Menjadi Lucu

Sumber
Setelah cukup lama melakukan pengamatan terhadap tata cara yang benar untuk membangkitkan hasrat tertawa orang lain, akhirnya gue beranikan diri untuk menulis ini. Meski nyawa taruhannya. #halah

Tulisan ini ditujukan untuk semua jomblo tanah air, lebih spesifik lagi adalah yang berjenis kelamin laki-laki supaya mereka bisa sedikit lebih unggul dari segi kualitas dan dapat bersaing dengan masyarakat regional ASEAN dalam rangka mencari jodoh. Percayalah, semakin sedikit jomblo semakin merdeka suatu negara.

Baiklah. Menjadi lucu. Hmm.

Seseorang, dalam hal ini ambil saja gue sebagai contoh, akan tertawa jika mendapati ada kejanggalan dalam sesuatu entah itu kejadian, perwujudan benda, ataupun sekedar tulisan dan/atau suara. Intinya adalah kejanggalan dari hal yang biasa terjadi. Ya, hal lucu adalah hal yang tidak lurus alias bengkok kayak ulet lagi mules.

Setelah kita semua paham penyebab terjadinya tawa, maka hal selanjutnya adalah menjalankan prosedur yang benar.

Prosedur tawa seseorang adalah:

  1. berawal dari titik pengetahuan/fakta yang sama
  2. aware dari orang yang dikenai lawakan
  3. penyampaian
  4. pembengkokan fakta
Ya mari kita perjelas. Seseorang akan tertawa jika dan hanya jika titik awal pengetahuan antara pelawak dan yang dikenai lawakan adalah sama. Tidak harus umum, yang penting sama. Jika memang titik awal pengetahuan kedua orang itu sudah sama, maka selanjutnya orang yang dikenai lawakan haruslah aware alias memperhatikan dengan baik.

Saat kedua syarat awal terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah menata dan mengorganisir muka si pelawak untuk menyampaikan titik bengkok dari fakta/pengetahuan yang awalnya sama tadi.

Jika muka di pelawak saat diam saja sudah menggelikan, tinggal melakukan penekanan suara di beberapa kata saja. Gue jamin, orang yang dikenai lawakan akan tertawa dengan syarat dia belum pernah mendengar jokes itu.

Nah, di atas tadi adalah penjelasan untuk menjadi lucu yang bukan komika. Yang bukan dilakukan saat stand up comedy. Yang biasanya dilakukan saat berkumpul dengan teman, gebetan, mantan gebetan, dan mantannya mantan gebetan.

Lalu bagaimana dengan komika? Perbedaan melawak saat menjadi komika adalah si komika harus menyamakan titik awal pengetahuan antara dia dengan penonton. Sisanya sama. Itulah kenapa alangkah lebih baik jika saat bercerita tentang setup(bahasa komika, setup itu semacam kalimat yang tidak lucu, yang nantinya akan dijadikan batu loncatan untuk kalimat yang lucu), bahan setup itu adalah sesuatu yang umum.

Sekali lagi, pendengar haruslah aware. Contoh saja Raditya Dika, kenapa dia selalu lucu saat tampil menjadi komika? Ya, karena penontonnya pasti aware dengan membawa segudang ekspektasi akan ada kelucuan dalam omongan Radit meski mereka tak tahu ada dimana letaknya. Dan benar saja, dengan kondisi penonton sudah aware, Radit bisa mengimbangi ekspektasi itu dengan memberikan titik awal pengetahuan yang umum dan ringan seperti cinta-cintaan lalu bisa menyampaikan punchline(bahasa komika lagi, sesuatu yang lucu) dengan ekspreksi dan penekanan suara yang baik.

Catatan nih ya, nggak akan ada tawa jika pelawak hanya bercerita tentang hal yang dia ketahui saja. Nggak akan ada tawa jika yang dikenai lawakan tidak memperhatikan. Nggak akan ada tawa jika jokes tidak disampaikan dengan suara dan ekspresi yang mendukung.

Maka, jika kita kembali ke tujuan tulisan ini dibentuk, wahai para jomblo... Mulailah belajar bercerita. Bagian aware tadi, gue rasa setiap gebetan akan memberikannya secara cuma-cuma. Lalu tinggal bung sekalian belajar mengubah tata letak aksesori di muka dan belajar memberi penekanan suara yang baik.

Katakanlah kalian berdua lagi makan di sebuah tempat makan. Mulailah bercerita sesuatu. Melawak tak melulu harus menyampaikan sebuah kalimat setup lalu sebuah kalimat punchline dimana tidak ada kesinambungan antara satu jokes dengan jokes yang lain. Tidak, kamu tidak sedang tampil dalam lomba membuat seekor musang tertawa. 
Kamu sedang bersama orang yang akan kau buat jatuh cinta kepadamu. Berceritalah suatu narasi yang panjang, sesuatu yang memilik titik awal dan titik akhir. Sisipi cerita itu dengan jokes-jokes sesuai prosedur di atas.

Susah ya? Iya memang susah, yang gampang itu jadi jomblo.

Itulah lucu. Lucu dalam definisi gue selama ini adalah berangkat dari titik yang sama, naik dan terus naik, lalu gue lemparkan orang-orang dari titik paling tinggi supaya mereka jatuh bebas dalam tawa.
Lucu bukan menghina kekurangan orang lain. Lucu bukan menertawakan keanehan yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dikehandaki pihak manapun. Sekali lagi, lucu bukan menertawakan tapi tertawa bersama.

Maka, jadilah lucu tanpa menyakiti karena sesungguhnya lucu itu menyembuhkan, bung. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.