kepada Tuhan bahwa Ia hendak mengajarkan seseuatu yang penting di sini. Di keadaan ini. Lalu, berpikirlah gue di suatu keadaan tenang di dalam kamar kosan sambil sesekali misuh saat tak sengaja ingat mantan yang cepat sekali jadian sama lelaki lain.
Oalah.
Ternyata memang benar, ada maksud baik Tuhan sengaja bikin gue kejeglong tiap di jalan meski sudah berusaha menghafalkan lubang-lubang laknat itu.
"Kejeglong itu nggak papa, yang penting jangan jatuh. Tetaplah seimbang."
Tak sedikit pengendara sepeda motor yang terjatuh karena kejeglong di suatu lubang. Tak sedikit pula yang meninggal karena kejadian lanjut dari kejeglong itu baik selanjutnya tertabrak kendaraan lain atau bagaimana.
Belum lagi teori ini didukung dengan keadaan gue yang suka kejeglong itu, meski misuh tapi tetap saja gue harus menjaga keseimbangan karena namanya juga kejeglong tentu gue tidak sedang dalam keadaan pelan dan mengerti bahwa akan kejeglong.
"Wah, 3 menit lagi aku akan kejeglong, siap-siap ah." Bukan, bukan seperti itu. Kejeglong adalah kejadian yang tidak terduga. Kedalaman dan lebar lubang juga tidak bisa diperkirakan. Jika kejadiannya saja tidak terduga, maka hal yang akan terjadi selanjutnya jika kita tidak bisa tetap seimbang dalam menyikapi kejeglong itu tentu juga tidak bisa diperkirakan. Biasanya sih buruk, buruk sekali.
Jika direfleksikan ke dalam hidup, tentu saja ini hal yang sangat relevan dengan pernyataan, "Jika ada masalah sabar saja, Tuhan hanya menyuruh sabar dan sholat.". Ya, benar, jika kejeglong ya kalem aja, yang penting tetap seimbang dan tidak jatuh.
Kejeglong dalam kehidupan bisa diartikan dengan masalah yang kita dapatkan dimana tentu saja karena hal yang kita tidak mampu kendalikan. Lha kecuali kalau bung sengaja menerjang lubang di tengah jalan yang kelihatan jelas, itu beda. Itu blo'on.
Masalah itu datang dengan tidak terduga, meski kita sudah mengusahakan hal semampu dan sebaik apapun, pada akhirnya kita tetap saja tidak tahu apakah hal di depan kita merupakan hal yang baik-baik saja atau yang tidak baik-baik saja. Kita tidak tahu.
Dan nenek yang sedang keramas juga tahu bahwa jika kita terjatuh dari sepeda motor, tidak ada hal keren dan baik sedikitpun yang bisa dibanggakan setelahnya, itupun kalau masih hidup, bung.
Oleh karena semua hal yang gue sampaikan tadi sangat penting, makanya bersiap saja untuk segalanya. Karena kejeglong dalam perjalan adalah hal biasa, biasakan untuk tetap seimbang dan tidak jatuh. See ya!
Berkendara lalu Kejeglong
![]() |
Sumber |
Lagi asik-asik chat sama cewek, nyokap mendekat lalu nyeletuk santai di samping gue, "Mama kemarin habis kecelakaan." dengan nada sedikit bangga.
Anjir.
Udah, gue langsung menyudahi chat sama cewek tadi dan fokus ke nyokap. Alhamdulillah. Cuma itu yang gue katakan dalam hati kemarin karna beliau masih sehat-sehat saja dan bisa cerita dengan nada bangga.
"Habis beli telur sekilo, pecah semua hahahahaha."
"Hah? Kok bisa?"
"Lagi nyebrang ring road(bentuknya nggak ring tapi soalnya berujung), udah sampe ujung eh ditabrak anak kuliahan padahal jalur dia seharusnya di udah mama lewati."
Dalam hati gue, "goblok bets sih anak itu. That's why stupid people is better stay at home."
"Kok motornya baik-baik aja?" Gue masih nggak percaya.
"Liat aja tuh di kamarmu (Kamar gue jadi gudang sekarang), lampu sama bannya rusak tapi masih bisa jalan, mama nggak mau pake, pake satunya aja." Gue mulai khawatir kalau ntar motor gue yang diajak tukeran. Wahahahaha.
"Kok nggak ngabarin?"
"Biar apa? biar kamu kepikiran? Ntar pulang cuma semalem doang terus paginya balik Jogja lagi?"
"Terus bocah itu gimana?" Seakan gue ini bukan bocah yang lagi kuliah.
"Ya dia malah lebih parah orang nabrak gitu(meski gue nggak tahu logikanya gimana, tapi gue mengiyakan aja), trus dianterin berobat sama bapakmu, dikasih uang pula, padahal yang ditabrak mama eh mama nggak dikasih uang. Wkwkwkwkwk."
Gue bingung bagian mananya yang lucu. Kemudian setelah kalimat di bawah ini gue cuma bisa diem aja.
"Bapakmu cuma inget kamu aja, anak kuliah lagi kecelakaan, ntar kalo kamu kenapa-napa biar dibantu juga."
Gue diem lama. Setelah gue diem itu nyokap mulai nanya-nanya soal kuliah, yaudah gue jawab aja sekenanya sambil terus diem dan sok asik milih-milih lagu yang seru di laptop.
***
Gue, waktu seumuran SD itu ingat sekali ketika diajak pergi, dari dalam mobil tiap ada benda yang menggelitik di otak gue langsung gue tanyakan ke bokap. Dia menjawab sambil memberi nasihat di setiap jawabannya. Apalagi ketika liburan keluarga, jalan baru baru diaspal aja gue tanyain gimana caranya kok marka jalan bisa lurus mulu sampai dimarahin nyokap.
Meski bukan orang berpendidikan tinggi sama kebetulan hal yang gue tanyakan itu aneh semua, jadi jawaban dari beliau selalu pas dan mengarah ke nasihat jadi orang baik.
Pernah gue nanya apa gitu, di akhir jawaban beliau bilang gini, "Sampai nanti kamu lulus kuliah (Gue masih SD yang bahkan belum tahu kuliah itu apa, masih mikirin besok main layangan dimana), pilihan bapak selalu beberapa langkah lebih bijak daripada pilihanmu, jadi nurut dulu aja, setelah lulus terserah kamu."
Segala kejadian tanya-jawab itu mengalami fade out perlahan setelah gue SMP karna gue yang lebih sering di luar rumah. Gue dididik lingkungan dan jadi sering memerhatikan apa yang ada di sekitar. Jarang nanya-nanya ke bokap lagi apalagi ketika gue kenal sama yang namanya internet. Gue merasa bahwa gue bisa lebih cepat memutuskan sesuatu lebih bijak daripada bokap gue tanpa menunggu lulus kuliah.
Setelah kejadian nyokap gue kecelakaan, coba, andaikata gue jadi bokap waktu itu, gue bunuh tuh anak yang nabrak. Tapi nyatanya bokap gue enggak, dia malah mengantar berobat sampai dirasa cukup dan memberi uang jajan.
Dari dulu, gue merasa nggak butuh warisan dari orang tua dalam bentuk apapun selain pengertian yang lebih tentang hidup. Terlepas dari gue yang memang nggak suka sama duit, itu semua dibentuk oleh bokap gue. Sesuatu itu adalah sesuatu yang tidak tidak punya bentuk tapi bisa membantu lebih dari yang berbentuk.
Gue lebih butuh itu untuk mendidik keluarga gue nanti.
Ini pelajaran buat gue dan kalian semua yang akan jadi ayah nantinya, anak nggak cuma butuh barang berbentuk. Dan yang paling penting adalah ketika anak banyak nanya sewaktu dia kecil, jawab aja ya karena dia sedang memiliki rasa ingin tahu tingkat tinggi dan jika rasa ingin tahu itu diperlakukan dengan baik maka jawaban yang dia dapatkan akan lebih tertanam di logika dia.
Karena memberi pengertian yang baik dan benar kepada anak kecil adalah modal utama untuk menjadikan dia orang bermoral dan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.
Setidaknya, menurut gue hal itu penting karna gue punya kemauan menjadi lebih baik hari demi hari seperti sekarang, punya kemauan untuk menghargai orang lain, punya kemauan untuk memerhatikan orang dan lingkungan.....
Itu karna sewaktu kecil, saat pergi, dari dalam mobil semua pertanyaan gue dijawab tanpa keluhan sedikitpun oleh bokap gue. Dan kalian tahu? Itulah warisan seorang ayah. See ya!
Gue lebih butuh itu untuk mendidik keluarga gue nanti.
Ini pelajaran buat gue dan kalian semua yang akan jadi ayah nantinya, anak nggak cuma butuh barang berbentuk. Dan yang paling penting adalah ketika anak banyak nanya sewaktu dia kecil, jawab aja ya karena dia sedang memiliki rasa ingin tahu tingkat tinggi dan jika rasa ingin tahu itu diperlakukan dengan baik maka jawaban yang dia dapatkan akan lebih tertanam di logika dia.
Karena memberi pengertian yang baik dan benar kepada anak kecil adalah modal utama untuk menjadikan dia orang bermoral dan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.
Setidaknya, menurut gue hal itu penting karna gue punya kemauan menjadi lebih baik hari demi hari seperti sekarang, punya kemauan untuk menghargai orang lain, punya kemauan untuk memerhatikan orang dan lingkungan.....
Itu karna sewaktu kecil, saat pergi, dari dalam mobil semua pertanyaan gue dijawab tanpa keluhan sedikitpun oleh bokap gue. Dan kalian tahu? Itulah warisan seorang ayah. See ya!
Warisan Seorang Ayah
![]() |
Sumber |
Gue mengangguk polos ketika beliau menyampaikan titah-titah yang bijak bahwa hidup manusia hanya digunakan untuk menghabiskan dua entitas yaitu pahit dan manis tadi. Ya, gue menangguk seakan itu ucapan langsung seorang nabi. Guru gue bilang, keduanya terbatas, intinya hidup kita hanya akan digunakan untuk menghabiskan dua hal itu. Saat salah satu habis, maka sisa hidup kita hanya digunakan untuk menghabiskan satunya.
Guru gue menyarankan untuk segera menghabiskan yang pahit, supaya ketika tua nanti bisa menikmati yang manis-manis saja. Sekali lagi, gue mengangguk. Bahkan gue heran, jika memang benar ada, kenapa yang manis harus ditaruh belakang? Toh sama saja, kita akan merasakan semuanya.
Dalam definisi gue selama ini, pahit di sini adalah rasa lelah yang gue dapatkan karena melakukan sesuatu dengan niat baik, saat gue merasakan nyeri di mata karna kurang tidur, lelah badan dan pikiran karna melakukan hal yang sekali lagi niatnya baik. Itu definisi gue, gue sendiri juga nggak tahu apa yang guru gue maksudkan dengan pahit itu. Tapi toh selama ini, yang ada dalam hidup gue hanya berbuat baik lalu mendapatkan keberuntungan di banyak hal. Itu aja.
Oleh karena gue mengiyakan pernyataan tersebut, gue jadi suka cari-cari kesusahan sekarang. Loh kenapa?
Gue nggak tahu. Ya, ketidaktahuan selalu menjadi hal yang menjengkelkan karna membuat gue harus mengikuti sesuatu yang nggak gue suka.
Gue nggak bisa tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah itu benar atau hanya omong kosong semata. Gue coba mencari-cari data apakah benar hidup hanya disusun oleh dua entitas itu, dimana saat salah satu habis, maka kita tidak harus merasakan bagian yang sudah habis itu.
Singkat cerita, benar saja, gue suka mencari kesusahan dalam hidup. Gue selalu mengambil bagian tersulit dari sebuah pilihan. Kenapa tidak memerhatikan? Susah bung, saat seseorang sudah mencapai titik tertinggi dalam hidupnya, sulit menemukan dengan hal seperti apa dia bisa sampai di titik itu.
Oke, baiklah, kembali ke kehidupan gue. Sekali lagi, sesaat setelah gue mengangguk beberapa kali dengan omongan guru gue tadi, gue mulai suka mencari kesusahan dalam hidup. Saat disuguhi beberapa pilihan A B C D, gue selalu cari yang paling menyusahkan, yang paling pahit.
Maka, jika benar hidup gue disusun dengan dua entitas pahit dan manis.... Begini,
- Gue nggak tahu apakah dua entitas itu ada dalam porsi yang seimbang atau bagaimana.
- Gue baru tahu tentang teori itu saat berusia 16 tahun yang kemungkinan besar sebelum umur 16 tahun gue menggunakan keduanya secara seimbang.
- Artinya juga, baru mulai usia 16 tahun gue lebih condong menggunakan yang pahit.
- Patokan saja, kita gunakan umur Nabi, 63 tahun. 63-16=47 tahun.
Artinya ada rentang 47 tahun saat gue menggunakan pahit dan manis itu secara tidak seimbang yang dalam hal ini gue menggunakan pahit duluan.
Mari kita berandai-andai Tuhan itu memberi porsi kedua entitas itu secara seimbang untuk setiap kehidupan manusia, maka otomatis hidup gue akan berakhir 47 tahun lagi. Angka 47 tahun akan dibagi 2 karena gue menggunakan pahit duluan secara lebih banyak dan lebih sering. Katakanlah begitu.
23,5 tahun. Anjir lama bgt.
Jika memang benar teori pahit dan manis ini benar, maka setelah gue menjalani hidup selama 23,5 tahun sejak umur 16 tahun dengan menggunakan rasa pahit lebih banyak daripada rasa manis, barulah gue bisa merasakan seluruh rasa manis yang ada.
Kesimpulannya, gue baru bisa menikmati seluruh rasa manis setelah umur 40 tahun. Dengan catatan umur gue akan berakhir di angka 63.
Jika gue bisa konsisten menggunakan rasa pahit terus-menerus dan ternyata gue bisa hidup dengan manis-manis-manis sebelum umur 40 tahun, maka kemungkinan umur gue nggak sampai 63 tahun. Haha.
Tapi semua ini bukan hal yang berarti apa-apa, gue hanya iseng saja. Kali aja memang benar begitu, gue jadi bisa memberikan hal berharga untuk anak gue nanti. Lagipula, hidup gue ini buat apa to? Gue nggak mau cuma jadi sosok egois yang mencari kebahagiaan diri sendiri lalu mati hanya meninggalkan nama, mentok inspirasi dan motivasi kehidupan ke mahasiswa-mahasiswa kehilangan arah tujuan hidup jika ternyata memang gue menjadi orang berhasil di bidang gue. Yaelah.
Anak gue nanti butuh lebih dari sekedar motivasi. Gue berkali-kali baca buku motivasi, mendatangi seminar motivasi, yang ada gue hanya diberikan gambaran palsu dan omong kosong. Untuk mencapai suatu titik, masing-masing orang punya cara sendiri. Ya, cara. Dan motivasi bukanlah suatu cara.
Oleh karena gue nggak mau kayak gitu, makanya iseng-iseng aja memikirkan hal seperti ini. Kalian mau coba? Coba aja. See ya!
Pahit dan Manis
![]() |
Sumber |
"Ngelamun aja, ngelamunin apa?"
"Ah enggak.."
Dia menggandengku, entah mau diajak kemana, tapi masa bodoh asal sama dia mau jadi anggota aliran sesat juga saya jabani. Cinta e, nde. Meh piye?
"Kemana yun?"
"Ayo aku traktir minum kopi biar kamu nggak sedih, biar kamu mau cerita." Ajaknya sambil tersenyum. Manis sekali. Tentu saya langsung beringas. Sekarang saya mengerti kenapa hidup dan cinta adalah dua hal yang tidak sejajar, kadang cinta lagi ambyar eh hidup lagi ganteng pun sebaliknya. Mereka berjalan pararel.
Sampailah kami di sebuah kafe kopi biasanya. Dia memesankan dua cangkir kopi, "Mau kopi apa?" tanyanya sambil membolak-balik menu. Nama-nama kopi asing sekali, saya yang biasanya hanya minum kopi di burjo bingung sendiri.
"Pesenin terserah, kamu tau apa yang aku suka kan?" Main aman, bung.
"Oke mbak, vanilla late satu sama mmmmm *Sebentar, saya suka waktu dia memanyunkan bibirnya untuk mengisyaratkan bahwa dia sedang berpikir, aduhduh lemes badan saya* caramel macchiato satu."
Mbuh, saya nggak ngerti dia pesan apa. Kuliah di luar negeri membuatnya fasih ngomong yang seperti itu. Mbak-mbak pelayan yang murah senyum itu kemudian mencatat pesanan dan kembali ke dapur.
"Kopiku nggak kamu campur sama sianida kan?"
"Ahahahaha ya enggaklah, ngeracun kamu mana mempan pake sianida."
"Alhamdulillah, eh tapi ini ditraktir toh?" Maaf, bung, bukannya saya termasuk cowok nggak modal. Tapi namanya juga hidup.
"Enggak, nanti kamu cuci piring."
"Emg di sini ada piring? Ini kan warung kopi."
Mukanya berubah ilfeel, lalu dia menoleh ke meja di samping kami dan benar saja, ada piring.
"Jadi?" Dia memulai topik baru dan berusaha mewawancari saya.
"Jadian? Alhamdulillah Gusti, akhirnyaaaa." Eh tangan saya yang ada di atas meja sambil mainan tisu dicubit. Bukan, bukan sakit tapi horny. Ehehe.
Belum sempat saya mulai bercerita, kopi pesanan datang. Saya dipesankan vanilla late, sruuuupppss saya menyruput kopi dari cangkirnya. Wuenak tenan. Saya pura-pura kejang tapi dia terlampau pintar, tidak tertipu dan malah tertawa.
"Yun, kamu pernah merasa nggak kreatif lagi?"
"Kadang, emg kenapa?"
Seperti biasa, saya mulai duduk bersila di kursi kafe itu. Biar enak.
"Aku kadang ngerasa nggak kreatif lagi, umur segini aku belum bisa buat apa-apa."
"Emang kamu mau bikin apa dik?"
"Keluarga kecil sama kamu."
Saya dicubit lagi, horny lagi.
"Aku nanti bakal jadi kepala keluarga, gimana ya, bingung aja. Kuliah juga ndak menjamin apapun. lihat saja IP milikku itu turun terus kayak orang terjun bebas."
"Coba liat.." Dia merebut handphone saya lalu membuka portal nilai kampus. Saya pasrah. "IP kamu nggak jelek-jelek amat kok."
"Ya jelek bagus itu persepsi, aku hidup pakai fakta, faktanya IP di kuliah segitu. Aku nggak bisa hidup di masa depan dengan bertumpu sama itu aja, keahlianku di bidang ini juga biasa aja. Aku berusaha melakukan hal berbau seni, tapi cuma beberapa yang jalan itupun jalan pelan."
"Hus, kamu itu ngeluh mulu. Bersyukur deh coba. Tiruin aku sini. Alhamdulilaaaah sudah bisa kuliah, sudah bisa bikin beberapa hal."
"Iya, alhamdulillah." Jawab saya masam.
"Dika, kita nonton film Steve Jobs kan berdua, kamu inget apa yang Jobs bilang soal main alat musik?"
"Iya, orang-orang di belakangnya hanyalah pemain alat musik, Jobs yang menguasai orkestra."
"Nah!" Dia mengacungkan jarinya ke atas sambil tersenyum manis. Ah, terima kasih Tuhan sudah mendekatkan kami.
"Nah?"
"Kenapa kamu terus berusaha ahli dalam sesuatu? Orang-orang seperti aku ini hanyalah pemain alat musik dik, yang aku bisa hanya memainkan satu alat musik. Makanya aku gampang berhasil karna hanya mempelajari alat musik. Kamu bakal jadi lebih dari aku."
"Kamu yang membintangi banyak iklan, menang banyak penghargaan, punya banyak album, jutaan followers twitter, dan pemain film ini? Lebih dari kamu?"
"Kepala keluarga selalu lebih dari istrinya. Bukannya gitu?"
"Ih, tukang php. Katanya dulu kuliah satu kampus kamu malah ke oxford, sekarang bilang kek gitu. tai ah."
"Aku kan sekolah dik, bukan ninggal kamu nikah, kenapa kamu masih aja marah? Intinya ya itu tadi dik, jadi dirigen kehidupan. Buat apa kamu susah-susah belajar suatu alat musik tapi nantinya cuma memperebutkan satu kursi dan bisa diganti kapan aja. Lihat dirigen, cuma naik turunin tangan, bahkan kita nggak tahu apakah dia bisa main semua alat musik di suatu pertunjukkan atau enggak, yang penting tangannya naik turun. Dan dirigen selalu tidak tergantikan. Why don't you be like that?"
"Aku bisa po?"
"Bisa, dirigen cukup jadi dirigen. Jadi orang yang bukan pengikut. Jadi orang yang mengagas sesuatu. Jadi orang yang selalu punya ide baru. Ya, sama seperti apa yang kamu suarakan di blog selama ini."
"Wahahaha, iya deh makasih ya semangatnya."
"Nah gitu dong, jangan peduli sama nilai C di IP kamu. Kamu bilang sendiri kan, apalah arti nilai. Aku yakin sama kamu dik, itu kenapa aku nggak segera jadian sama bule-bule ganteng di sana."
"Tapi kamu juga nggak jadian sama aku?"
"Mmmmm iya deh aku mau jad....... Dikaaaa! Bangun!" Suara mama teriak-teriak membangunkan saya. Ternyata. See ya!
Pemain Alat Musik dan Dirigen
![]() |
Sumber |
Ada yang bertanya kepada saya, kenapa tidak membahas teror bom di Jakarta tempo hari? Sudah banyak yang membahas mulai dari analisis profesional tidaknya sang teroris yang memegang senjata dan kebetulan terfoto, polisi-polisi yang tidak mengenakan rompi hingga tukang jualan yang santai-santai saja melakukan pekerjaannya di area bom. Buanyak.
Yang terpenting adalah blog ini bukan portal berita, bung. Blog ini hanya refleksi dari kata-kata yang terbentuk dengan pola di otak. Otak saya masa iya otak sapi. Kebetulan saja tidak ada hal penting dan mendesak terkait teror di Jakarta selain menduga-duga seperti yang dilakukan beberapa program televisi.
Saya, dengan jujur dan tanpa paksaan dari pihak manapun, mengaku bahwa waktu kecil paling ogah membantu orang tua. Apapun pekerjaannya bahkan untuk sekedar membereskan kamar sendiri. Definisi kecil adalah sebelum kuliah.
Setelah saya pindah Jogja satu setengah tahun, ada perbedaan pada diri saya selain menjadi tambah ganteng, kok bisa sekarang saya jadi mau dan ikhlas rela membantu tanpa mengharapkan uang jajan sepeserpun? Hal ini menggelitik di pikiran karena saya merasa menjadi sedikit lebih manusiawi.
Lantas, saya menjelajahi berkas-berkas di otak mengenai hal-hal yang dilakukan selama satu setengah tahun belakangan. Dibandingkan saat di rumah, perbedaan ketika di kos hanyalah perkara mencari makan dan ke kampus. Selebihnya sama, nggak mau tahu bagaimana baju jadi bersih di tempat laundry maupun di rumah, saya juga nggak mau tahu bagaimana bentuk kamar saya.
Ini artinya, ada hal yang saya lihat dan pelajari ketika mencari makan di luar. Hal apa? Raut wajah bapak tukang sate yang sangat lelah ketika tengah membakarkan ayam ciptaan Tuhan lalu meleumurinya dengan bumbu kacang dan kecap. Percayalah, monalisa, jika diberi irisan bawang merah dan cabai hijau, untuk kali ini ada yang lebih cantik dari bentuk indahmu.
Lalu ada perbincangan penjual mie ayam mengenai persaingan dagang mie ayam dengan istrinya. Wah. Bukan kok saya mau mencampuri urusan rumah tangga orang lain, tapi sumpah saat itu saya hanya sedang makan. Kebetulan saja mendengar dari awal sampai akhir.
Bapak itu bercerita mengenai bisnisnya yang setiap bulan dapat berapa dibandingkan warung-warung lain. Saya sampai menangis. Mie ayamnya kebanyakan sambal.
Di kampus? Ah, untuk di kampus saya bukan mahasiswa seperti kakak Ronny yang berani bikin status fesbuk lalu di-DO rektor. Saya hanya mahasiswa biasa yang masuk kelas untuk berkuliah dan mengerjakan beberapa acara seperti kompetisi olahraga dan sebuah konser.
Dari acara-acara ini, saya melihat hal lucu loh, "Manusia, secongkak apapun dia ke dirimu hari ini, jika besok dia terancam mati dan hanya kamu yang bisa menolong, dia akan lupa semua kecongkakannya dan memohon.".
Saat mencarikan panggung dan peralatan penunjang konser lainnya, saya sempat bercerita dengan beberapa pemilik vendor yang kebetulan saya sewa alatnya. Beragam, ada yang bercerita kalau menangani di kota ini bangsat sekali, uangnya dikit mintanya banyak. Ada yang bercerita klien dia dahulu nawari 200 juta eh dibayar hanya 20 juta lalu ditinggal pergi. Banyak bung, saya malas mengingat-ingatnya hanya demi memberi bukti pendukung untuk judul kali ini.
Bandingkan dengan semasa sekolah. Saya makan terima jadi di rumah, di sekolah hanya main-main-main dan main. Bahkan saya lupa kata ketiga dari pertemuan ketiga pelajaran bahasa Indonesia kelas dua SMA. Sumpah, lupa.
Artinya, melihat hal baru, mengetahui kenyataan dunia tidak semudah nonton film, membuat saya menjadi lebih manusiawi. Dan bung juga manusia, jika ini berlaku ke saya maka tentu berlaku ke bung.
Karena apa? Karena meliha hal-hal yang tidak pernah saya lihat sebelumnya menjadikan sudut pandang saya bergeser terus-menerus. Dengan bergesernya sudut pandang, cara melihat dan menanggapi sesuatu juga akan berbeda dan percayalah bahwa itu menyenangkan.
Bayangkan saat bung melihat sapi sebagai binatang kotor dan menjijikkan, saat sudut pandang bung bergeser menjadi melihat sapi sebagai binatang multifungsi dan paling berjasa di dunia ini. Sapi yang tidak berpayudara namun putingnya menggairahkan itu, menjadi pemasok terbesar susu di dunia disusul kambing dan kuda.
Sudut pandang juga bisa digeser sebaliknya. Dari melihat sapi sebagai hewan multifungsi menjadi kotor dan menjijikkan. Adalah terserah bung mau menggesernya ke sebelah mana.
Bagaimana cara menggeser sudut pandang? Cobalah hal baru, dengarlah hal baru, lihatlah hal baru. Cukup. Pasti sudut pandang bung akan bergeser.
Tinggal bagaimana yang bung inginkan, mau bergeser ke sisi baik atau ke buruk. Boleh dicoba kok. Saran saya sih ke perilaku baik dulu, soalnya kalau terlampau nyaman di perilaku buruk pasti ogah ke perilaku baik. Hehe.
Yang penting ada hal baru, jika tetap di situ-situ melulu atau sekedar membaca sosial media, sumpah demi martabak dengan lumuran keju cair, tidak akan ada efek nyata.
Bacot doang nanti yang akan bung hasilkan di sosial media, nyatanya, bung tetap berdiam di titik, kondisi, keadaan, dan sudut pandang yang sama. Kalaupun ada status maupun tulisan bung berbeda sudut pandangnya, itu hanya copas ide atau bahkan tulisan asli. Yakan?
Sudut pandang yang sedang dilihat oleh seseorang akan menentukan seberapa jauh dia menjadi manusia. See ya!
Menjadi Manusia dan Melihat Dunia Yang Berbeda
![]() |
Sumber |
Badut mengendarai sepeda roda satu bisa berdiri seimbang karena ia berusaha sekeras mungkin untuk membalas setiap gaya yang bekerja pada sepeda itu. Ketika ada gaya ke kanan, dia balas ke kiri. Gitu pokoknya.
Maka, ketika bung/nona memiliki pasangan, carilah sosok yang mampu menyeimbangkan. Di titik ini lho kenapa kok banyak orang yang sering berkata bahwa sepasang kekasih harus saling melengkapi, sebenarnya bukan masalah biar lengkap atau tidak, cuk! Tapi biar ada keseimbangan di dalam hubungan itu.
Ketika saya menjadi sosok yang mudah marah sedangkan pasangan saya juga mudah marah, lha mbok sini tos sama saya kalau bung setuju bahwa hubungan saya tak lama lagi berakhir.
Pun, hal ini bekerja kepada kehidupan manusia. Dalam suatu perkumpulan, percaya atau tidak, untuk tercapainya suatu kesimbangan, Tuhan selalu menyertakan beberapa tipe orang di dalamnya. Coba saja bung perhatikan, betapa selalu saja ada tipe orang yang akan saya sebutkan di bawah ini dalam setiap perserikatan yang bung jalani atau masuki.
Maka terdiamlah saya beberapa detik ketika menyadari hal ini. Pantas saja dari dulu punya geng kok selalu saja ada yang resek.
Ada empat tipe orang yang akan saya ekspos. Loh, kenapa cuma empat? Hehe. Kali ini memang cuma ada empat kok sepertinya.
Kali pertama adalah sosok yang selalu memberikan ide, namanya pencetus. Orang yang satu ini militan sekali ketika memberikan ide, bar kuwi njuk turu. Ya mau bagaimana? Tuhan memang menciptakan dia hanya untuk memberi ide kok, setelah ide-ide dikeluarkan tentu dia berhak untuk lepas tanggung jawab mengenai kelanjutan situasi.
Di urutan kedua adalah orang yang menjadi estafet dari sang pemberi ide tadi, dia adalah algojo sahih. Otaknya boleh saja mampet soal ide-ide, tapi dia paling alergi pada kata wacana. Nggak ada usul, nggak mau mikir, nggak membantah, pokoknya ikut saja. Jumlah orang-orang seperti ini tentunya sangat banyak, karna cenderung sebagai pengikut.
Untuk menyeimbangkan sang algojo tadi, Tuhan tak lupa memberikan perawat. Nomor dua memang eksekutor yang baik, tapi nggak pernah mikir tentang apa-apa saja yang dibutuhkan, apa-apa saja yang harus dilakukan ketika semua sudah berjalan, bagaimana menjalankan operasionalnya. Nah nomor tiga adalah sosok yang dibutuhkan untuk itu.
Tentu kalian sudah bisa menebak tipe yang seperti apa nomor empat ini. Ya, benar sekali, sahabat. nomor empat adalah tipe yang bikin ruwet. Wis ide nggak ada, melaksanakan nggak mau, merawat juga enggak, tapi komentar melulu. Tapi jangan salah, meski begitu, derajatnya di mata Tuhan sama dengan tiga nomor lainnya, bayangkan jika nomor empat dihilangkan, betapa monotonnya kehidupan tiga nomor di atas, semuanya bisa jalan, tidak ada wacana, bah! mboseni!
Supaya memenuhi syarat menulis di sini,
Ceritanya, ada beberapa anak muda dari Solo yang akan menjalani liburan semester. Mereka tengah berkumpul bersama dalam suatu ruangan sambil sesekali makan ciki dan meneguk sebotol bir. Inti utama dari perkumpulan adalah membahas destinasi liburan.
A, membuka pembicaraan, "Gimana gengs? Mau main kemana?".
"Gimana kalo ke Malang? Nanti kita ngecamp di pantai, lihat air terjun, ke kebun buah, dan nyobain kimcil Malang." cetus si B.
"Jauh bets, njir ini musim hujan belum kalau pantainya tutup. Mahal juga." Ucap C sambil mengerutkan alisnya.
"Terus kemana?" Tanya B ke C.
"Nggak usah liburan, kita itu lebih baik berkarya dan berkumpul bersama. Kalau nggak ke manahan aja jogging." Jawab C.
B nggak terima, "Lah, kita itu anak muda, kalau mau main aja kebanyakan pertimbangan dan terlalu takut, gimana? Mikir rencana dan kemungkinan terburuk boleh. Tapi kalau itu artinya batal mah eeq dong? Pada akhirnya masa muda nggak kemana-mana, cuma hidup di sini-sini mulu. Berkarya, kumpul, sama jogging nggak butuh liburan yang lama. Itu bisa dilakukan di hari biasa. Ke Malang nggak bisa di hari biasa."
D, E, dan F nimbrung, "Kita mah kemana aja selow, yang penting jelas."
"Dih pada ngeyel, ke Malang itu capek, nggak worth it dan mahal."
"Kalau ke Malang butuh apa aja? Kalau emg jadi nanti aku cari kebutuahnnya, buat persiapan." timpal A.
Kalian tahu apa yang terjadi dengan hasil diskusi itu? Diskusi itu terlampau malam, lalu mereka semua tertidur dan bangun esok harinya. Lalu diskusi itu diulang lagi dari awal dan begitu seterusnya. Haha.
Ya begitulah kehidupan, kamu tipe yang mana? See ya!
Tipe Orang
![]() |
Sumber |
Kenapa saya bilang penting adalah karena jika dibandingkan dengan entitas tubuh yang lain selevel mata atau tangan apalagi kuku dan rambut maka terdapat ruang hampa yang memisahkan mereka. Sungguh sangat berbeda levelnya.
Sudah bukan rahasia lagi jika ada milyaran sel di dalam otak kita, lalu kata para ilmuwan kita hanya dapat menggunakan beberapa persen saja. Tidak sampai 5%.
Di sini saya tidak akan membahas bagaimana cara menggunakan 100% otak, yaelah bung, tugas akhir saja masih copy-paste punya teman kok, sok-sokan mau mengajari menggunakan otak.
5% tadi, yang kata para ilmuwan adalah sel otak kita yang bekerja, ternyata tidak selamanya saling tersambung. Sel-sel otak ini hanya terhubung jika kita sedang memikirkan sesuatu.
Misalnya, bung sedang memikirkan sebuah pohon yang sedang menari gambyong. Maka sel-sel otak di otak bung akan saling berinteraksi membentu suatu jalur, katakanlah untuk memikirkan pohon menari tadi dibutuhkan tiga buah sel otak yang membentuk hurus Z, nah berarti itulah jalur untuk yang akan terbentuk kembali saat bung memikirkan pohon dan sejenisnya.
Dengan nilai 5% dari milyaran sel otak, maka sangat mungkin banyak sekali kombinasi jalur yang terbentuk di otak kita. Hal menarik terletak di jalur yang paling dominan alias hal-hal yang selalu kita pikirkan.
Ketika kita memikirkan sesuatu lebih sering dari yang lain, maka jalur itu akan terbentuk lebih dominan dari jalur yang lain. Hasilnya apa? Ya, potensi jalur itu terbentuk saat kita berpikir, melihat, mendengarkan, dan merasakan lebih besar daripada jalur yang lain. Lebih besar!
Jalur yang lebih sering terbentuk itu, bahasa sederhananya adalah kebiasaan.
Dor!
Hal ini menjelaskan kenapa ketika berita mbak Nikita dan koleganya yang tertangkap basah tempo hari lalu lebih menghasilkan banyak klik di portal berita online daripada kasus wakil rakyat kita.
Cukup dengan judul, "Video Nikita Siap Pakai" wah yasudah, saya pastikan akan banyak sekali klik pada judul itu.
Membaca kata siap pakai, jutaan otak mesum tentu akan membayangkan bagaimana mbak Nikita rebahan di kasur, sambil tersenyum manis. Kemudiaan otak mesum tadi mulai memerankan om-om yang siap bercengkrama dengan mbak Nikita sepanjang malam.
Tidur di pangkuannya, mulai dari mengusap rambutnya. Mulai memeluk hangat tubuhnya yang sudah tanpa benang. Aoiwhraogha oergaxxx 12iagghaoga aughai4u4r aighariu i212augr. Sampai pada akhirnya pagi datang, semua pulang. Om bisa senang, mbak Nikita dapat uang.
Ya, proses seakan-akan menjadi om-om yang menyewa jasa pijat mbak Nikita sampai pagi menjelang dilakukan oleh otak. Kenapa kok bisa berpikiran sampai sejauh itu, ya karena otaknya sudah terbiasa menggunakan jalur yang sejauh itu. Yang pola interaksi selnya seperti itu. Yang lebih dominan dari jalur lain.
Kenyataannya, walau banyak orang berusaha berteriak bahwa kasus prostitusi mbak Nikita ini adalah pengalihan isu berita wakil rakyat atau bagaimana, terlampau banyak orang pula yang tidak bisa mengalihkan pemikirannya dari wilayah yang dekat-dekat dengan selakangan. Apalagi punya wanita seperti mbak Nikita.
Hal ini ya tak lain dan tak bukan karena jalur yang lebih dominan di otak tadi toh. Sudah sangat jelas bahwa rakyat Indonesia, teman hidup anda, pasangan hidup anda, atau siapapun orang yang gemar membicarakan berita prostitusi artis lebih sering menggunakan otaknya untuk memikirkan hal tersebut di atas.
Benar kan? Hayo?
Sudah ngaku saja.
Coba deh, jika anda lelaki, biasakan nonton film porno selama sebulan. Sampai di derajat tertentu saat anda sudah terbiasa, maka ketika anda melihat teman wanita anda yang sebenarnya biasa saja, tapi yang anda rasakan adalah euforia seakan dialah yang paling cocok untuk diajak main kuda-kudaan. Coba saja.
Hal yang sama juga berlaku jika kita melakukan hal baik. Membiasakan beribadah dan bersyukur di setiap waktunya, maka ketika ada suatu apapun terjadi ya tentu kita akan bersyukur.
Jadi, saya ulang ya supaya poin pentingnya tidak terlewat.
Otak kita mempunyai banyak sekali sel otak, yang kita gunakan hanya 5%. Dari 5% itu terbentuk banyak kombinasi jalur sebanyak hal yang pernah kita pikirkan. Hal yang lebih sering dipikirkan dan dibayangkan akan memiliki jalur yang lebih jelas dan berpotensi muncul jika kita sedang berpikir. Hal itu disebut kebiasaan.
Artinya, kebiasaan juga bisa diubah. Bagaimana caranya? Dengan cara memikirkan hal tandingannya secara lebih sering dan militan.
Artinya, kebiasaan juga bisa diubah. Bagaimana caranya? Dengan cara memikirkan hal tandingannya secara lebih sering dan militan.
Jalur dominan yang berbeda-beda setiap orang juga menjadi dasar utama perbedaan sudut pandang. Ketika dua atau lebih orang diberikan suatu berita yang sama, lalu tanggapan mereka berbeda-beda satu di antara yang lain, sudah tentu karena hal-hal yang biasa mereka pikirkan juga berbeda.
Ketika ada orang yang dalam menanggapi sesuatu kok bisa sama dengan saudara, berarti hal yang biasa dia pikrikan dan lakukan mirip-mirip dengan saudara.
Itu teori idealnya, saudara. Silakan berusaha sendiri, lelaki bertaqwa seperti saya mau melanjutkan pijat-memijat dengan mbak Nikita di alam mimpi. See ya!
Interaksi Sel Otak
![]() |
Sumber |
Selagi punya otak, kenapa juga tidak digunakan untuk berpikir hal yang gue suka? Misalnya tentang kehidupan. Eh tapi apa ya.
Terus tadi di perjalanan dari kampus ke kosan mendadak berpikir bahwa hidup itu berputar seperti roda. Semua orang tentu mengiyakan pernyataan sahih ini. Habis susah orang biasanya akan senang. Habis senang bisa saja susah.
Tapi sebelum gue lanjutkan, perlu gue garis bawahi bahwa tulisan ini hanya hasil ngejomblo gue aja selama di jalanan.
Begini,
kita sama-sama setuju bahwa hidup seperti roda yang berputar. Tapi gue nggak bisa terima gitu aja, loh di luar sana ada orang kaya semacam menteri, sesusah apapun hidupnya, semlarat apapun dia, tetap saja dia lebih nyaman dan layak kehidupannya dibanding gue.
Akhirnya gue mengamati orang-orang. Gue lihat beberapa dulu ada yang kesulitan hidupnya setebal kumis Rano Karno eh sekarang sudah dicukur.
Ada yang dulu bisa tertawa setiap hari kok sekarang marah setiap hari.
Anehnya, semua perubahan dari sulit ke gampang, sedih ke senang, maupun sebaliknya terjadi secara bermacam-macam. Ada yang tiba-tiba tapi ada juga yang melalui proses lama.
Hipotesa yang gue dapat adalah benar bahwa hidup berputar seperti roda tapi tidak hanya satu roda. Ada banyak roda dalam hidup manusia dan itu bertingkat bentuknya.
Ya, bentuknya mirip katrol bertingkat kayak pelajaran fisika anak SMP.
Anggap hipotesa gue benar supaya tulisan ini bisa selesai. Hehe.
Jika benar, maka hanya ada tiga kemungkinan kejadian dalam hidup gue.
Pertama, jika gue sedang berada di roda paling bawah dan kondisinya lagi di bawah yang berarti itu lagi jadi orang paling susah sedunia, maka hal yang dapat terjadi hanyalah berputar ke atas.
Kedua, jika gue sedang berada di roda yang tidak paling bawah dan kondisinya di bawah maka ada dua hal yang dapat terjadi.
- Menduduki kondisi paling atas di roda yang lebih rendah atau
- Naik perlahan seperti poin pertama
- Menduduki kondisi paling bawah di roda yang lebih tinggi atau
- Turun perlahan dan akan menghadapi kondisi susah perlahan
Kapan gue tahu kalau perubahan kondisi gue dari susah ke mudah maupun sebaliknya itu berada di roda yang sama atau sudah berbeda?
Ya, kecepatan perubahannya.
Jika masih berputar di roda yang sama maka perubahan kondisi cenderung terjadi lambat karena proses. Jika berpindah roda ya otomatis cepat.
Dan satu ciri yang mencolok adalah adanya perubahan lingkungan hidup. Ketika orang berpindah roda entah naik atau turun cenderung mengalami perubahan di lingkungan hidupnya.
Apa yang menggerakkan ke atas? Usaha dan doa.
Apa yang menggerakkan ke bawah? Pokoknya hal yang buruk-buruk semacam malas dan kawan-kawannya.
Lah, berarti roda itu tidak berputar 360 derajat, berarti roda kehidupan hanya berputar 180 derajat ke arah vertikal alias cuma naik turun.
Loh, berarti bisa saja kondisi gue tidak berubah sama sekali? Ya tidak bisa, ketika gue rajin berarti gue tidak sedang malas. Dalam hidup pasti gue melakukan salah satu hal entah baik atau buruk yang akan menggerakan roda itu.
Kemudian, masalah berpindah roda. Kenapa berpindah roda ke level yang lebih tinggi itu penting? Karena begini meskipun katakanlah gue sedang berada di kondisi terburuk gue di roda itu, gue tetap lebih baik kondisinya daripada roda-roda di bawah gue.
Terlepas dari kehendak Tuhan, apa hayo yang bisa bikin berpindah roda di bawahnya?
Kira-kira hal apa yang bisa bikin gue sudah dalam kondisi terburuk eh masih saja tertimpa hal-hal buruk lagi?
Ya, kesialan. Ketika gue sedang sial sangat memungkinkan meski dalam kondisi buruk maka akan terus buruk dan buruk. Hal ini bisa mengakibatkan gue pindah ke roda yang lebih rendah.
Setelah gue pindah roda, gue jadi berada di posisi atas kan. Nah iya, benar sekali, gue akan mendadak dapat banyak hal baik.
Dan ini berarti hal yang bisa bikin kita naik roda di atasnya adalah keberuntungan.
Contoh berpindah roda? Oke begini, ketika gue sedang berusaha dan berdoa sekuat tenaga supaya bisa masuk Google, maka otomatis gue sedang bergerak ke atas kondisinya. Kenapa gue bisa bilang sedang bergerak ke atas? Ya tidak diterima Google sekalipun, gue tetap sedang meningkatkan kualitas diri toh.
Semua orang yang ingin masuk Google juga akan melakukan hal yang sama perihal usaha dan doa. Gue dan semua orang itu menduduki tingkat tertinggi di roda masing-masing.
Ketika tiba hari seleksi di Google, gue dan semua orang yang mendaftar akan diberi banyak ujian dan cobaan. Halah.
Setelah selesai tesnya eh kok gue yang diterima. Padahal banyak orang yang lebih pintar dan IPK-nya setinggi bintang di angkasa. Kok gue? (Amin sih, amin dulu aja)
Pada akhirnya gue memulai hidup baru di Google, dari awal, dari posisi terendah roda baru gue.
Nah, mungkin itu dulu pemikiran tentang rodanya. Benar atau salah ya masa bodoh. Yang penting gue pakai prinsip ini, dan kalau memang berhasil apa salahnya kalian mencoba?
Oya, masih ingat toh bagaimana caranya biar selalu beruntung? Ya, menabung kesucian. See ya!
Roda Kehidupan?
![]() |
Sumber |
Berbeda bukan dalam artian yang dangkal ya. Hidup aja dengan tiga mata, kan berbeda. Bukan, bukan seperti itu.
Berbeda di sini berarti hidupnya tak tersentuh (loh?) di perilaku yang baik. Misal ya, Raditya Dika, dia bisa menulis sebanyak itu, dia bisa bikin film sebanyak itu, dia bisa jadi komika seperti itu, nah dia itu tidak sedang tersentuh gitu oleh siapapun.
Banyak orang yang berusaha menjadi seperti dia entah dimulai dengan menulis buku lucu, jadi komika, atau bikin film sederhana yang lucu, tapi akhirnya apa? Ya, mereka gagal, mereka tidak pernah melebihi atau minimal menjadi seperti Radit karena memang Raditya Dika sedang tidak tersentuh oleh siapapun, tidak bisa diikuti apalagi ditiru. Dia hidup dengan cara yang berbeda. Gitu.
Atau siapapun deh, seperti Messi atau Ronaldo, mereka adalah orang-orang yang sedang tidak tersentuh, jadi mau sebanyak apapun pemain sepak bola yang berusaha menjadi seperti mereka ya pada akhirnya tidak akan bisa.
Dampak utama dari tidak tersentuh ini apa? Ya, siapapun yang tidak tersentuh akan menjadi trend center. Tapi, tujuan gue bukan itu, ini hanya masalah berkarya dan menjadi panutan baik.
Oke langsung saja, pertama adalah melakukan hal apapun untuk menghasilkan rangsangan tertentu yang bersifat baik di tubuh kita. Misal nih, merokok. Gue terlanjur benci kepada orang yang terlalu berlebihan mengkritik perokok. Kemarin gue baca tulisan kayak gini di sosial media,
"Duh laki-laki yang suka merokok boros amat yah. Ternyata bukan perempuan yang paling boros.
Bayangin saja, sehari habiskan uang Rp.15.000,- jika dikalikan sebulan menjadi Rp.450.000,- Lalu jika dikalikan satu tahun menjadi Rp.5.400.000.
Jika uang itu ditabung, tiga tahun bisa beli motor. 20 tahun bisa beli mobil atau bangun rumah sederhana.
Itu sih kalau pemikiran matre
Tapi kalau pemikiran religi, jika uang tersebut untuk sedekah, qurban, santun anak yatim, dll. wah bisa bangun rumah banyak di surga.
Sama saja sih matre, tapi matre religi
Tapi berhubung digunakan untuk membeli rokok. yaa.... apa yang didapat dengan habiskan uang sebanyak itu? apa hasilnya? apa manfaatnya?
Maaf, Ini bukan #HateSpeech terhadap perokok. tapi mari kita berfikir tentang mana yang terbaik untuk kita dan orang-orang disekeliling kita"
Iya, bakteri di comberan depan rumah juga ngerti kalau 15000 x 30 = 450000, terus kalau dikalikan setahun jadi 5400000.
Tapi coba berhenti sejenak, duduk lalu minum air putih. Sadar nggak kalau tulisan di atas hanya berisi kalimat putus asa seakan kalau ingin mencukupi kebutuhan harus bersabar di dalam waktu? Oh, jadi ini mentalitas yang dibentuk orang-orang tanpa rokok? Mental pekerja, mental bersabar ketika keadaan tidak memuaskan, mental yang dangkal?
Ngerti nggak berapa banyak penemuan penting oleh orang-orang paling berpengaruh di dunia ini dan hanya rokok yang jadi satu-satunya saksi?
Ngerti nggak kalau nggak perlu nunggu 20 tahun buat beli mobil atau bangun rumah kalau dengan rokok bisa bikin ide gila yang menghasilkan?
Ngerti nggak kalau orang berhenti merokok menyebabkan berat badannya naik pesat, hasilnya apa? Ya, obsesitas. Mana ada orang obesitas hidup lebih lama dari 50 tahun, susah. Lah, perokok umur 70 tahun? Banyak.
Ngerti nggak kalau Agus Salim bisa bikin bangsawan eropa mingkem karena rokok kreteknya?
Mana bisa hal serumit rokok dilihat dari sisi sedangkal pengeluaran yang diperlukan untuk membelinya? Rokok adalah entitas yang tidak bisa ditinjau cuma dari segi kesehatan atau biaya. Duh baper kan gue.
Tapi intinya, lakukanlah apapun selama itu tidak melanggar larangan Tuhan dan mampu membuat tubuh bekerja secara militan. Alasan kenapa susah menjadi seorang Ronaldo adalah karena kita tidak bisa mengikuti kemanapun dia pergi dan apapun yang dia lakukan. Kita tidak tahu.
Andai kita tahu, bisa kok untuk menjadi seperti dia atau bahkan lebih dari dia. Ya nggak?
Yang kedua adalah mencoba untuk melewati batas-batas mustahil dalam hidup. Caranya? Hiduplah tanpa terpaku di sesuatu yang buruk. Gini ya, misalkan gue hidup dan kebetulan punya saingan dalam rangka memenangkan hati wanita. Merasa kalau hanya ada satu saingan, otomatis gue akan berusaha menjadi lebih dari dia.
Saat gue hidup hanya terpaku untuk melebihi saingan tadi, ya gue cuma bakal jadi lebih sedikit dari dia.
Gue pernah nulis kenapa kita harus punya sosok yang dikagumi supaya bisa menjadi lebih dari dia, gitu kan? Nah itu biar kita terpaku kepada sosok yang owsom itu, biar setiap hal yang kita lakukan kita selalu berusaha menjadi lebih baik dari dia.
Sekarang coba aja pikir kalau sosok owsom itu diganti dengan orang yang biasa saja yang hidup di sekitar kita, walhasil potensi berkembang menjadi buruk juga, kan?
Jadi, jangan pernah terpaku kepada orang yang tidak semestinya.
Terakhir adalah dengan beli headphone. Buat menutup telinga saja karena bakal banyak bacot dari orang-orang yang tidak terima bahwa kita menjadi lebih baik dari mereka. Lah, daripada mendengarkan mereka mending dipasangi headphone, toh? Bisa mendengarkan lagu.
Sedikit banyak, bacot orang-orang itu akan mengganggu, apalagi jika orangnya ternyata dipaksa oleh Tuhan untuk hidup di sekitar kita.
Dua dari tiga hal yang gue bilang tadi menyertakan orang lain di dalamnya. Orang-orang yang bisa saja teman kalian, sahabat kalian, pacar kalian, bahkan keluarga kalian.
Hati-hati ya menjalani hubungan dengan orang lain. See ya!
Ide Supaya Tidak Tersentuh
![]() |
Sumber |
Kenapa geleng-geleng? Ya betapa tidak, melihat satu makhluk-Nya yang terlihat kurang mampu dalam menggunakan otak yang sehebat ini.
Coba deh, otak gue ini dipakai untuk apa saja ya?
Dipakai untuk belajar semalam sebelum UTS dan UAS.
Dipakai untuk merayu wanita.
Dipakai untuk berpikir bagaimana melancarkan acara di kampus.
Dipakai.....
sudah sepertinya, hanya itu. Selepas hal-hal di atas, otak hanya menjalankan kebiasaan yang sudah ada bahkan kadang tanpa gue niatkan untuk ada.
Berdirilah tubuh ini menatap cermin, sambil melotot, mulut mulai bergumam, "Keparat!".
***
Beberapa waktu lalu, laptop gue mengalami anomali. Entah kenapa penggunaan disk selalu 99% padahal gue hanya duduk diam saja sambil menatap nanar task manager.
Buat yang belum paham apa itu task manager,
task = tugas
manager = pengatur
pengatur tugas. Gitu.
Walhasil, kipas laptop jadi teriak-teriak kayak mau diperkosa. Sebagai orang yang tidak ingin terlihat bego di depan pacar saat suatu hari nanti hal ini kejadian di laptop doi dan gue cuma bisa bengong berdua bareng doi, maka berinisiatiflah untuk memperbaiki. Meski tanpa latar belakang itu tentu saja gue tetap memperbaiki. Hehe.
Hal apa hayo yang pertama gue lakukan? Yaps, langsung saja gue buka browser dan mulai streaming bokep mencari solusinya.
Keywords yang terketik kala itu adalah "Disk 99% windows 8" dan taraaaa muncul banyak sekali hasil penelusuran.
Banyak cara yang gue jalani waktu itu mulai dari masuk pengaturan ini-itu, bla-bla, sampai ganti-ganti opsi di service windows.
Intinya, jalan rumit sudah dilalui namun tetap saja tetap tidak berhasil. Hmm.
Intinya, jalan rumit sudah dilalui namun tetap saja tetap tidak berhasil. Hmm.
Lalu gue melongo kayak sapi yang lagi masuk angin eh tiba-tiba diajak putus sang betina.
"Ya Allah, masa iya laptop hamba harus dikembalikan ke service center cuma karna masalah seperti ini? Masa iya hamba yang berniat membangun sumuurr secerdas jarvis di film iron man harus bersedih seperti ini hanya karna tidak ngerti tutorial bahasa inggris?".
Gue matikan malahan laptopnya.
Berbaring di kasur.
Berkhayal soal jarvis tadi.
Kemudian ada loncatan arus listrik kecil di otak gue yang berkata seperti ini, "Kalau disk itu 99% kepakai tentu karna ada yang menggunakan, ya dibunuh saja penggunanya."
Hidup lagi deh laptopnya.
Buka task manager, eh ternyata process system yang menggunakan, secara teori aljabar, jika saya mematikan process itu otomatis akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan populasi di laptop.
Eh tapi ada tombol kecil di bagian task manager yang membuka daftar aplikasi apa saja yang menggunakan resource. Gue buka.
Di situ memang system yang menggunakan, tapi lebih detail system apa dan itu artinya jika gue bunuh tidak akan menimbulkan hal menakutkan. Eh gue end task beneran, dan ya! terjadi apa-apa.
Harapan gue sih laptop mendadak mati dan tidak bisa hidup atau bagaimana, akan tetapi malah berhasil. Disk-nya tidak 99% lagi.
Gue mendadak istigfar dan merenung dalam-dalam dan seperti biasanya, kebablasan tidur. Hehe.
***
Cerita di atas, tidak penting mengenai tema yang gue angkat. Kebetulan saja masalah yang gue hadapi adalah pemakaian sumber daya disk di laptop gue jadi 99% secara terus-menerus.
Cerita di atas, tidak penting apakah gue terlihat bego atau bagaimana karena menyelesaikan hal seperti itu saja tidak tahu caranya.
Cerita di atas, bukan untuk curhat atau bagaimana.
Yang gue sesali adalah, kenapa gue harus membuka google duluan. Itu artinya, memang selama ini otak gue memang jarang dipakai, hanya digunakan untuk memikirkan UTS dan UAS, event-event di kampus, dan hal-hal tidak penting lainnya. Hasilnya? Ya itu, bahkan gue kehilangan kemampuan mengatasi suatu masalah secara mandiri.
Ya kebetulan aja itu masalah di sistem operasi laptop, ada di google. Lah bagaimana yang tidak ada? Bahkan yang ada saja, yang kala itu semua solusi sudah gue coba, ternyata gagal.
Gue dulu selalu berusaha sekeras mungkin tidak mengalami ketergantungan terhadap sesuatu di dunia ini, berslogan butuh ya butuh aja, tidak perlu sampai tergantung. Dimana, seharusnya itu juga berlaku untuk google, smartphone, dll.
Gue nggak mau bersedih ketika harus kehilangan apapun. Setahu gue, hanya kesedihan yang menjadi hasil akhir dari suatu ketergantungan. Dampaknya apa? Ya, jadi kurang bisa ikhlas.
Ujung-ujungnya gila, ya enak kalian waras jadi gila, lah gue sudah gila, mau jadi apa coba?
Ujung-ujungnya gila, ya enak kalian waras jadi gila, lah gue sudah gila, mau jadi apa coba?
Dari cerita di atas juga kelihatan bahwa setiap masalah orang itu solusinya berbeda. Ya, berbeda. Semua solusi di google, ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah gue yang secara sekilas terlihat sama atau bahkan memang sama.
Gue nggak mau cuma jadi orang yang bisa cepat cuma karna mencari, gue selalu yakin bahwa kemauan Tuhan adalah gue ada di dunia untuk mempelajari, menemukan, dan membuat sesuatu. Buat apa coba Tuhan capek-capek mengukir gue seganteng ini kalau hanya bisa jadi orang tidak berguna. Itu gue, kalian? Ya terserah. See ya!
Belajar dari Disk 99%
Langganan:
Postingan
(
Atom
)