Menjadi Manusia dan Melihat Dunia Yang Berbeda

Sumber

Ada yang bertanya kepada saya, kenapa tidak membahas teror bom di Jakarta tempo hari? Sudah banyak yang membahas mulai dari analisis profesional tidaknya sang teroris yang memegang senjata dan kebetulan terfoto, polisi-polisi yang tidak mengenakan rompi hingga tukang jualan yang santai-santai saja melakukan pekerjaannya di area bom. Buanyak.

Yang terpenting adalah blog ini bukan portal berita, bung. Blog ini hanya refleksi dari kata-kata yang terbentuk dengan pola di otak. Otak saya masa iya otak sapi. Kebetulan saja tidak ada hal penting dan mendesak terkait teror di Jakarta selain menduga-duga seperti yang dilakukan beberapa program televisi.

Saya, dengan jujur dan tanpa paksaan dari pihak manapun, mengaku bahwa waktu kecil paling ogah membantu orang tua. Apapun pekerjaannya bahkan untuk sekedar membereskan kamar sendiri. Definisi kecil adalah sebelum kuliah.
Setelah saya pindah Jogja satu setengah tahun, ada perbedaan pada diri saya selain menjadi tambah ganteng, kok bisa sekarang saya jadi mau dan ikhlas rela membantu tanpa mengharapkan uang jajan sepeserpun? Hal ini menggelitik di pikiran karena saya merasa menjadi sedikit lebih manusiawi.

Lantas, saya menjelajahi berkas-berkas di otak mengenai hal-hal yang dilakukan selama satu setengah tahun belakangan. Dibandingkan saat di rumah, perbedaan ketika di kos hanyalah perkara mencari makan dan ke kampus. Selebihnya sama, nggak mau tahu bagaimana baju jadi bersih di tempat laundry maupun di rumah, saya juga nggak mau tahu bagaimana bentuk kamar saya.

Ini artinya, ada hal yang saya lihat dan pelajari ketika mencari makan di luar. Hal apa? Raut wajah bapak tukang sate yang sangat lelah ketika tengah membakarkan ayam ciptaan Tuhan lalu meleumurinya dengan bumbu kacang dan kecap. Percayalah, monalisa, jika diberi irisan bawang merah dan cabai hijau, untuk kali ini ada yang lebih cantik dari bentuk indahmu.

Lalu ada perbincangan penjual mie ayam mengenai persaingan dagang mie ayam dengan istrinya. Wah. Bukan kok saya mau mencampuri urusan rumah tangga orang lain, tapi sumpah saat itu saya hanya sedang makan. Kebetulan saja mendengar dari awal sampai akhir.
Bapak itu bercerita mengenai bisnisnya yang setiap bulan dapat berapa dibandingkan warung-warung lain. Saya sampai menangis. Mie ayamnya kebanyakan sambal.

Di kampus? Ah, untuk di kampus saya bukan mahasiswa seperti kakak Ronny yang berani bikin status fesbuk lalu di-DO rektor. Saya hanya mahasiswa biasa yang masuk kelas untuk berkuliah dan mengerjakan beberapa acara seperti kompetisi olahraga dan sebuah konser.
Dari acara-acara ini, saya melihat hal lucu loh, "Manusia, secongkak apapun dia ke dirimu hari ini, jika besok dia terancam mati dan hanya kamu yang bisa menolong, dia akan lupa semua kecongkakannya dan memohon.".

Saat mencarikan panggung dan peralatan penunjang konser lainnya, saya sempat bercerita dengan beberapa pemilik vendor yang kebetulan saya sewa alatnya. Beragam, ada yang bercerita kalau menangani di kota ini bangsat sekali, uangnya dikit mintanya banyak. Ada yang bercerita klien dia dahulu nawari 200 juta eh dibayar hanya 20 juta lalu ditinggal pergi. Banyak bung, saya malas mengingat-ingatnya hanya demi memberi bukti pendukung untuk judul kali ini.

Bandingkan dengan semasa sekolah. Saya makan terima jadi di rumah, di sekolah hanya main-main-main dan main. Bahkan saya lupa kata ketiga dari pertemuan ketiga pelajaran bahasa Indonesia kelas dua SMA. Sumpah, lupa.

Artinya, melihat hal baru, mengetahui kenyataan dunia tidak semudah nonton film, membuat saya menjadi lebih manusiawi. Dan bung juga manusia, jika ini berlaku ke saya maka tentu berlaku ke bung.
Karena apa? Karena meliha hal-hal yang tidak pernah saya lihat sebelumnya menjadikan sudut pandang saya bergeser terus-menerus. Dengan bergesernya sudut pandang, cara melihat dan menanggapi sesuatu juga akan berbeda dan percayalah bahwa itu menyenangkan.

Bayangkan saat bung melihat sapi sebagai binatang kotor dan menjijikkan, saat sudut pandang bung bergeser menjadi melihat sapi sebagai binatang multifungsi dan paling berjasa di dunia ini. Sapi yang tidak berpayudara namun putingnya menggairahkan itu, menjadi pemasok terbesar susu di dunia disusul kambing dan kuda.
Sudut pandang juga bisa digeser sebaliknya. Dari melihat sapi sebagai hewan multifungsi menjadi kotor dan menjijikkan. Adalah terserah bung mau menggesernya ke sebelah mana.

Bagaimana cara menggeser sudut pandang? Cobalah hal baru, dengarlah hal baru, lihatlah hal baru. Cukup. Pasti sudut pandang bung akan bergeser.
Tinggal bagaimana yang bung inginkan, mau bergeser ke sisi baik atau ke buruk. Boleh dicoba kok. Saran saya sih ke perilaku baik dulu, soalnya kalau terlampau nyaman di perilaku buruk pasti ogah ke perilaku baik. Hehe.
Yang penting ada hal baru, jika tetap di situ-situ melulu atau sekedar membaca sosial media, sumpah demi martabak dengan lumuran keju cair, tidak akan ada efek nyata.
Bacot doang nanti yang akan bung hasilkan di sosial media, nyatanya, bung tetap berdiam di titik, kondisi, keadaan, dan sudut pandang yang sama. Kalaupun ada status maupun tulisan bung berbeda sudut pandangnya, itu hanya copas ide atau bahkan tulisan asli. Yakan?

Sudut pandang yang sedang dilihat oleh seseorang akan menentukan seberapa jauh dia menjadi manusia. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.