2014
Gue bakal nulis panjang, bahkan mungkin lebih panjang daripada buku yangPanjang.
Beuh! Panjang banget!
2014, gue sampai bingung sama tahun yang satu ini. Apabila dikalkulasi, di tahun ini banyak sekali hal mbuh yang terjadi mulai dari piala dunia, pilpres, diblokirnya vimeo oleh menteri kesayangan kita, gue lupa hari ulang tahun pacar gue, idul fitri, idul adha, perdebatan mengucapkan selamat natal sampai gue meluk bokap gue untuk yang pertama kali sejak kemerdekaan Indonesia karena alhamdulillah rata-rata otak gue cukup untuk kuliah walau mepet.
Kalau hal yang gue sebutkan di atas dibahas satu per satu, jadi buku yang judulnya 2014 mungkin saja bisa jadi best seller kalau yang nulis pinter. Sekali lagi, kalau yang nulis pinter.
2014 telah berakhir, bagi gue pribadi tahun ini memberi banyak hal keren atau mungkin mengagetkan karena semuanya serba tak terduga kecuali bab percintaan gue yang kamu-pasti-tahu-akhirnya-gimana-kalau-gue-deketin-cewek.
Pertama, terima kasih kepada Allah SWT yang mengizinkan gue merasakan tahun ini walau 2014 tidak seperti 1945 atau 1998 yang mungkin lebih seru bila dijalani tetap saja keren sekali dah Tuhan gue ini.
Ini tahun pertama juga untuk blog ini berjalan selama 12 bulan, walau post-post ngadet semua, cuma satu-dua yang memenuhi kuota sembilan post per bulan. Nggak papa, nanti masuk evaluasi tahunan kok dan biasanya muncul lagi di resolusi tahun 2015 dan gitu terus sampai gue jadi penulis yang diakui (Segitunya butuh pengakuan).
Bukan sob, bukan gue segitu hausnya akan pengakuan tapi percaya sama gue nulis di blog selama satu setengah tahun tanpa mendapat feedback itu sangat membosankan. Ibarat lo nulis di papan tulis kecil lalu lo kubur papan tulisnya 5 km di bawah permukaan halaman rumah.
Gimana rasanya? Tahu kan? Pasti capek! Gile aja gali sampai 5 km.
Ini tulisan mau dibawa kemana ya enaknya? Gue mau membagi wejangan-wejangan aja berdasarkan kejadian yang ada di tahun ini, coba baca deh selain elo bakal membuang waktu mungkin bakal horny juga karena merasakan kejantanan gue di tulisan ini.
Kerjakan sesuatu dengan serius.
Oke, awal-awal agak serius dulu. Berawal ketika gue ospek dan satu angkatan gue nggak ada yang bisa menyelesaikan tugas ospek.
Kakak tingkat sampai capek bentak-bentak tetap saja tugasnya tidak selesai. Kemudian diadakan suatu forum antara angkatan gue dengan kakak tingkat empat tahun atas. Lalu ada satu perkataan dari kakak tingkat gue. Begini kurang lebihnya, "Ketika kalian mendapat tugas ospek yang dibarengi dengan tugas kuliah, kerjakan keduanya secara serius dengan 100% kemampuan kalian. Atau mungkin yang sudah berorganisasi kerjakan ketiganya masing-masing 100%.
Maka ketika kalian hanya dihadapkan kepada suatu pekerjaan, kapasitas kalian menjadi 200%-300%. Sesederhana itu. Tapi jika kalian hanya mengerjakan 50-50 maka nanti hanya akan mendapat 100% atau bahkan kurang."
Gue nggak asal nulis aja ya, ternyata setelah lima bulan gue kuliah.... Benar saja, yang tugas ospeknya berantakan mendapat keberantakan yang sama saat kuliah.
Sebenarnya bukan perkara ospek-kuliah, tapi cara orang tadi memandang suatu permasalahan yang tidak berubah, yang tetap sama saja.
Gue pernah beranggapan bahwa menghadapi satu semut itu hal gampang, gue remehkan dengan logika nanti ketika menghadapi yang lebih besar gue akan serius.
Kenyataannya ketika gue menghadapi satu singa juga tetap meremehkan dan berpikir seperti logika sebelumnya.
Dengan serius di hal kecil, gue rasa keseriusan untuk hal yang lebih besar mudah didapat.
Dan serius itu mendatangkan rasa sayang Tuhan.
Kadang, berpikir sehat itu lebih berguna daripada berpikir kritis.
Dari sekian banyak kasus, gue mau mengambil kasusnya pak menkominfo yang memblokir vimeo karena mengandung unsur bokep, katanya.
Gue mungkin nggak sepintar orang-orang di kementrian tersebut, pasti anak-anak IT yang hebat sekali. Malah sampai ada tim apa-ya-gue-lupa-namanya yang mengurusi hal-hal yang gue-juga-lupa.
Gue mau memainkan peran orang awam, yang nggak tahu IT, yang sering mengunggah proyek-proyek gue di vimeo.
Singkat cerita vimeo diblokir. Respon gue tentunya singkat, bangsat. Alasannya karena ada unsur pornografi. Izinkan gue mengkritisi sebagai orang awam, ingat sebagai orang awam.
Pertama, kok logikanya goblok ya memblokir vimeo karena ada bokepnya. :))
Andai kata gue bocah kampung ingusan umur remaja dengan tingkat horny tinggi, gue nggak akan buka vimeo untuk nonton bokep.
Gue akan apa coba? Yap, ngetik di google 'cewek sma sange', 'bokep jepang hot', dan semua database bokep yang gue punya. Dan semua itu nggak ada yang mengarah ke vimeo, tuan dan nona.
Kedua, tetap saja gue heran sama logika orang-orang di kementrian sana. Ada bokep satu, yang diblokir websitenya. Ayolah bung, kalian pihak pemerintah, punya dana banyak, dan pintar.
Masa iya ada satu ular di kandang ayam, yang dilakukan malah membakar kandang ayamnya. Kan ada algoritme untuk membuka pintu kandang, menangkap ular, dan membuangnya.
Buat kalian, gue percaya kalian yang membaca blog ini akan menjadi unsur penting dalam berjalannya kapal besar bernama Indonesia. Tolong, tolong sekali ketika membuat suatu kebijakan cobalah untuk berpikir sehat, jangan cuma kritis.
Ternyata, post gue yang ini terbukti benar.
Wejangan yang ketiga berdasar kasus gue sendiri.
Jadi, sebelum ujian nasional gue mendadak jadi orang yang sangat alim sholat lima waktu terpenuhi, dhuha, tahajud, puasa senin-kamis, beuh pokoknya semua gue lakukan. Mungkin bukan cuma gue, tapi semua anak kelas tiga SMA. Haha.
Semenjak gue tahu logika itu, gue jadi sering mempraktekkannya dan benar saja ada batu di pinggir jalan gue lempar. Jadi ke tengah jalan.
Ada kran ngisi ember yang sudah penuh, gue buang-buang airnya biar ngisi lagi.
Gue sampai saat ini masih percaya saja kalau gue bisa kuliah bukan karena otak gue yang mampu untuk kuliah, tapi karena gue punya tabungan kesucian yang mencukupi untuk ditukar dengan tiket kuliah.
Nggak tahu deh. Makannya jadi orang baik aja, meskipun nggak pinter dan nggak ganteng tapi nanti jalan hidupnya lancar terus. Yoi.
Musibah nggak akan datang ketika kita siap.
2014 mungkin saja masuk dalam daftar bencana terbanyak yang terjadi di Indonesia. Dari yang gue tahu mulai dari pesawat jatuh, banjir bandang, gunung meletus, dll. Pokoknya banyak.
Dari semua itu gue jadi mikir, bahkan gue sendiri mengalami bahwa jarang sekali gue kena musibah ketika gue dalam keadaan siap.
Ya nggak?
Nggak akan cerita ketika besok gue ujian dengan keadaan belum belajar apa-apa malah mati lampu sampai pagi. Nggak akan ada kalau gue sudah belajar duluan.
Sekali lagi, Tuhan itu hebat dalam membuat setiap makhluknya merasa istimewa dalam waktu yang bersamaan.
Logikanya nggak mungkin gue membiarkan ban motor gue kurang angin(dalam hal ini menyebabkan ban bocor) kalau kemarin gue habis dorong motor sejauh 5 km jam setengah enam pagi.
Itu karena gue siap, karena masih segar dalam ingatan gue bahwa ban kempes adalah pemicu ban bocor.
Tapi bagaimana jika sudah lewat tiga bulan? Gue dialihkan konsentrasinya tentang ban kempes dan ban bocor tadi, akhirnya gue lengah dan bocor lagi. Dorong lagi. Bangsat.
Gue cuma menerka-nerka, nggak akan ada musibah dan bencana selama manusia selalu siap. Itu aja.
Tentang ibadah dan surga.
Tahun ini juga Quraish Shihab banyak menerima kritikan mengenai pernyataannya bahwa yang menentukan orang masuk surga atau neraka itu bukan amal ibadahnya, tapi Tuhan.
Gue bingung sama yang menentang, serius gue bingung.
Lalu apa yang mereka pikirkan? Apabila ibadah sudah bagus, menjauh maksiat lalu pasti masuk surga? Ya enggak toh, gimana sih. Punya IQ kok jongkoknya kebangetan.
Semua di tangan Tuhan, cuma orang goblok yang meragukan kuasa-Nya. Cuma orang goblok yang bikin joke stand up comedy bawa-bawa nama Tuhan dan Nabi, mengejek pula.
Entah kata siapa, tapi gue setuju total sama paragraf seperti ini,
"Ibadah cuma masalah kita menyiapkan tempat berkunjung untuk Tuhan, kalau sholatnya bagus, puasanya bagus, haji pula bisa dibilang dia menyiapkan tempat yang mewah, banyak makanan, bersih, pokoknya yang baik-baik sehingga membuat Tuhan berkenan untuk memasukkan ke surga.
Tetapi tetap saja keputusan Tuhan yang menentukan. Bukan ibadah elo."
Gue salah? Yasudah, masalah agama nggak ada tawar-menawar kok, nikmati aja hidup kalian.
Bukan berarti elo boleh seenaknya dalam ibadah, yang baik saja belum tentu masuk kok apalagi yang jelek. Yoi.
Nggak selamanya, ketenaran itu menyenangkan.
Timnas U-19. Evan Dimas dan kawan-kawan.
2013 mereka bisa mendapatkan gelar juara, mereka menjadi pusat perhatian.
2014 mereka menghadapi AFC dan hasilnya ya-gitu-deh.
Tapi mari kita perhatikan antara setelah mendapatkan juara sampai bertanding di AFC.
Mungkin Evan Dimas dan kawan-kawan berhasil menjauhi iklan-iklan sosis sapi atau menjadi pasangan artis-artis Indonesia macam Nikita Walet. Tapi sekali lagi, manusia itu memiliki bug yang sangat banyak, massa jenisnya kecil jadi ketika masuk ke medium yang lebih besar kerapatannya jadi gampang melayang. Gampang terbang.
U-19 menjadi sangat tenar, setiap laga uji coba pasti selalu ramai penonton.
Gue ingat, awal-awal laga uji coba itu mereka tampil keren, rotasi pemain dilakukan, uji coba formasi tak ketinggalan. Lama-lama gue bosen, sumpah banyak sekali laga uji cobanya, bahkan sampai bikin syuting film segala. Beuh!
Gue yang orang awam di bidang sepak bola saja sampai hafal gaya bermainnya, apalagi pelatih musuh, apalagi tim musuh yang nggak banyak uji coba.
Yasudahlah, mereka bukan kok buruk. Cuma gampang melayang saja.
Selain masalah off ball movement, bedanya pemain Indonesia dengan pemain terkenal dan macho macam C. Ronaldo adalah mental menerima kekalahan dan ketenaran.
Lalu masalah ini merambat ke pemerintah, bagaimana mereka memberi pendidikan kepada rakyatnya supaya nggak kelewat bego dan haus akan hal-hal nista macam duit dan ketenaran.
Fenomena Susi Pudjiastuti
Sampai saat ini gue masih kaget kok ada orang kayak Bu Susi. Ternyata 2014 menjadi tahun diangkatnya beliau jadi menteri. Dan ada dua pelajaran keren berkenaan dengan pengangkatan itu.
Bu Susi membuktikan bahwa jalur sekolah formal nggak penting kalau kita mau berusaha, khususnya di negara Indonesia. Beliau juga menampar bahwa kalkulus dan pemrograman itu nggak ada gunanya kalau gue jadi menteri kelautan dan perikanan. #yaiyalah
Pelajaran pertama adalah belajar memang dari kehidupan, bagaimana Pak Presiden menganggap kapasitas seorang wanita yang nggak lulus SMA cukup menjadi menteri adalah salah satu contohnya. Mbok kira Bu Susi cuma jualan ikan aja? Dia belajar banyak, kehidupan, pengalaman gagal, pengalaman berhasil, dikecewakan, diragukan, dan semuanya beliau dapat dalam on the way to the top hidupnya.
Pelajaran kedua adalah kalau elo sekolah, usaha yang harus dilakukan untuk mencapai titik yang sama dengan dia (menteri) pasti lebih kecil. Itu yang beliau katakan di Mata Najwa.
Begini logikanya, kalau kita nggak sekolah usaha untuk jadi menteri adalah tiga kali lipat dari yang sekolah.
Ketika elo sekolah, nggak perlu merasakan lelah fisik, kurang tidur, dikecewakan, diragukan dan merasakan semua hal pemicu gila tanpa harus kehilangan pengalaman dan ilmu kehidupan yang baik.
Tapi dari semua itu Bu Susi tetap saja menampar mereka yang malas-malasan, kehilangan motivasi, dan menyerah cuma karena nggak bisa kuliah. Tetap saja beliau hebat.
Itu saja, pilih sekolah atau tidak?
Ah capek gue, itu dulu aja yak. Ntar kalau ada lagi paling juga muncul part 2. Haha.
Ya begitu 2014, memberi banyak hal. Overall bagi gue lebih banyak baiknya, kalian gimana?
See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.