Warisan Seorang Ayah

Sumber
Sesaat setelah semua hal yang gue rencakan ketika pulang ke Solo tidak terealisasi alias dhedhel dhuwel, berdiam diri dan pelukan sama gitar adalah hal paling worth it untuk gue lakukan.
Lagi asik-asik chat sama cewek, nyokap mendekat lalu nyeletuk santai di samping gue, "Mama kemarin habis kecelakaan." dengan nada sedikit bangga.

Anjir.

Udah, gue langsung menyudahi chat sama cewek tadi dan fokus ke nyokap. Alhamdulillah. Cuma itu yang gue katakan dalam hati kemarin karna beliau masih sehat-sehat saja dan bisa cerita dengan nada bangga.

"Habis beli telur sekilo, pecah semua hahahahaha."

"Hah? Kok bisa?"

"Lagi nyebrang ring road(bentuknya nggak ring tapi soalnya berujung), udah sampe ujung eh ditabrak anak kuliahan padahal jalur dia seharusnya di udah mama lewati."

Dalam hati gue, "goblok bets sih anak itu. That's why stupid people is better stay at home."

"Kok motornya baik-baik aja?" Gue masih nggak percaya.

"Liat aja tuh di kamarmu (Kamar gue jadi gudang sekarang), lampu sama bannya rusak tapi masih bisa jalan, mama nggak mau pake, pake satunya aja." Gue mulai khawatir kalau ntar motor gue yang diajak tukeran. Wahahahaha.

"Kok nggak ngabarin?"

"Biar apa? biar kamu kepikiran? Ntar pulang cuma semalem doang terus paginya balik Jogja lagi?"

"Terus bocah itu gimana?" Seakan gue ini bukan bocah yang lagi kuliah.

"Ya dia malah lebih parah orang nabrak gitu(meski gue nggak tahu logikanya gimana, tapi gue mengiyakan aja), trus dianterin berobat sama bapakmu, dikasih uang pula, padahal yang ditabrak mama eh mama nggak dikasih uang. Wkwkwkwkwk."

Gue bingung bagian mananya yang lucu. Kemudian setelah kalimat di bawah ini gue cuma bisa diem aja.

"Bapakmu cuma inget kamu aja, anak kuliah lagi kecelakaan, ntar kalo kamu kenapa-napa biar dibantu juga."

Gue diem lama. Setelah gue diem itu nyokap mulai nanya-nanya soal kuliah, yaudah gue jawab aja sekenanya sambil terus diem dan sok asik milih-milih lagu yang seru di laptop.

***

Gue, waktu seumuran SD itu ingat sekali ketika diajak pergi, dari dalam mobil tiap ada benda yang menggelitik di otak gue langsung gue tanyakan ke bokap. Dia menjawab sambil memberi nasihat di setiap jawabannya. Apalagi ketika liburan keluarga, jalan baru baru diaspal aja gue tanyain gimana caranya kok marka jalan bisa lurus mulu sampai dimarahin nyokap.
Meski bukan orang berpendidikan tinggi sama kebetulan hal yang gue tanyakan itu aneh semua, jadi jawaban dari beliau selalu pas dan mengarah ke nasihat jadi orang baik.

Pernah gue nanya apa gitu, di akhir jawaban beliau bilang gini, "Sampai nanti kamu lulus kuliah (Gue  masih SD yang bahkan belum tahu kuliah itu apa, masih mikirin besok main layangan dimana), pilihan bapak selalu beberapa langkah lebih bijak daripada pilihanmu, jadi nurut dulu aja, setelah lulus terserah kamu."

Segala kejadian tanya-jawab itu mengalami fade out perlahan setelah gue SMP karna gue yang lebih sering di luar rumah. Gue dididik lingkungan dan jadi sering memerhatikan apa yang ada di sekitar. Jarang nanya-nanya ke bokap lagi apalagi ketika gue kenal sama yang namanya internet. Gue merasa bahwa gue bisa lebih cepat memutuskan sesuatu lebih bijak daripada bokap gue tanpa menunggu lulus kuliah.

Setelah kejadian nyokap gue kecelakaan, coba, andaikata gue jadi bokap waktu itu, gue bunuh tuh anak yang nabrak. Tapi nyatanya bokap gue enggak, dia malah mengantar berobat sampai dirasa cukup dan memberi uang jajan.

Dari dulu, gue merasa nggak butuh warisan dari orang tua dalam bentuk apapun selain pengertian yang lebih tentang hidup. Terlepas dari gue yang memang nggak suka sama duit, itu semua dibentuk oleh bokap gue. Sesuatu itu adalah sesuatu yang tidak tidak punya bentuk tapi bisa membantu lebih dari yang berbentuk.
Gue lebih butuh itu untuk mendidik keluarga gue nanti.

Ini pelajaran buat gue dan kalian semua yang akan jadi ayah nantinya, anak nggak cuma butuh barang berbentuk. Dan yang paling penting adalah ketika anak banyak nanya sewaktu dia kecil, jawab aja ya karena dia sedang memiliki rasa ingin tahu tingkat tinggi dan jika rasa ingin tahu itu diperlakukan dengan baik maka jawaban yang dia dapatkan akan lebih tertanam di logika dia.

Karena memberi pengertian yang baik dan benar kepada anak kecil adalah modal utama untuk menjadikan dia orang bermoral dan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.
Setidaknya, menurut gue hal itu penting karna gue punya kemauan menjadi lebih baik hari demi hari seperti sekarang, punya kemauan untuk menghargai orang lain, punya kemauan untuk memerhatikan orang dan lingkungan.....
Itu karna sewaktu kecil, saat pergi, dari dalam mobil semua pertanyaan gue dijawab tanpa keluhan sedikitpun oleh bokap gue. Dan kalian tahu? Itulah warisan seorang ayah. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.