Menjadi Seperti

Sumber
Beberapa waktu yang lalu gue pulang ke Solo, gue berhenti di lampu lalu lintas karena memang sedang merah. Yaiyalah.
Nah ketika berhenti itu di samping gue ada kakek-nenek gitu boncengan pakai motor, bukan kuda. Gue perhatikan mereka.
Beberapa saat kemudian si nenek ini nepuk bahu si kakek untuk mengindikasikan bahwa dia haus dan ingin minum, lalu si kakek mengambilkan minum yang diletakkan di dashboard motor mereka. Minumlah si nenek lalu mengembalikan botol itu ke kakeknya.

Sweet.

Hijau deh lampunya. Jalan kan tuh. Karena namanya juga dika, gue akhirnya mengikuti mereka berdua sampai bosan. Pelan sekali jalannya. Tak apalah, hitung-hitung gue bisa bantu mereka kalau-kalau ada kejadian buruk di jalan. Sampai jauh gitu akhirnya gue mulai bosan. Haha.
Mereka belok dan gue lurus. Setelah itu gue berkhayal, enak pasti jadi kakek-nenek itu bisa hidup bersama sampai tua dan naik motor seromantis itu.

Rasa iri yang sama muncul saat gue melihat sosok-sosok seperti Alan Turing yang menjadi bapak komputer, Jokowi, Kaka Slank, Tony Sly, Cak Nun, dan sosok yang gue anggap keren lainnya. Entah kenapa mereka sangat beruntung menjadi sosok yang seperti itu sementara gue di sini, sedang apa coba gue sekarang ini selain buang-buang waktu di kampus dalam zona yang sangat nyaman dan sangat sering membuat lupa akan diri dan visi-misi.

Gue iri kepada mereka. Gue ingin menjadi seperti mereka. Pun kalian juga pastinya sama, punya sosok yang mana kalian ingin menjadi seperti mereka.
Tapi permasalahannya di sini adalah, gue ingin menjadi seperti mereka, apakah gue siap menjalani apa yang mereka lalui untuk sampai ke titik itu?
Bahkan menjadi seperti kakek-nenek yang gue perhatikan tadi? Siapa yang tidak mau? Tapi apa kita siap menjalani apa yang mereka jalani untuk sampai ke titik itu?

Kaka Slank, titik dia sekarang itu dilalui dengan narkoba, dunia yang sangat keras, konflik dengan banyak orang. Gue ingin menjadi seperti dia, gue siap nggak menjalani semua proses itu?

Kenyataannya banyak orang yang ingin sampai ke titik tertentu tapi tidak mau dan bahkan tidak tahu apa saja yang harus dilalui untuk mencapai titik itu.
Memang bisa menjadi Jokowi hanya dengan kuliah di jurusan dan kampus yang sama? Menjadi Walikota dan Gubernur untuk daerah yang sama?

Gue rasa sama sekali tidak. Yang membentuk Jokowi adalah apa yang beliau dapat, bukan apa yang beliau jabat. Pengalaman bukan seberapa banyak title dan jabatan, pengalaman adalah seberapa banyak yang dipelajari. Meski tetap saja jabatan memiliki bagian yang tidak sedikit untuk menyumbang pelajaran hidup.

Sosok-sosok pendobrak pintu nalar manuisa itu, kenapa mereka bisa ada ya, cuma itu yang gue pikirkan.
Setelah mikir dengan sedikit berusaha. Gue perhatikan setiap biografi orang-orang ini yang dijadikan film, mulai dari Jobs, Turing, Ir. Soekarno, dan yang lain. Hasilnya, gue menemukan bagaimana cara melewati proses yang juga mereka lewati.

Mereka percaya dengan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka tetap maju bagaimanapun kondisi mereka, bagaimanapun respon lingkungan mereka, dan bagaimanapun kata orang lain.

Nabi Muhammad, saat Kanjeng Nabi kesayangan gue ini diragukan pada awalnya, diragukan oleh semua orang. Nyatanya, dia tetap yakin. Oke, memang agak curang karna beliau utusan Tuhan jadi mau nggak mau ya memang takdir akan terbentuk sebagai nyuwun sewu, keberhasilan berdakwah dan mendirikan Islam sampai seperti sekarang.

Alan Turing, di film yang tentu kalian juga sudah lihat, betapa teman-teman ilmuwan yang lain ragu untuk menciptakan mesin yang bisa melakukan deskripsi untuk kode-kore Jerman. Nyatanya dia yakin, dia berhasil. Meski setelah itu dia harus menjalani kehidupan pribadi yang berantakan dan berakhir kurang menyenangkan. Tetap saja, dia bapak komputer dunia. He's goddamn genius.

Steve Jobs, lihat di film yang kemarin baru rilis. Betapa om Stivi ini sangat meyakini apa yang dia sedang lakukan. Dia, meski dipecat dari Apple, dia tetap kalem aja mendirikan perusahaan lagi sampai berujung menjadi kompetitor Apple itu sendiri lalu masuk lagi sebagai CEO Apple yang paling kece sedunia. Itu hasil dari yakinnya dia.

Siapa lagi? Banyak, bung.

Jika disimpulkan, hanya ada dua hal yang menjadikan orang-orang hidupnya biasa saja dan tidak menghasilkan hal berarti:
  1. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lakukan.
  2. Dia tidak peraya dengan apa yang dia lakukan.
Maka beruntunglah kalian yang bisa melihat celah ini. Tidak perlu mengikut banyak seminar motivasi, kelas-kelas bisnis, atau semalaman menonton tutorial menjadi orang sukses. Goblok. Kita hanya perlu melewati proses yang setara dengan sosok-sosok itu, caranya melewati? Ya tinggal lewat.

Kemustahilan akan hilang setelah adanya campur tangan Tuhan, campur tangan Tuhan ada ketika Beliau berkehendak. kehendak Tuhan akan muncul jika kita mengeluarkan teriakan yang paling dalam dari hati yang muncul karna percaya. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.