Nggumun Sama Teknologi

Per 7 November 2015, akselerasi dari pengguna smartphone yang berarti juga pengguna internet yang tentu juga tidak bisa lepas dari pengguna sosial media, semakin meningkat saja. Lihat data yang diambil secara random dari internet di bawah ini:

Sumber
eh salah. Yang benar yang ini:

Sumber
Ya intinya seperti itu, meningkat.
Artinya semakin banyak pula manusia terutama bayi yang berkenalan dengan internet melalui smartphone.
Siklus hidup bayi mulai tahun 2016 mungkin saja berubah seperti

lahir-belajar makan-belajar berjalan-belajar menggunakan smart mobile device-belajar membaca dari alat tadi-bermain game dari alat tadi-menggunakan sosial media-tumbuh menjadi generasi manja-mati dengan doa yang diputar dari smartphone.

Tidak ada yang mau dan bisa memungkiri bahwa smart mobile device memiliki efek candu lumayan besar. Candu di privasi dan data diri orang yang dengan mudah dilihat, candu akan kemampuannya mengimbangi otak manusia, candu karena orang lain juga menggunakan.
Era internet dan smart device adalah kali pertama manusia bisa memiliki lawan main yang seimbang selain manusia lain sepanjang sejarah sejak zaman Nabi Muhammad SAW wafat. Di zaman Nabi mungkin manusia tidak begitu tertarik dengan smartphone, wong laut aja bisa dibelah cuma pakai tongkat.

Bangun tidur cek smartphone, mau makan cek habis makan cek, mau tidur cek, mau eek cek, habis eek cek dulu baru cebok. Gitu-gitu.

Hipotesa gue adalah manusia zaman sekarang sedang kaget dan nggumun kalau dari bahasa jawa. Nggumun itu semacam kaget dan setengah tidak percaya bahwa sesuatu hal bisa terjadi dan disaksikan secara langsung.

Nggumun bagaimana?

Nggumun oh ternyata:
Sekarang semua benda yang terhubung secara tidak terlihat seperti remote TV.
Sekarang baik film, lagu, buku, hingga permainan tamagochi bisa didapatkan dengan mudah dan gratis.
Sekarang, untuk mengetahui kabar doi yang tercinta cukup dengan membuka akun sosial medianya, siapa tahu dia pengguna internet masa kini dan masih norak, lalu lihat saja apa yang sedang dia alami dan unggah di sana. Muncullah gaya hidup stalking yang hukum melakukannya sedang diajukan ke MUI supaya menjadi fardhu 'ain.
Sekarang, berhubungan semua benda di sekitar kita bisa bisa diatur hanya dengan satu alat bahkan hanya dengan suara kita.

Dari ke-nggumun-an di atas, dapat gue pastikan bahwa ada dua objek hubungan manusia yang akan berubah secara perlahan dan pasti. Ya, sesama manusia dan manusia ke benda.

Tahap pencapaian di Indonesia yang baru hangat-hangatnya terletak di sesama manusia.
Sebenarnya manusianya sama, hanya cara menarik satu sama lain yang berbeda.
Waktu gue SD, supaya bisa menarik perhatian lawan jenis harus jadi yang paling jago main petak umpet sama punya nilai matematika 100.
Sekarang di SD, menarik lawan jenis cukup beli gadget dengan merk yang terkenal di kalangannya lalu pamer game terbaru, selfie, dan menanyakan akun facebook.

Sebenarnya manusianya sama, hanya cara mempelajari satu sama lain yang beda.
Zaman SMP, gue harus terjebak di suatu kondisi tertentu bersama doi supaya bisa menjalin hubungan entah terpaksa satu sekolah atau satu bimbingan belajar supaya bisa mempelajari doi secara nyata dan mendetail mulai dari jajanan kesukaan hingga biasanya dia eek berapa lama.
SMP sekarang, entah itu orang dari planet mana, bapaknya siapa, neneknya kera atau manusia, pokoknya asal kelihatan cakep di foto --meski telah melalu proses editing dua puluh kali penyaringan-- ya kenalan aja.

Sebenarnya manusianya sama, hanya cara berinteraksinya yang berbeda.
Di Sosial media, banyak sekali penebar kebencian. Bersembunyi di balik akun yang tidak jelas itu punya siapa lantas menebar kebencian ke sana dan ke sini seperti menebar benih padi.
Presiden dihina, teman disindir, dan tidak lupa mengunggah kalimat sedih teruntuk mantan yang memutuskan hubungan secara sepihak sambil mengucap sumpah serapah.
Di dunia nyata? Kayak kemaluan sapi, bisanya hanya diam. Ya maklum, sering-seringnya cuma copy-paste kok di sosial media itu. Mikir sendiri mana mampu.

Sebenarnya manusianya sama, hanya banyak hal di hidupnya yang menjadi berbeda.

Bukan berarti gue menolak kemajuan teknologi, bukan. Sebagai anak yang mendalami bidang itu, gue mendukung dong, nanti mau kerja apa coba?

Gue cuma mau menulis ini, "Teknologi boleh saja berubah dan mengalami kemajuan, tapi apa manusia yang menggunakannya juga harus berubah tapi malah mundur? Enggak kan?"

Ya, mungkin ini dampak dari nggumun tadi, memang enak kok punya benda yang bisa mengimbangi otak kita. Manusia akan bosan jika sudah mencapai titik tertinggi yang bisa dia bayangkan di kehidupannya. Nah sialnya, teknologi elektronik dan informasi ini mampu dibayangkan sampai ke film-film seperti Terminator, Iron Man, dan sejenisnya.

Oke, bocah seumuran SMP kalau lihat film Iron Man mentok hanya mampu meniru caranya terbang meski tetap berjalan. Tapi berbeda dengan ilmuwan. Ilmuwan terus mencari cara supaya imajinasi itu jadi nyata.
Sekali lagi, Ilmuwan selalu mencari cara supaya imajinasi mereka jadi nyata.

Balik lagi ke nggumun.

Pesan terakhir kali dari gue, nggumun boleh tapi jangan berlebihan. Saudara beruntung membaca blog ini dan mendapat peringatan penting.
Punya gadget ya biasa aja, Tidak perlu dipeluk dan dipegang tiap waktu. Nggak perlu jadi sosok yang sok penting dan paling dibutuhkan di dunia ini hingga harus memantau gadget tiap waktu dan berharap ada panggilan darurat dari pasukan perdamian dunia.
Nggak akan pernah ada orang berpengaruh buat dunia yang muncul hanya karna kecanduan oleh benda buatan orang lain. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.