Bukti Cinta
![]() |
Sumber |
Dalam beberapa scene sebuah film, sinetron, hingga cerita dewasa yang pernah gue baca suatu hubungan yang tidak diresmikan oleh negara akan bertemu suatu fase meminta bukti cinta. Entah sang wanita atau pria yang melakukan, pokoknya akan ada bagian dimana pasangan kita meminta bukti cinta.
Lha kan sulit sekali toh, cintanya abstrak tapi buktinya minta yang nyata.
Bukan bermaksud menggurui atau apa, gue cuma mau berbagi isi pikiran mengenai hal ini.
Bukti.
Semua berawal sejak sorot matanya menghantui malammu. Kamu mulai senyum-senyum sendiri saat ingat kicauannya di twitter beberapa menit yang lalu, "Cinta tidak akan pernah datang untuk menyakiti.".
Tapi kamu sedikit bingung tahu bahwa dia baru saja putus dengan pacarnya yang (tentu saja) lebih tampan, lebih kaya, lebih macho, dan lebih jago menulis lirik lagu di sosial media ketimbang dirimu.
Kalau kamu dekati dia sekarang, diterimapun mentok hanya dijadikan pelarian.
Alah mbuh, yang penting dia jomblo sekarang. Yang penting dia tidak dijaga seekor anjing. Besok tinggal pura-pura tabrakan. Tapi itu terlalu menyerupai sinetron.
Baiklah, besok kamu akan berpura-pura bertanya tugas kuliah. Nah kan, kebodohanmu itu ada gunanya.
Akhirnya dirimu belajar, mana bisa bertanya tanpa tahu apa yang akan ditanyakan?
Setidaknya harus bertanya tugas sekolah, bukan masalah Lion Air atau koin untuk Australia. Kecil kemungkinan dia mengetahuinya.
Ya jelas sekali toh, kamu tidak akan bertanya tugas kuliah saja. Buang-buang kesempatan namanya. Kamu harus mendapatkan perhatiannya. Tunjukkan kemampuan dan pengetahuan.
Kamu sudah bertanya dan dia tertarik kepadamu. Kepada tingkahmu yang pura-pura bodoh dan sok lucu itu. Kepada pengalaman pergi ke Cina yang diceritakan temanmu beberapa minggu yang lalu. Dari situ kamu tahu satu hal, wanita itu tidak sepintar kelihatannya.
Hari demi hari kalian semakin dekat saja. Memang seharusnya dekat, kalau tidak mana bisa selesai tulisan ini?
Bermodal doa yang sama saat kamu akan menghadapi ujian nasional, kamu menyatakan cinta. Padahal itu baru seminggu setelah dia diselingkuhi kekasihnya yang lebih apapun ketimbang dirimu. Tapi tak apa, melihat tawanya yang ikhlas, senyumnya yang membuatmu yakin bahwa Tuhan tidak sedang bercanda, atau sekedar suaranya yang mampu membuatmu bangun pagi untuk berdoa supaya bisa bersama.
Ajelas, kamu ditolak. Bodohnya dirimu, pasti dia masih trauma untuk pacaran apalagi jatuh cinta kepada lelaki. Dia masih ingin sendiri. Dia butuh teman. Bukan orang yang mengambil kesempatan dalam keadaan yang menyedihkan.
Memang sakit kok rasanya ditolak itu. Semua orang tahu.
Tapi bukan dirimu kalau tidak berjuang sampai urat kemaluan putus dengan sendirinya. Baiklah, kamu berkata bahwa tidak apa-apa tidak pacaran asal kamu dan dia berteman, kalian bersama.
Satu, dua, tiga, yap sampai sembilan bulan hubungan kalian gitu-gitu terus. Dia sedih, kamu menghiburnya. Dia ada masalah pasti cerita ke kamu. Dia maunya sama kamu tapi tidak mau pacaran. Nahkan bingung.
Wooo, kamu tidak mau dong disebut masuk dalam friendzone. Kamu lelaki sejati. Setelah seumuran kandungan ibu hamil, akhirnya kamu menyatakan cinta lagi. Kali ini kamu ajak dia makan malam berdua. Alasannya masih sama, bertanya tugas kuliah.
Dengan raut muka yang terlihat akan merusak suasana, kamu mengatakan semuanya.
Suasana akhirnya rusak. Dia murung. Tak sangka saja, dirimu masih mengharapkan yang lebih dari sekedar bisa bersama.
Akhirnya dia bertanya satu hal, "Apa bukti cintamu itu?"
"Aku akan membuatmu merasakan cintaku."
"Yang logis, bukti nyata. Kamu lelaki."
Kamu bingung deh, lha wong cintanya abstrak kok buktinya minta yang nyata. Mau memberi harta tak ada, muka apalagi.
"Kamu minta bukti nyata?"
"Iya."
Kamu menarik napas panjang seakan-akan ingin meniup sangkakala.
"Begini, sembilan bulan lalu kamu diselingkuhi kekasihmu. Benar, kan?
Saat itu juga kamu menulis tweet, "Cinta tidak akan pernah datang untuk menyakiti.". Benar?"
"Benar. Terus?" Dia mulai antusias.
"Yasudah aku langsung bertanya tugas kepadamu esok harinya. Supaya kita dekat. Walau aku begini tapi untuk sekedar membuatmu tertawa dan menemukan solusi dari setiap masalahmu, aku bisa.
Ya itu buktinya. Sembilan bulan lebih kita berteman. Apa pernah aku menyakitimu?
Aku berusaha menyembuhkan sakit yang menimpamu.
Aku berusaha merawatmu. Dari awal kamu sakit sampai sekarang."
Dia terdiam.
"Kalau kamu bertanya bukti nyata bahwa aku mencintaimu, jujur aku tidak punya. Mau bagaimana lagi? Tuhan membuatku lahir sebagai anak yang suka membaca bukan anak yang suka bisnis. Akhirnya aku tidak punya banyak uang.
Tuhan juga menciptakanku sebagai anak yang peduli terhadap orang lain bukan yang peduli pada diri sendiri. Akhirnya tubuhku tidak terawat, tidak ganteng."
Dia terdiam tapi kali ini mulai menangis. Tapi kamu malah asik makan nasi goreng yang tersisa lalu melanjutkan kisah sedihmu itu.
"Jadi, kalau memang kamu tidak mau menerima lagi yasudah. Kita lanjutkan saja bertemannya. Aku tidak apa-apa."
Dia terdiam sampai kalian pulang. Dia yang diam membuatmu terpaksa membayar semua tagihan makan. Sudah mlarat, nraktir pula. Malang sekali.
Di jalan, sebelum dia masuk kos dia bilang dia mau.
Kamu otomatis bingung, wah ini cewek belum pacaran saja sudah mau diapa-apakan. Rezeki.
Tapi kamu tidak langsung bertindak.
"Mau apa?"
"Mau kamu rawat." Lalu dia masuk kamar kos.
Hatimu diisi oleh perasaan campur aduk, senang karena cintanya diterima dan horny yang tak kesampaian. Sudahlah lebih baik pulang.
Sekian.
Hehehe, nggak jelas ya? See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.