Cuci Otak

Jika bung adalah seorang remaja yang sedang girang-girangnya melakukan segala hal demi lulus dari universitas ternama di Indonesia, jurusan apapun itu kemudian berangan-angan kelak akan bekerja untuk sebuah perusahaan besar atau pemerintah, menempati suatu posisi penting, dibayar dengan harga yang menurut bung membanggakan tentunya... Baca kalimat di bawah ini, potongan pidato dari mbak Erica Goldson saat dia lulus dari universitasnya dengan predikat lulusan terbaik,

“…the majority of students are put through the same brainwashing techniques in order to create a complacent labor force working in the interest of large corporations and secretive government, and worst of all, they completely unaware of it…”

Ngerti nggak?

Sama sekali tidak ada yang salah dengan bung yang setelah lulus dari universitas kemudian melanjutkan bekerja di perusahaan yang terkenal alias owsom-owsom tanpa perlu saya sebutkan namanya. 
Saya di sini hanya bertindak sebagai pengingat jika ternyata bung adalah salah satu dari seluruh remaja di dunia yang dimaksudkan oleh mbak Erica. 

Jangan-jangan bung memang tidak sadar jika sedang dicuci otaknya supaya menganggap bekerja di perusahaan atau pemerintah dengan gaji yang besar itu keren.

Jika memang iya, santai dan kalem saja, tak perlu tiba-tiba menjadi pembelot di kampus apalagi mendadak D.O. Ingat baik-baik, ada orang yang juga perlu bung perjuangkan melalui jalan formal seperti itu, pasti ada.
Baiklah, jika bung sudah sadar dan merasa bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya, izinkan saya membantu.

Bismillah

Sederhana, berkaryalah. Lakukanlah sesuatu apapun itu yang penting ada hasil yang nyata dan meninggalkan jejak di bumi ini saat bung tiada nanti.

Just shut up your fucking mouth and start make good things more and more.

Lalu bagaimana dengan kuliah? Ayolah, otak bung tidak seburuk itu untuk melakukan tindakan pararel dan mendapat hasil bagus (menurut bung sendiri) di semuanya.

Caranya berkarya, ndes?
Ini hanya pemikiran saya tapi semoga bekerja di diri saya dan semua orang secara umum. Menggunakan otak untuk belajar skill tertentu yang menunjang terbentuknya suatu karya, kemudian menggunakan rasa untuk membuat sesuatu dari skill tadi. Menurut saya, karya bagus tidak akan lahir dari skill saja. Ini cukup menjelaskan kenapa orang yang memiliki skill menonjol tanpa dibarengi kreativitas malah hanya dipekerjakan oleh orang yang tidak punya skill tapi kreatif secara terus-menerus.

Misal, bung ingin membuat sebuah karya berkenaan dengan aplikasi. Ya berarti tinggal mempelajari bahasa-bahasa pemrograman yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi.
Langkah selanjutnya adalah gunakan rasa yang bung miliki. Menggunakan rasa untuk merasakan apa itu aplikasi yang bagus, kenapa aplikasi itu harus ada, untuk siapa, apa yang bisa didapatkan dari aplikasi itu, lalalala yeyeye. Olah rasa ini yang disebut kreativitas.
Selanjutnya, tinggal menyatakan kreativitas tadi menjadi sesuatu yang disebut karya.

Gampang, kan? Ya gampang kalau semua berjalan lancar. Hehe.

Kendala? Wah jelas banyak sekali.
Masih dari ruang pemikiran saya, kendala yang paling mencolok selama ini adalah rasa jenuh. Kedua adalah rasa tidak mampu. Ketiga adalah kendala teknis. Keempat adalah kendala yang saya sebut penghambat dari para pendukung pendidikan formal.

Alangkah bijaksana jika saya tidak menjelaskan satu-persatu mengingat terbatasnya waktu, sesekali coba bung membayangkan sendiri kendala-kendala di atas. Dan tak perlu dibayangkan, pasti akan bung rasakan ketika bung memilih untuk pararel antara kuliah dan menghasilkan karya-karya tertentu.

Bagaimana mengatasinya?
Menurut teman saya yang liberal dan radikal, "Suatu karya dikatakan berhasil apabila pembuatnya merasakan puas setelah menyelesaikannya.".
Selama bung belum merasakan puas dalam berkarya, ya berkaryalah terus, lagi dan lagi. Dengan begitu semua kendala tadi akan kalah oleh sebuah ego yaitu merasa belum puas.
Kalau sudah merasa puas?  Nggak akan ada rasa puas saat berkarya kalau sudah tahu caranya. :)

Jemaat kakung-putri rahimakumullah
Ya, mungkin hanya sebatas ini yang bisa saya sampaikan terkait kalau-kalau bung sadar bahwa sedang dicuci otak supaya mendewakan perusahaan dan materi semata. Sesungguhnya, semua hal itu tidak akan meninggalkan apapun di dunia ini dan tidak akan dibawa ke akhirat nanti, saat bung meninggal, bung akan menjadi sosok yang mudah dilupakan karena memang tidak meninggalkan jejak apapun serta bung tidak akan membawa apa-apa karena bung memang tidak menciptakan apa-apa selain usaha untuk menyejahterakan diri sendiri. Astagfirullah.

Kenapa saya menulis ini adalah karena saya belajar dari Gadjah Mada (Bukan nama kampus), dia bisa diingat dan dikenang sampai beberapa generasi karena meninggalkan jejak sederhana bernama sumpah palapa tentu dengan didukung prestasinya sebagai maha patih.

Begitulah. See ya!

G+

1 komentar

1 komentar:

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.