Jam Kerja

Sumber
Gue sedang menginjakkan kaki di usia dimana sedang gemar-gemarnya menciptakan teori revolusioner. Ya seperti itu. Adalah senar gitar yang membuat gue memikirkan hal ini, ya, tentang jam kerja. Tak jarang gue melongo melihat teman-teman yang bekerja dan belajar setiap waktu, sampai larut malam, sampai pagi lagi, sampai dia lupa mengurus percintaan.
Dia tentu tak sadar bahwa jatuh cinta itu nikmat asal ke orang yang tepat, kalau ke orang yang bangchat ya sekarat.

Loh, kenapa kok jam kerja bisa terinspirasi dari senar gitar? Begini sanak saudara yang dirahmati Allah SWT, kala itu gue lagi main gitar mencari chord dan alur-alur yang gue anggap indah malam-malam, senarnya putus. Tamat.

Lalu apa ide brilian yang gue tawarkan? Ya, buatlah jam kerja bung. Alokasikan jam dimana bung benar-benar menggunakannya untuk sekadar duduk sambil nyeruput kopi gayo yang kebanyakan gula (rasanya kayak cairan ketiak) di balik jendela dimana sesekali muncul muka gebetan yang sudah bahagia sama orang lain. Rapopo, nangis rapopo, yang penting jangan bekerja maupun berkarya. Jangan memikirkan apapun selain santai-santai.

Mungkin teori ini terlalu sulit dipahami oleh bung yang sudah terbiasa dimakani hasutan media, opini sahabat tercinta, dan jarang ngomong sama tembok.
Jadi gue akan berbaik hati memberi contoh kasus.

Misalnya gue cowok ganteng kekinian, mengalokasikan enam jam untuk tidak memikirkan apapun. Yasudah, karena gue suka bekerja dini hari sampai pagi maka gue mengalokasikan enam jam itu di jam habis isya sampai jam satu dini hari.

Nah selama habis isya sampai jam satu itu gue benar-benar tidak melakukan apapun, entah itu pacaran dengan gebetan (Yakali cumi, pacaran mah sama pacar bukan gebetan), mengerjakan apapun, pokoknya mengosongkan pikiran gue dari hal-hal duniawi itu. Pilihan gue hanya dua hal kalau tidak diam saja sambil bersantai minum kopi ya tidur.

Buat apa memangnya melakukan hal seperti ini? Itu karena, berkaca dari kakek Thomas penemu lampu itu... Bahwa dia menemukan solusi akan permasalahannya tidak di saat sedang melakukan pekerjaan. Ya saat apa-ya-entah-gue-juga-lupa-googling-aja-gih-hehehe.

Artinya, pikiran kosong lebih sering memunculkan solusi yang lebih tepat guna, bung. Ya, seperti itu setidaknya hal yang gue yakini sampai saat ini. Makanya, dengan adanya jam kerja ini saat bung sedang menghadapi masalah yang sangat berat dan rumit, istirahatlah ketika memasuki waktu untuk mengosongkan pikiran.

Ucapkan seperti ini, "Hayolo, jam kerja gue udah habis, sekarang waktunya santai-santai, bye pekerjaan yang ada masalahnya." lalu gitaran sambil ngopi kemudian tidur. Bangun sesuai perjanjian dengan diri sendiri untuk melanjutkan berpikir tentang masalah tadi sesuai jam kerja bung.
Kalau bung beruntung, akan ada solusi yang tidak sengaja muncul di saat pikiran sedang kosong itu, kalau tidak muncul ya nggak papa, nanti dipikirkan lagi ketika jam kerja datang. Haha.

Bung boleh saja menyanggah dengan argumen bahwa bekerja sekeras mungkin adalah kunci utama untuk mencapai keberhasilan, ya tidak apa-apa.
Hidup ini kan masalah yakin atau tidak yakin, kalau hal-hal seperti yang gue yakini ini bisa membawa gue ke titik yang sama dengan orang yang harus bekerja sekeras-kerasnya tanpa tidur banyak ya betapa gantengnya gue bisa bikin cara hidup yang efektif. 
Kalau tidak ya tidak apa-apa, gue akan jadi sosok agamis yang sambil main gitar di A lalu mengucap, "Rezeki kan udah diatur Tuhan, ngapain gue repot-repot?". See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.