Keluhan mengenai Indonesia Negara Kaya
![]() |
Sumber |
Hal itu sudah tidak bisa dibantah entah dengan pikiran gila, akal sehat, makalah, kajian ilmiah, maupun sekedar kabar burung. Wis, pokoknya Indonesia itu negara kaya.
2/3 wilayahnya laut yang artinya banyak ikan. Banyak ikan artinya banyak minyak.
Dilewati garis khatulistiwa, terletak di antara dua benua, dan dilengkapi dengan iklim tropis. Semua itu membuat batang ubi yang nggak sengaja tertancap bisa tumbuh subur. Semua itu membuat berbagai macam hewan memilih untuk hidup di sini. Semua itu membuat gue bisa merasakan enaknya sate kambing dengan bumbu rempah yang luar biasa.
Nenek moyang tidak main-main dalam rangka sayang ke anak-cucu mereka. Mereka mewariskan sifat santun, baik, sopan, dan pemaaf bahkan saat kita dijajah 350 tahun oleh Belanda. Bayangkan saja Belanda tidak menjajah kita, sekarang jadi apa? Gundukan tanah di atas air?
Sudah dijajah seperti itu, gue lagi-lagi nggak sengaja membuat satu batang ubi tertancap di tanah dan masih bisa tumbuh subur.
Musim di sini ada dua, kemarau dan penghujan. Sungguh hal yang sangat ideal untuk menjaga tubuh tetap prima tanpa harus membuat jaket tebal demi tetap hidup dalam suhu di bawah nol derajat celcius.
Pemandangan juga tak kalah kaya, nggak sengaja main ke pantai dengan modal 20 ribu saja bisa melihat sedikit kebaikan Tuhan terhadap umat manusia.
Ngajak pacaran juga tidak sesulit di luar negeri harus bayar mahal, cukup pergi ke area pegunungan sudah mendapatkan suasana dingin-dingin romantis.
Lalu siapa yang disalahkan apabila remaja di Indonesia banyak menggunakan narkoba? Siapa yang salah apabila anak muda tidak kenal internet?
Siapa yang disalahkan soal macet?
Siapa yang disalahkan akibat kemiskinan warga Indonesia?
Apa gen orang Indonesia memang sebodoh itu untuk membuat sebuah negara maju? Atau sebenarnya kita pintar tapi malas?
Atau kita bodoh dan malas?
Kita punya banyak museum, semua benda dimuseumkan mulai dari tengkorak, sekedar besi dengan usia jutaan tahun sampai benda-benda untuk mengenang penjajahan yang menyedihkan itu.
Itu sangat bagus, anak muda dapat mempelajari sejarah, mengetahui bahwa dulu nenek moyang mereka baik-baik sampai memberikan semua yang ada kepada negara lain. Itu bagus.
Tapi apa kita hanya hidup di masa lalu? Kapan anak muda bisa mempelajari masa depan? Kapan ada museum yang isinya ekspektasi kehidupan Indonesia di masa yang akan datang?
Nah itu loh masalahnya. Orang kalau terjebak masa lalu yang akan menjadi seperti itu terus, kita nggak akan kemana-mana kalau cuma bangga bisa nemu tengkorak homo sapien.
Kita nggak akan kemana-mana kalau cuma berteriak "merdeka!", "Merdeka atau mati!", atau masih ngobrol dengan orang-orang tua yang susah move on karena merasakan susahnya mendapat kemerdekaan.
Hadapi saja, kita sudah merdeka tapi masih mlarat. 70 tahun kok mlarat terus. Hadapi saja, sekarang nggak ada penjajahan kayak dulu, sudah malas orang-orang itu menjajah dan harus meneriaki pribumi dengan cambuk dan senjata. Mereka memilih jadi lebih pintar dari kita, menjual hal yang kita inginkan, kita membeli dan belagu ke teman yang tidak bisa membeli, mereka yang pintar semakin kaya dan semakin pintar, sementara kita masih asik pamer ke orang yang tidak bisa beli. Oya, dan satu lagi. Kita tetap bego.
Lha menjadi bingung toh, sebenarnya Indonesia itu kaya atau mlarat?
Jepang sudah bisa membuat simulasi dan prediksi bencana dengan modal komputer, kalau besok ada angin tornado berarti hari ini smartphone warga Jepang memberi peringatan bahwa besok ada bencana jadi duduk di rumah saja biar aman.
Kita masih have fun apabila ada baliho tumbang terkena puting beliung, beberapa ada yang berteriak ketakutan, beberapa ada yang tertimpa.
Anak TK di Jepang sudah tahu apa yang akan terjadi apabila logam natrium murni dicelupkan ke dalam air.
Anak SMA Indonesia masih asik membahas pacaran dan sesekali membahas bahwa tsunami aceh itu konspirasi yang dilakukan oleh oknum tertentu. Ada juga yang masa pubertasnya terunda sehingga SMA itu sangat antusias dengan seks dan bokep. Dan kalau di ujian ada pertanyaan apa yang akan terjadi apabila logam natrium dicelupkan ke air, mereka cuma berusaha menggali ingatan, mengingat tulisan di buku pegangan yang dihafal kemarin. Ya, cuma mengingat tapi nggak paham.
Lalu bagaimana?
250 juta orang, yang pahanya putih, yang payudaranya besar hanya terpusat di kota-kota besar.
Yang lusuh-lusuh menetap di desa dan beberapa kali kagum dengan orang kota yang sebenarnya masih terlihat kampungan kalau di luar negeri. Membuang sampah sembarangan, moral yang di bawah nol, atau sekedar cara berbahasa yang tidak komunikatif.
250 juga membuat jawa macet, padahal pulau lain masih longgar. Pada nggak sudi pindah karena di sana terbelakang, karena di sana tidak ada mall, barang-barang mahal. Lha kalau nggak mau ke sana siapa yang mau membangun? Ya terpaksa anak-anak pns dikirim ke pelosok negeri dengan misi perdamaian dan pembangunan.
Belum lagi gagap teknologi. Diberi sepeda motor yang sudah dihitung efisiensinya, dibuat seideal mungkin oleh pabrik akhirnya hanya dibongkar dan dibentuk lagi seakan-akan sebuah mesin bisa berjalan bagus dengan modal insting dan hobi.
Bocah-bocah yang orang tuanya kaya meminta beli smartphone, gunanya? Update path. Pantas saja berbagai vendor sosial media langsung kaya apabila produknya booming di Indonesia. Lihat Facebook, kita ganti presiden sang pemilik langsung datang ke Indoensia. Beberapa kali foto dengan presiden, ngobrol, ngopi supaya Indonesia tidak menerapkan aturan yang bisa merugikan Facebook. Aturannya apa ya, gue lupa keknya pajak apa gitu. Jangan nanya deh, pokoknya itu bisa membuat Facebook rugi dan Indonesia untung. Hehe.
Sudah ah, mengeluhnya sudah. Gue nggak punya solusi untuk ini. Jujur saja, kan gue cuma blogger biasa. See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.