Kesenian

Sumber
Bicara masalah seni (Bukan berbentuk air dan tidak bikin najis), kita perlu mendalami hakikat seni yang sebenarnya. Tapi saya tidak punya waktu dan cenderung malas, jadi ya mikir sendiri.

Loh, bung pikir saya salah karena mikir mengenai suatu hal tanpa dasar ilmu yang jelas? Tanpa teori dari para ahli?
Wah, ini artinya bung harus memahami konsep bertahan hidup saat ujian. Konsep suci seperti ini tidak akan dimengerti oleh mereka yang ketika ujian masih sibuk mencari contekan.
Apalagi yang berharap Jibril tiba-tiba muncul memberi bisikan. Dengan rasa hormat yang sebesar-besarnya mereka tidak akan mengerti.

Mereka yang ingin menguasai konsep seperti ini perlu satu modal besar. Ya, percaya kepada diri sendiri. Cium saja pipi saya (Untuk wanita, untuk pria bokong saja) kalau mereka yang bahkan percaya sama diri sendiri saja sulit, akan mudah untuk menerima hal baru. Berdamai dengan diri sendiri saja susah, bagaimana orang lain?

Kasusnya seperti ini,
pernah tidak bung/nona disuruh maju presentasi oleh guru saat sekolah tapi bung belum belajar sama sekali? Anggap saja pernah biar tulisan ini bisa selesai. Akhirnya maju deh demi nama baik sebagai lelaki/wanita paling diminati di sekolah. Lalu bung bicara apa di depan kelas?
Apapun yang bung katakan di depan kelas adalah hasil mikir entah benar atau salah. Ya toh? Jelas sekali yang bung katakan bukan teori orang pinter, bukan hasil ceramah sholat Jumat, apalagi khotbah idul fitri.
Semua yang keluar adalah hasil mikir dari semua hal yang pernah masuk ke otak saudara.

Ya gitu. Tidak semua literatur ilmu di dunia ini bisa kita pelajari semua dengan menjamin kebenarannya. Katakanlah saya mendalami ilmu pelet dan santet, mana paham coba tentang fisika?
Maka dari itu, konsep mikir sendiri ini perlu dilakukan. Maka dari itu saya nulis di sini tanpa dasar apapun. Maka dari itu, semua yang saya bahas jauh dari hal yang saya dalami.
Biar nanti, kalau ada keadaan mendesak yang memaksa untuk membuat keputusan (Tentu saja yang berkenaan dengan semua hal yang mikir tadi), saya punya modal.

Bayangkan jika seorang manusia hanya mau memutuskan sesuatu itu benar atau salah berdasarkan bacot ilmuwan. Padahal dia jarang belajar.
Ketika harus membuat keputusan bagaimana hayo? Nah konsep mikir ini adalah solusi maha suci dari segala solusi. Makanya, biasakanlah mikir dulu baru dibandingkan dengan yang benar.

Intro-nya panjang sekali ya, mungkin kalau tulisan ini adalah lagu, pastilah lagu dream theater paling pas untuk dijadikan wakil.
Apa itu kesenian? Jawaban tegas dari saya, kesenian adalah botol.

Botol, iya sesuatu yang punya satu lubang, berbentuk tabung, enak dipegang, dan mengeluarkan air.
Begini,
Sebut saja musik dengan genre jazz (Dimana orang-orang yang (memaksakan diri) menyukainya dianggap cerdas).
Jazz adalah genre musik, iramanya ya begitu kalian tahu sendiri, sementara lirik dari suatu lagu itu yang berbeda-beda. Beda karena mewakili apa yang ingin disampaikan sang pencipta.

Dulu, dulu sekali wali songo menggunakan kesenian untuk menyebarkan agama. Keseniannya berwujud macam-macam mulai dari wayang, dangdut (Eh, dulu sudah ada dangdut belum ya?), sampai tari-tarian. Dalam hal ini agama adalah hal yang ingin disampaikan oleh wali-wali tadi.

Gitu. Kenapa gue sebut kesenian itu botol adalah karena enak dipegang apapun bentuknya, kesenian tetap saja hanya wadah. Yang penting isi dari wadah itu.
Musik hanya botol, tulisan hanya botol, tarian hanya botol, gambar hanya botol, kamu botol, mantanmu botol, nah semuanya aja botol.

Lalu kenapa hal ini menjadi penting hingga makhluk tampan seperti saya membahasnya? Ya karena hanya hal ini yang sedang terpikirkan hal ini menjadi kegelisahan (Kalau kata Raditya Dika) di hati ini.
Di sudut pandang saya, kesenian sekarang lebih mengutamakan botol daripada isinya untuk penjualan. Tarian lebih memberikan dada yang memantul dan paha mengkilap daripada apa yang sebenarnya ingin disampaikan, musik hanya menyajikan suara vokalis yang bisa mencapai nada tinggi dan (Kadang) mukanya cakep, tulisan hanya berisi jajaran anak muda kurang ide hingga akhirnya menulis sembarang hal sampah tidak ada isinya. Dan dari semua itu hanya ada satu.... Yang penting mah laku.

Jadi ya, kalau boleh diibaratkan. Masyarakat hanya menghendaki botol bagus tapi diisi air seni. Mereka tidak peduli apa isinya, yang penting jadi trending maka mereka (Paksakan) nikmati, yang penting memantul maka dilihat.

Loh, jelas sekali saya munafik karena tidak suka dengan bentuk kesenian yang ada sekarang. Lagian, siapa sih yang males menikmati botol bagus tapi isinya air seni kecuali orang-orang munafik seperti saya? Ya sudah jelas bahwa saya ini munafik, tidak perlulah repot-repot berpikir seperti itu karena saya sudah duluan memberikan deklarasi.

Loh, situ juga tidak perlu menanyakan data-data yang saya jadikan dasar menulis. Saya menulis murni dengan pemikirkan dan pemikiran saya bersumber dari semua yang saya lihat selama ini. Tidak perlu repot-repot marah menanyakan berapa banyak orang yang memaksakan diri terkenal dengan menjadi artis sekenanya, dengan mempermalukan dirinya sendiri. Tidak perlu.

Yang jelas, semoga semua kata-kata di tulisan bisa ini membuat artis-artis mengerti bahwa botol itu tidak penting karena yang penting adalah bagaimana saya bisa hidup dalam lima hari ke depan dengan uang pas-pasan. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.