Buruh

Sumber
Dear buruh,
saya tahu bahwa tanggal satu lalu, kalian para buruh sama-sama turun ke jalan. Ya, seperti sebuah hari raya bagi kalian untuk kembali mengingatkan pemerintah bahwa pemerintah sendiri yang bilang bakal menjamin hidup rakyat-rakyatnya termasuk kalian, buruh.
Seperti kebanyakan demo, pastilah demo kalian menyebabkan macet dan ruwet. Bikin rusuh.

Beberapa hari yang lalu teman saya yang anak kuliahan bercerita bahwa aksi demo buruh hanya bisa bikin macet. Bikin terlambat masuk kuliah. Mendadak perasaan mangkel tumbuh di hati saya setelah mendengar cerita itu. Apa-apaan para buruh ini demo tidak tahu tempat dan waktu. Bikin macet, bikin teman saya terlambat saja. Asal tahu saja ya, teman saya ini kuliah di perguruan tinggi negeri terbaik se-Indonesia. Dia bayar kuliah pakai UKT. Ngerti tidak UKT itu apa? Halah, buruh seperti kalian mana ngerti UKT itu uangnya darimana!
Apa kalian juga tidak ngerti bahwa tatanan kota di Indonesia ini buruk bahkan lebih buruk dari puncak gunung mbak pamela. Ngerti tidak?

Demo setahun sekali mbok ya direncanakan gitu lho. Biar ndak bikin macet. Sampai-sampai orang di sosial media ada yang ngamuk karena aksi demo kalian, dia bilang begini, "Siapa suruh jadi buruh?!", terus begini, "SMP aja kagak minta gaji gedhe!". Wah brilian sekali ide marah-marah orang ini, jika diserang dengan siapa suruh jadi buruh seperti itu jelas kalian semua pasti diem dan mlongo.

Mana bisa kalian yang tidak sekolah karena biaya sekolah mahal membantah pernyataan keratif tadi? Ya jelas tidak bisa. Lha membantah saja tidak bisa apalagi jadi karyawan perusahaan negera yang bergaji besar. Brilian sekali kan ide orang itu untuk marah? Iya dong kan kelas menengah pemikirannya harus brilian wong kadang juga perlu mikir bayar kredit mobil pakai apa, bayar kredit rumah apalagi, belum juga pacar yang minta nikah padahal duit gajian untuk bayar hutang semua.

Kalian juga bukan anak kuliahan, yang belajarnya pakai laptop, yang kalau makan harus memaksakan diri makan mahal supaya bisa dianggap sama teman-temannya toh masalah hari esok makan apa ya dipikir nanti. Bukan, kalian bukan orang sebaik dan semewah itu.
Kalian juga bukan mahasiswa yang mengejar IPK, yang nanti setelah lulus bekerja di perusahaan multinasional, yang punya atasan bule, yang pakai seragam berkerah dan rapi, yang punya jam kerja, yang gajinya terbatas, yang punya target pekerjaan, yang ah pokoknya sangat tidak pantas jika dibandingkan dengan buruh seperti kalian. Beda jauh.

Dan tentu saja kalian jauh dari kata layak untuk disamakan dengan wakil rakyat. Loh, wakil rakyat itu pejabat, kerjanya di ruang AC, gajinya tinggi, kalau ngomong susah dilawan karna kepinterannya. Mereka itu kan wakil rakyat, beda sama kalian yang cuma rakyat. Wakil kedudukannya lebih tinggi daripada yang diwakilkan.
Sama seperti wakil presiden, kedudukannya lebih tinggi daripada presiden. Kan ngono toh?
Kalian sebagai buruh mah apa? Cuma rakyat, yang suaranya diwakilkan, cuma bisa bayar pajak dan itupun kecil jumlahnya. Beda sama wakil rakyat, kerjanya bersuara di gedung ber-AC, gajinya dari APBN dengan jumlah yang besar pula.

Buruh ya buruh, mlarat, tidak pantas menuntut hak berlebihan. Kalau bertepatan dengan hari buruh seperti kemarin ya tidak boleh demo. Pokoknya tidak boleh.
Tidak seperti wakil rakyat yang cuma lewat saja harus diantar pak polisi. Jelas beda, derajatnya saja beda. Pejabat yang lewat itu boleh bikin macet karna tidak boleh terlambat datang di acara penting, mau bagaimana lagi? Harus didahulukan. Sementara kalian hanya menuntut hidup layak, hanya harus menghidupi keluarga di kampung tentu saja tidak boleh berdemo karna bikin macet. Ngerti?

Lagian juga kalian ini ngapain panas-panasan, nggak dibayar, nggak diberi makan kok masih saja berdemo?
Pemerintah itu sudah menjamin hidup rakyatnya termasuk kalian, kalau mereka lupa ya wajar dong kan mereka manusia. Nggak perlulah harus didemo seperti itu, bikin kalian capek sendiri malahan. Iya toh?

Dikit-dikit mogok kerja, loh ya apalah kalian itu? Kalau mogok nanti siapa yang repot? Iya, keluarga kalian dan kalian sendiri. Pemilik usaha yang kaya raya itu mana butuh kalian? Nggak butuh, mereka bisa mengoperasikan industri mereka sendirian, tanpa buruh seperti kalian semua bisa berjalan oke.

Wis to, kalian saja belum pernah jadi mahasiswa yang bisa mbolos kuliah seenaknya, yang bisa titip absen ke teman-temannya. Jadi jangan sok-sokan mogok seperti itu, beda sama mahasiswa yang uang kuliahnya dibayari orang tua. Mereka nggak susah. Ayo to, jangan berharap lebih.

Buat apa demo terus? Yang didengar itu cuma suara mahasiswa yang boleh mbolos tadi, demo buruh cuma diemin aja nanti juga bubar kalau harus bekerja lagi.

Jadi para buruh, ya begitu. Tolong berdoa saja kepada Tuhan daripada berdemo dan dibenci banyak orang seperti yang sudah-sudah. Berdoa biar yang membaca tulisan ini mengerti maksud saya juga boleh. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.