Hukum Pertama Hidup
![]() |
Sumber |
Lelah kayak gitu, nggak ada hasilnya. Paling nanti selesai acara besar puas bentar, paling nanti cuma dapat nilai yang bikin orang tua bangga. Iya, gue absen mandi dua hari cuma biar dapat semua itu.
Coba pikir lagi. Sahabat sumuurr yang baca ini, coba pikir. Pikir lagi. Integral dari x^x^x^7 itu berapa. Pikir.
Gue mengorbankan kelucuan yang turun cuma karna jadi orang sok serius dan sok bertanggung jawab, gue mengorbankan muka ganteng ini buat jadi sok imut di depan orang lain cuma karna mereka bayar acara yang gue bikin. Bah.
Kehilangan prinsip kebebasan asal nggak kebablasan yang sedang gue coba tanamkan di jiwa anak muda Indonesia. Gue merasa kehilangan jati diri, jati diri yang lagi diambil alih oleh sosok normal yang berpotensi jadi kaya, yang nanti cuma egois, yang nanti cuma bisa berkhayal sebatas bagaimana cara cari uang, bermimpi soal anak harus sekolah ke sini kuliah ke sana, yang pada akhirnya cuma berdasi sambil bosan menatap layar monitor di kantor.
Pikir, kenapa kita harus melakukan hal yang kita lakukan sekarang. Pikir.
Eh, ternyata setelah mikir sungguhan, gue menemukan jawaban.
Hukum pertama hidup. Ya, hukum pertama hidup adalah sistem akumulasi yang memiliki jangka waktu.
Sistem akumulasi bagaimana toh?
Begini bung dan nona, hilangkan dulu ketegangan di otak kita, hidup kayak angkringan aja. Menurut perkataan filsuf asal Romawi, "Hiduplah seperti angkringan, tidak suka dunia siang yang sibuk, santai kayak di pantai namun selalu menjadi tempat ide-ide gila muncul untuk esok hari.".
Akumulasi artinya penjumlahan dari setiap elemen yang ada mulai dari awal sampai akhir hingga menghasilkan sebuah hasil yang benar-benar hasil.
Nah, setelah gue raba dan rasakan, hidup ini
Contoh aja ya daripada saudara mumet. Sudah jelek, mumet, kan kasian.
Penyakit itu selalu menerapkan sistem akumulasi, elah bukan hanya penyakit tapi semua. Misal sakit demam berdarah, susah rasanya gue sakit demam berdarah cuma karna digigit nyamuknya. Pernah gue panik karna digigit nyamuk demam berdarah, setelah panik seminggu eh baik-baik saja.
Katakanlah demam berdarah batasnya ada di poin 1000, nah gue digigit nyamuk demam berdarah, dapat poin 850. Cuma kurang 150 untuk menjadikan gue sakit sungguhan, oh ternyata gue langsung banyak makan, minum vitamin, otomatis poin 850 tadi berkurang karena termakan waktu pun juga karena dikurangi perilaku hidup sehat.
Beda cerita ketika gue dapat poin 850 eh malah capek-capek rapat, main futsal terus minum es. Bisa saja kegiatan yang melelahkan itu menjadi 150 poin untuk menggenapi sehingga demam berdarah benar-benar terjadi dalam tubuh gue.
Mudeng?
Tentu saja hal ini menjawab pertanyaan kenapa gue rela kelelahan buat kuliah dan kepanitiaan acara yang sebenarnya jika tidak ada ya napas gue nggak akan jadi pincang. Ya, karna gue sudah memulainya dulu maka gue juga harus mendapatkan hasil akhir.
Karena gue sedang mengumpulkan poin untuk sesuatu yang entah apa itu. Gue cuma perlu melewati batasan dari sesuatu itu untuk mendapatkannya.
Maka ketika gue sudah sejauh ini, lantas gue berhenti. Gue menjadi orang yang lebih goblok. Siapa yang dulu menghendaki memulai semua ini? Gue nggak rela dong buang-buang waktu tapi akhirnya menyerah cuma karna nggak kuat menjalaninya padahal ada hal keren yang menanti.
Masalah beda prinsip tadi, ya memang berat, tapi toh mbah Nun bilang kalau ksatria adalah orang yang mampu menjalani hal yang tidak mereka suka. Sahihlah pokoknya.
Beda, hal ini sangat berbeda dengan kesucian yang perlu ditabung itu. Kesucian bukan hal yang lekang oleh waktu meski sama-sama bisa dibalas oleh kebalikannya. Kesucian bisa bertahan, berkumpul, jumlahnya banyak lalu ditukarkan saat kita dalam masalah sehingga saat orang lain tidak bisa melewati masalah itu, kita bisa. Gitu.
Contohnya? Lolos seleksi masuk google padahal IPK biasa saja. Memangnya selama ini gue berbuat baik itu tanpa pamrih? Tanpa mengharap balasan di masa depan? Gue nggak sesuci itu.
Akumulasi ini tidak seperti itu. Dia bekerja secara berurutan dan ada rentang waktunya. Ya mungkin seperti itu, ini juga cuma hasil mikir.
Ya, itu adalah hukum pertama hidup. Jadi, mulai sekarang, mending saudara berhati-hati dengan apa yang sedang dilakukan, hati-hati saja. See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.