Ramadhan

Sumber
Tinggal beberapa hari lagi bulan Ramadhan tiba, horay!

Berdasarkan khotbah sholat Jumat yang saya hadiri beberapa periode Jumatan lalu, saya ingat benar tentang yang dikatakan bapak khatib bahwa bulan Ramadhan adalah bulannya umat islam.
Sementara itu saya juga #MenolakLupa tentang ajaran agama saat SMA, dulu bapak guru agama menjelaskan bahwa bulan Ramadhan adalah sarana ngucek umat Islam biar ketika keluar nanti bersih lagi, tidak luthu dan kotor.

Singkat cerita, bulan Ramadhan adalah bulan untuk bersih-bersih diri bagi umat Islam. Bukan, bukan berarti tiap hari mandi. Tolong dong, jangan ngelawak melulu.
Bersih-bersih yang dimaksud adalah bersih-bersih hati lewat yang namanya ibadah puasa. Ini lho kenapa Gusti Allah mewajibkan puasa, karena Dia sayang sama kita, biar nanti kita tidak dicelup-celupkan ke neraka layaknya teh celup.
Belum lagi pahala yang berlipat ganda saat berbuat kebaikan, beuh! kece toh bulan yang satu ini? Kita tidur saja dapat pahala. Tapi ya jangan harap pahalanya sama besar dengan yang tiap hari mengaji dan berbuat kebaikan.

Hakikatnya, setelah keluar dari bulan Ramadhan, pribadi kita sebagai manusia berubah. Yang dulunya tidak kenal dengan sholat dhuha, habis keluar dari bulan Ramadhan jadi rajin. Rajin tidur. Hehe.
Wis to, tutup mata dan tarik napas dalam-dalam sambil membayangkan Maudy Ayunda tersenyum. Indah toh?
Bulan Ramadhan lebih indah, oleh sebab itu kita harus menyambutnya dengan penuh kedamaian bukannya rusuh mengenai hal tidak cerdas macam warung atau tempat main malam hari.

Saya selalu diajarkan untuk bersyukur setiap hari tentang nikmat. Nikmat tidak dipenggal oleh kapak sama tentara karena sering menghina anggota DPR, misalnya.

Tapi perlu saudara tahu, nikmat yang selalu pertama kali saya syukuri adalah iman. Saya selalu bersyukur masih diberi pikiran waras dan sehat untuk beragama. Bayangkan jika saya tidak dikehendaki oleh Tuhan untuk beragama, lantas saya atheis, lantas saya percaya bahwa semua yang ada di dunia ini muncul MPC, mbuh piye carane, tiba-tiba ada begitu saja. Selain wagu, ndak keren, itu juga tidak cerdas.

Lha apa situ tidak terima kalau iman itu Gusti yang menghendaki? Mau protes? Monggo. Jika hal serumit kepercayaan pada diri manusia saja Gusti mau mengurus, tentu saja hal sepele dan ringan macam urusan diam-diam makan di warung saat yang lain puasa itu gampang sekali bagi Beliau.

Maka sudahlah bung, nona... tolong berhenti berdebat masalah warung. Percuma. Mending berdebat masalah status hubungan, sibuk mengurus warung tapi nanti tidak ada yang membangunkan saat sahur? Tidak ada yang mengingatkan berbuka puasa? Bah! Malu!

Lebih jauh, ini menjadi solusi apakah warung-warung harus tetap buka atau tidak. Ya biarkan warung buka, itu hak prerogatif pemilik untuk membuka atau menutup warungnya, kenapa harus ada yang ikut campur? Bisa perang lho ini, sudah masuk ranah menghidupi keluarga masalahnya. Ya situ enak ngelarang-ngelarang dapat THR, lah penjual makanan? Tutup berarti tidak ada masukan.
Buka malam? Untungnya sedikit, lha wong berjualan siang sampai malam saja mepet kok. Hmm.


Lagipula, saya heran dimana letak pengaruh warung buka saat puasa dengan kesetiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Dimana letak korelasinya?
Apa masih ada orang yang hanya karna lihat orang lain makan saat puasa lantas dia jadi ingin makan?
Kalau iya, keimanannya boleh dipertanyakan.

Kemudian, tentang puasa.

Puasa itu adalah hubungan diam-diam antara makhluk dengan Tuhan, tidak bisa diatur-atur. Sakjane, ngatur ibadah orang lain juga bukan kuasa seorang makhluk.
Nabi Muhammad saja diutus Gusti bukan untuk ngatur ibadah orang-orang, tapi menyampaikan kabar gembira, menyampaikan apa yang ingin Gusti sampaikan.
Kenapa harus lewat nabi? Ya bayangkan saja to, apa sampeyan ndak takut dan gemeteran kalau Gusti mendadak turun dari surga lalu bikin mimbar sebesar gunung dan njejeli manusia-manusia dengan firman-Nya yang banyak itu?
Tentu saja itu tidak efektif. Manusia gampang lupa. Sudah diberi tuntunan berupa Quran-Hadist aja masih suka ribut hal tidak penting, apalagi digitukan.

Puasa adalah tentang membersihkan diri. Makannya kalau nonton TV jangan cuma ngiler nonton perpaduan buah dan sirup dibalut dengan es batu yang dingin kinyis-kinyis itu. Perhatikan juga pembelajaran-pembelajaran yang disampaikan.
Pembelajaran apa? Ya jelas bahwa sirup cocok untuk berbuka puasa. #KRIK

Saudara selalu beli pakaian baru ketika lebaran, tentu saja paham kalau itu simbol bahwa saudara sudah melewati mesin cuci Gusti Allah, sudah bersih, baru lagi layaknya bayi yang baru saja nyeprot. Jadi tidak perlu lagi meributkan masalah diam-diam makan di siang hari atau tidak. Itu hak masing-masing orang, Gusti Allah sudah berbaik hati mau mencuci biar bersih, kalau tidak mau dicuci yasudah toh? Yang rugi hanya makhluk bersangkutan.

Maka pada akhirnya, bolehlah bercermin saat lebaran sudah terlewati. Masih busuk tidak? Jika masih, berdiri tegak, busungkan dada, siap melompat, dan berbisik pelan pada kuping sendiri, "Puasaku selama sebulan sia-sia.". See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.