Raja Yordania Adalah Jawaban
Seorang pilot yang merupakan warga negara Yordania dibakar dari fase hidup sampai mati oleh anak-anak ISIS. Tak hanya direkam, video tersebut disebarluaskan untuk menakut-nakuti banyak orang, untuk membuat semua kemauan mereka dipenuhi dan dikabulkan.
Pemimpin negara itu tahu. Konon kabarnya sang raja menunggangi sendiri pesawat tempur supaya bisa secara langsung meledakkan markas ISIS yang sampai saat ini belum buka cabang di kampung saya.
Selengkapnya di sini, baca saja.
Saat sang raja asik bermain pesawat dan bom dengan daya ledak lumayan besar, media Indonesia belum bosan memberitakan KPK dan Polri --Kedepannya KPK saya singkat menjadi K dan Polri menjadi P--.
Alur yang ingin diciptakan media saat ini adalah ada pertarungan antara K dan P.
Kalau dilihat-lihat, masalah K dan P ini mirip dengan masalah raja dengan ISIS. K melesatkan satu tembakan jitu kepada satu orang, P tidak terima lalu membalas dengan machine gun ngasal, ngawur, yang penting semua mati. Dan benar saja, kini semuanya hampir mati.
Masyarakat sendiri dibagi menjadi lima kubu, selalu begitu di negara ini. Selalu.
Kubu pembela K, kubu pembela P, kubu kritik, kubu yang masa bodoh dengan semua itu, dan satu kubu lagi. Kubu yang keempat beraktivitas seperti biasa, makan, minum, tidur, bertengkar dengan pacar.
Tidak seperti pembela K dan P yang (mungkin) tidak punya hal untuk dilakukan. Tidak salah, tentu tidak salah. Hak mereka untuk membela, bahkan membela orang yang tidak mereka kenal dengan hebatnya seakan kemaluan mereka akan dicangkul.
Pun kubu pengkritik, mereka adalah pengkritik profesional. (Profesi)onal, pekerjaan mereka ya memang seperti itu.
Lalu pak Jokowi, akhir-akhir ini bertemu dengan banyak orang, bertemu mantan presiden, mantan calon presiden, sampai semua orang yang tidak saya kenal juga ditemui. Polahnya lama-lama menunjukkan bahwa dia sedang berusaha menjauhi banteng. Toh juga bapak bukan aktor, rasanya sulit untuk memerankan peran vital dan susah seperti ini jika memang berpura-pura. Jika sebaliknya, bapak layak mendapatkan penghargaan dan dipijit oleh mbak Hayley yang selalu menawan hati saya.
Membentuk badan khusus untuk mengakurkan P dan K, ayolah pak... bapak pasti tidak semalas itu. Pikir saya. Eh tapi dibentuk benar badan khusus itu.
Oiya pak, pernah dengar usul rakyat untuk memberi kekebalan hukum kepada pihak K supaya bisa memberantas korupsi dengan baik?
Rasanya bapak pasti tahu itu usul yang menggelikan. Jadi lupakan saja.
Negara ini, yang besar ini pak, asal tahu saja bukan panggung pertunjukan. Rakyat juga bukan penonton yang harus membayar pajak demi pajak untuk sebuah drama percintaan antara manusia dengan uang.
Sampai saat ini, saya masih yakin bapak adalah orang baik.
Berangkat dari raja Yordania tadi, satu rakyatnya yang kebetulan apes lalu dibuat mainan saja dia marah besar pak. Sungguh dia terlihat marah jauh dari sini, dari tempat saya duduk sekarang.
Ini satu negara dibuat mainan lho, pak. Bapak kenapa santai-santai saja? Apa menurut bapak, kami ini memang hanya rakyat tidak jelas? Yang bisa membuat bapak jadi Presiden itu, tidak jelas?
Apa kalau saya ditangkap anak-anak ISIS dan dibakar hidup-hidup, bapak hanya diam saja? Hanya bertemu orang lain di istana? Atau hanya membentuk tim untuk menanganinya?
Atau akan belajar naik pesawat tempur dan menjatuhkan bom atom hasil pembelian dari negara maju yang keren itu dengan tangan bapak sendiri?
Jujur saya nggak butuh presiden tegas dan menakutkan, nggak butuh yang punya Ph.d, nggak butuh negarawan, saya nggak butuh.
Yang saya butuhkan, yang kami butuhkan, yang Indonesia butuhkan adalah kepedulian.
Bapak jadi presiden, tolong peduli sedikit supaya minyak dan gas tidak terus-terusan dibawa keluar negeri.
Bapak jadi presiden, tolong peduli sedikit supaya koruptor tidak memakan hak kami, uang kami.
Tolonglah peduli kepada yang perlu kepedulian dari bapak, Pak Jokowi.
Hanya seperti raja Yordania, peduli.
Saya rasa, dulu ketika bapak ppsmb di kampus pasti diajari juga masalah kepedulian ini. Kita tumbuh di kampus yang sama pak, apa bapak lupa atau malah tidak tahu?
Atau para rakyat nggak jelas itu yang harus peduli dengan bapak? Supaya bapak istirahat saja di rumah dan tidak mengurus negara ini lagi?
Semuanya terserah bapak, mau mengambil langkah taktis seperti apa. Tapi saya rasa, kapolri terpilih bisa dijadikan indikator lumayan kuat mengenai siapa yang bapak bela. Tentunya.
Sebagai masyarakat kebetulan saya adalah kubu keempat, tapi sebenarnya saya sangat siap menjadi kubu kelima apabila bapak memang menginginkan.
Bila memang terbukti negara ini hanya dibuat mainan.
Saya tidak pernah menyesal memilih Pak Jokowi sebagai presiden. Hal-hal mengesankan seperti memilih Bu Susi, menjadikan UN bukan barang penting, membunuh bandar narkoba merupkan capaian luar biasa dari bapak. Saya salut.
Tapi tentunya kita sama-sama tahu masih ada hal besar di belakang bapak yang menjadi beban, yang menjadi --Bapak pasti paham apa yang saya maksud--.
Malam tadi hingga pagi ini saya hanya ingin ngomong nggak jelas seperti ini, pak.
Oya, apa bapak tahu kubu kelima itu siapa? Kubu reformasi. See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.