Tentang Kesimpulan

Sumber
Ada hal lucu yang gue perhatikan dari apa yang gue lihat selama ini. Lucu saja ketika orang-orang menjadi gemar menyimpulkan sesuatu. Sayang seribu sayang, gue termasuk orang-orang itu.
Melihat orang-orang keren macam Steve Jobs, siapa lagi? Ah mbuhlah, banyak, dimana mereka adalah orang yang tidak menyelesaikan pendidikan formalnya tapi bisa memahat nama mereka di otak orang apatis karena benar-benar lupa nama tetangga yang hanya berjarak tiga rumah dari rumah sendiri seperti gue.
Orang-orang sok yes itu kemudian menyimpulkan bahwa pendidikan formal tidak penting, oke baiklah lebih spesifik lagi sampai ke derajat dimana alat ukur seperti nilai dan IPK tidak menentukan masa depan.

Lucu. Ya memang nilai dan indeks itu tidak menentukan masa depan, tapi ini bukan tentang masa depan bung, ini tentang bagaimana bung bertahan di suatu sistem buatan orang lain dengan keren. Tapi lupakan saja, gue sepenuhnya setuju dan mengeluarkan nada yang sama dengan pernyataan orang-orang bahwa nilai dan IPK tidak menentukan masa depan. Kenapa? Karena nilai dan IPK adalah report untuk suatu sistem buatan orang, kita ini berwarna dengan warnanya masing-masing jadi ya kenapa harus memaksakan hidup di sistem buatan orang lain yang warnanya membosankan itu?

Tak berhenti sampai di situ. Di salah satu mata kuliah gue, dosen berkata, "Orang-orang gila adalah mereka yang akan melakukan perubahan.". Mari beranggapan bahwa bung tidak sebodoh itu mengartikan gila di sini sebagai ketidakmampuan mengendalikan kesadaran, kita sepakat bahwa gila di sini adalah mereka yang tidak peduli bagaimana wujud mereka di masyarakat, mengambil keputusan di luar nalar dan berisiko tinggi, serta tidak malu-malu seperti anak SMP yang baru saja jadian.
Lantas, kenapa bisa dosen gue mengatakan hal seperti itu? Ya, beliau menyimpulkan hal-hal yang dilihatnya selama beberapa tahun di luar negeri. Dia melihat bahwa orang gila itu mampu menghasilkan sesuatu yang lebih keren dibanding mereka yang normal dan mengikuti sistem.

Apalagi?

Bang Thomas penemu lampu itu tidak menemukan idenya perihal lampu ketika berdiskusi atau berpesta dengan rekan-rekan.
Bang Alan Turing juga merasa ngeh dengan apa sebenarnya kelemahan enigma saat sedang diskusi bersama kelompok belajarnya.
Nabi kesayangan gue apalagi. Tidak menerima firman Allah saat sedang ngobrol dengan tetangga. Beliau berdiam diri di gua.
Ada lagi? Bahkan hal kecil sekelas ditemukannya ide tulisan ini juga tidak muncul karena gue rapatkan dengan teman-teman yang cerdas. Gue lagi diem aja jam tiga dini hari, ingin menulis, yasudah jadilah tulisan ini.

Mari menyimpulkan seperti yang sudah-sudah, bahwa hal besar tidak akan lahir dan muncul di tengah keramaian dimana keramaian identik dengan siang. Artinya, hal-hal besar lebih berpotensi lahir di malam hari.
Sekalian, kesimpulan tambahan adalah bahwa tidak ada hal yang cukup membanggakan ketika itu dihasilkan dari otak lebih dari satu orang. Yang brilian, murni, suci, dan keren lahir bukan karna hasil diskusi.
Kalau hasil diskusi namanya notulensi, bukan ide.

Premis-premis yang dari tadi gue tuliskan itu nggak logis? Ya memang, membelah lautan pakai tongkat itu juga tidak akan bisa masuk di logika manusia manapun tapi nyatanya terjadi. Menyembuhkan orang sakit pakai batu hasil sambaran petir itu juga tidak mungkin terjadi tapi nyatanya ribuan orang tetap saja mendatangi anak kecil yang gue lupa namanya siapa.
Mari bikin satu kesimpulan yang lebih berani lagi bahwa kemustahilan di alam milik Tuhan ini mendekati nol, ya, hampir tidak ada kemustahilan kecuali gue balikan sama mantan.

Baiklah mari kita simpulkan semua kesimpulan yang ada tadi. Jika bung kebetulan membaca tulisan ini dan ingin menjadi orang yang hebat maka inilah yang harus bung lakukan:


  1. Berdoa, apa perlu gue jelaskan alasannya?
  2. Jadilah berwarna, tentu saja ini berarti tidak perlu khawatir tentang nilai dan IPK bung. Tapi percayalah, menjadi pemenang di sistem buatan orang lain tidak seburuk itu kok.
  3. Jadilah gila, ayolah apa pentingnya kata orang tentang bung?
  4. Bukalah mata bung di malam hari, kecuali bung mau mikir hal-hal berat di cuaca panas dan terasa gerah.
  5. Pikirkan sesuatu sendirian, sejarah sudah bercerita banyak soal yang satu ini.
Jangan berlebihan, bukan berarti hanya dengan lima hal itu langsung mendadak hebat. Sebentar, jangan buru-buru. Kelima kesimpulan itu ideal jika dilakukan dengan usaha. Usaha yang biasa saja, tidak perlu buru-buru dan ngotot karena sebenarnya yang penting adalah satu hal bernama momentum yang hanya dalam hitungan detik membelokkan takdir bung entah kemana.

Bung keberatan dengan kesimpulan dari semua kesimpulan yang gue tulis di atas? Ya tidak apa-apa, lebih baik bung cari posisi duduk yang nyaman seperti menjadi pegawai lalala-yeyeye lalu malam-malam sebelum tidur, sebelum memeluk kekasih kesayangan bung, merenunglah sejenak dan rasakan bahwa dunia ini dikuasi orang-orang seperti itu. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.