Tipe Orang

Sumber

Tuhan sengaja membuat dunia ini mampu bergerak secara seimbang. Hal-hal yang ada di dalamnya juga seimbang. Menurut fisika, keseimbangan terjadi saat selisih gaya yang bekerja pada suatu benda adalah nol.
Badut mengendarai sepeda roda satu bisa berdiri seimbang karena ia berusaha sekeras mungkin untuk membalas setiap gaya yang bekerja pada sepeda itu. Ketika ada gaya ke kanan, dia balas ke kiri. Gitu pokoknya.

Maka, ketika bung/nona memiliki pasangan, carilah sosok yang mampu menyeimbangkan. Di titik ini lho kenapa kok banyak orang yang sering berkata bahwa sepasang kekasih harus saling melengkapi, sebenarnya bukan masalah biar lengkap atau tidak, cuk! Tapi biar ada keseimbangan di dalam hubungan itu.
Ketika saya menjadi sosok yang mudah marah sedangkan pasangan saya juga mudah marah, lha mbok sini tos sama saya kalau bung setuju bahwa hubungan saya tak lama lagi berakhir.

Pun, hal ini bekerja kepada kehidupan manusia. Dalam suatu perkumpulan, percaya atau tidak, untuk tercapainya suatu kesimbangan, Tuhan selalu menyertakan beberapa tipe orang di dalamnya. Coba saja bung perhatikan, betapa selalu saja ada tipe orang yang akan saya sebutkan di bawah ini dalam setiap perserikatan yang bung jalani atau masuki.

Maka terdiamlah saya beberapa detik ketika menyadari hal ini. Pantas saja dari dulu punya geng kok selalu saja ada yang resek.
Ada empat tipe orang yang akan saya ekspos. Loh, kenapa cuma empat? Hehe. Kali ini memang cuma ada empat kok sepertinya.

Kali pertama adalah sosok yang selalu memberikan ide, namanya pencetus. Orang yang satu ini militan sekali ketika memberikan ide, bar kuwi njuk turu. Ya mau bagaimana? Tuhan memang menciptakan dia hanya untuk memberi ide kok, setelah ide-ide dikeluarkan tentu dia berhak untuk lepas tanggung jawab mengenai kelanjutan situasi.

Di urutan kedua adalah orang yang menjadi estafet dari sang pemberi ide tadi, dia adalah algojo sahih. Otaknya boleh saja mampet soal ide-ide, tapi dia paling alergi pada kata wacana. Nggak ada usul, nggak mau mikir, nggak membantah, pokoknya ikut saja. Jumlah orang-orang seperti ini tentunya sangat banyak, karna cenderung sebagai pengikut.
Untuk menyeimbangkan sang algojo tadi, Tuhan tak lupa memberikan perawat. Nomor dua memang eksekutor yang baik, tapi nggak pernah mikir tentang apa-apa saja yang dibutuhkan, apa-apa saja yang harus dilakukan ketika semua sudah berjalan, bagaimana menjalankan operasionalnya. Nah nomor tiga adalah sosok yang dibutuhkan untuk itu.

Tentu kalian sudah bisa menebak tipe yang seperti apa nomor empat ini. Ya, benar sekali, sahabat. nomor empat adalah tipe yang bikin ruwet. Wis ide nggak ada, melaksanakan nggak  mau, merawat juga enggak, tapi komentar melulu. Tapi jangan salah, meski begitu, derajatnya di mata Tuhan sama dengan tiga nomor lainnya, bayangkan jika nomor empat dihilangkan, betapa monotonnya kehidupan tiga nomor di atas, semuanya bisa jalan, tidak ada wacana, bah! mboseni!

Supaya memenuhi syarat menulis di sini, saya akan memperpanjang tulisan ini saya akan memberikan contoh kejadian yang memperjelas peran-peran orang di atas.
Ceritanya, ada beberapa anak muda dari Solo yang akan menjalani liburan semester. Mereka tengah berkumpul bersama dalam suatu ruangan sambil sesekali makan ciki dan meneguk sebotol bir. Inti utama dari perkumpulan adalah membahas destinasi liburan.
A, membuka pembicaraan, "Gimana gengs? Mau main kemana?".
"Gimana kalo ke Malang? Nanti kita ngecamp di pantai, lihat air terjun, ke kebun buah, dan nyobain kimcil Malang." cetus si B.
"Jauh bets, njir ini musim hujan belum kalau pantainya tutup. Mahal juga." Ucap C sambil mengerutkan alisnya.

"Terus kemana?" Tanya B ke C.
"Nggak usah liburan, kita itu lebih baik berkarya dan berkumpul bersama. Kalau nggak ke manahan aja jogging." Jawab C.

B nggak terima, "Lah, kita itu anak muda, kalau mau main aja kebanyakan pertimbangan dan terlalu takut, gimana? Mikir rencana dan kemungkinan terburuk boleh. Tapi kalau itu artinya batal mah eeq dong? Pada akhirnya masa muda nggak kemana-mana, cuma hidup di sini-sini mulu. Berkarya, kumpul, sama jogging nggak butuh liburan yang lama. Itu bisa dilakukan di hari biasa. Ke Malang nggak bisa di hari biasa."

D, E, dan F nimbrung, "Kita mah kemana aja selow, yang penting jelas."

"Dih pada ngeyel, ke Malang itu capek, nggak worth it dan mahal."

"Kalau ke Malang butuh apa aja? Kalau emg jadi nanti aku cari kebutuahnnya, buat persiapan." timpal A.

Kalian tahu apa yang terjadi dengan hasil diskusi itu? Diskusi itu terlampau malam, lalu mereka semua tertidur dan bangun esok harinya. Lalu diskusi itu diulang lagi dari awal dan begitu seterusnya. Haha.
Ya begitulah kehidupan, kamu tipe yang mana? See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.