Informasi, Ide, dan Prediksi


Sumber
Kadang gue merasa senang saat guru-guru di SMA dulu menjelaskan pelajaran dan ada teman yang tidak paham. Bukan kok senang karena teman menjadi bodoh, bukan.
Tapi dengan pertimbangan ini-itu, dia yang tidak paham tadi bertanya ke gue. Letak kesenangan gue adalah teman gue yang jadi paham karena penjelasan sederhana dari gue.

Kenapa senang? Dengan pola guru menerangkan-> teman gue nggak paham-> dia nanya ke gue dan akhirnya menjadi paham adalah bukti sederhana bahwa informasi masuk dan keluar dengan lancar di jiwa raga gue.
Itu adalah nikmat yang pantas disyukuri selama gue masih hidup.

Indikasi orang paham kan dia bisa menyederhanakan hal yang harus dipahami tadi.

Ide-ide brilan selalu muncul dalam setiap teknologi baru. Gue selalu bilang bahwa yang paling mahal di dunia ini adalah ide dan yang kedua termahal adalah informasi.
ketika gue beli satu benih pohon durian, beberapa butir pupuk, air dan gue merawatnya setiap hari maka pohon tadi akan tumbuh besar dan menghasilkan durian yang enak.

Benih, pupuk, air adalah informasi dan konsep-konsep yang kita pelajari setiap harinya.
Penentu semuanya menjadi mahal atau tidak ada di poin merawat. Merawat adalah bagaimana memadukan benih, pupuk, dan air secara pas sehingga buah durian nantinya enak dan besar.
Merawat adalah cara berpikir, merawat adalah peka terhadap masalah, merawat adalah mau memadukan berbagai konsep untuk membuat sesuatu yang baru.

Lalu pohon durian akan berbuah setiap musim durian.
Total semua durian yang dihasilkan dibanding benih, pupuk, dan air tadi mahal mana? Yap, tergantung cara merawatnya. Di tangan orang bodoh pasti akan mahal benih, pupuk, dan air. Lha kok bicara masalah buah, lewat orang bodoh pohon tadi belum tentu hidup.
Di tangan orang yang tidak bodoh pasti akan mahal total semua buah durian.

Sudah jelas ide lebih mahal daripada informasi. Tapi butuh banyak informasi untuk menciptakan ide.

Itu konsepnya.

Sementara itu, zaman sudah memasuki web 2.0 yang artinya melalui sebuah web orang-orang dapat berinteraksi dengan orang lain.
Web 2.0 adalah dasar dari segala macam sosial media.

Sebelumnya ada web 1.0 yang hanya komunikasi searah.
Gampangnya, web 1.0 adalah televisi dan web 2.0 adalah handphone.

Lalu muncul yang namanya API. Twitter, facebook, dan flickr menggunakan API. API (Application Programming Interface) memungkinkan user mengedit source dari website sosial media tadi.
Misalnya, twitter. Dengan API twitter gue bisa ngedit sarana gue update tweet, sumuurr misalnya. Jadi nanti ketika gue ngetweet maka tweet tadi dikirim via sumuurr. Gitu.

Dengan API gue bisa tahu selama satu hari itu kata apa yang menjadi trending topic. Gue juga bisa tahu kata-kata unik di twitter. Misal satu hari ada 102848 kata ditweetkan dan kata uniknya ada 2345. Itu artinya kata yang tidak ada duanya cuma 2345, nah sisanya dari 102848 ada perulangan 2345 kata-kata tadi.
Lalu, pengguna twitter terus bertambah dari hari ke hari.

Perkembangan twitter diimbangi dengan smartphone yang semakin canggih, mengetahui lokasi ngetweet, mengirim gambar di twitter, hingga memudahkan meng-copy-paste tweet orang.

Itu semua adalah informasi.

Lalu apa hal gila yang bisa dilakukan hanya mengetahui jumlah kata-kata unik tadi? Tentu saja tidak, sahabat karib.
Ternyata di dunia lagi booming masalah ebola.

Apa hubungan ebola dan twitter? Secara alami tidak ada hubungannya akan tetapi sebagai orang-orang yang bisa berpikir kita harus menikahkan mereka.

Memanfaatkan twitter sebagai penghasil informasi gratis dan akurat untuk prediksi mengenai ebola tadi.
Katakanlah ebola pertama muncul di Mesir lalu ada yang terjangkit. Lalu yang terjangkit tadi ngetweet bahwa dia kena ebola beserta share location dan hastag.
Dalam tiga hari beberapa orang Mesir mulai ngetweet.
Selama seminggu dilihat perkembangan anak-anak twitter tadi.

Oh ternyata setelah seminggu yang ngetweet menjadi orang-orang Libya dan terus bertambah banyak.
Berarti sudah jelas toh bahwa penyakitnya bergeser ke kiri. Algeria adalah tujuan si ebola ini selanjutnya. Tinggal dirazia dan dibasmi dengan vaksin supaya tidak menyebar lagi. Selesai.

Itu tadi adalah ide untuk prediksi.

Informasi dan ide tadi cuma contoh saja bahwa semua yang ada di dunia ini bisa dimanfaatkan dengan keren dan ganteng.
Hanya butuh sedikit mikir dan berhitung.

Pada akhirnya yang harus diolah dan dicerna sampai muntah adalah informasi. Setelah itu bagaimana respon kita terhadap lingkungan menjadi penentu apakah kumpulan informasi tadi akan menghasilkan ide atau tidak. Lalu ada prediksi yang menjadi pendukung apakah kita harus meneruskan ide tadi atau tidak.
Wait... Prediksi?
Iya, kita mengumpulkan data dan membaca pola dari data tadi pada akhirnya akan menciptakan prediksi.
Nah prediksi ini akan menentukan apakah hal yang kita buat akan menjadi berguna atau tidak. Apakah kita harus menyeriusi ide tadi atau tidak.

Misalnya gue anak data analyst dari sebuah pabrik game. 2010-2015 jumlah pembelian PC desktop turun, smartphone dan tablet naik terus.
Yaudah toh, berarti ide-ide membuat game di PC desktop terpaksa dibatalkan mengingat hal tadi dan game-game berbasis android dan iOS ditingkatkan terus-menerus. Biar laris dan gue bisa beli pesawat pribadi karena target pasar tepat sasaran.

Ya gitu. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.