Hubungan Rezeki dan Kebutuhan, Pacaran kah?

Sumber
Setelah berhasil merilis sebuah tulisan tentang logika rezeki di sini, kali ini gue berusaha menyambungkan rezeki dengan kebutuhan.
Kenapa gue berusaha menyambungkan adalah karena gue sedang nganggur, sesederhana itu.

Jordan Belfort bukan apa-apa tanpa saham, Alan Turing bukan apa-apa tanpa matematika, pun John Nash tanpa skizofrenianya. Mereka semua hanya manusia biasa tanpa semua itu. Manusia biasa, bangun tidur-melakukan pekerjaan membosankan-tidur dengan iterasi beberapa kali sampai mati.

Ketergantungan. Exactly!
Ternyata Tuhan membuat semua hal yang menggantung di dunia ini menjadi begitu indah, tanpa hal menggantung pastilah duo serigala hanya dua wanita bego yang lompat-lompat tanpa bisa membuat jutaan orang penuh rasa penasaran mencari mereka di youtube.
Video yang alamak sekali, gue hanya terdiam membisu bak batu ketika menontonnya pertama kali. Kedua kalinya diikuti nafsu, ketiga rasa ingin lagi, keempat dan seterusnya.

Manusia perlu menggantung kepada sesuatu untuk hidup, ini sudah sangat jelas. Guru perlu bergantung kepada beberapa hal seperti murid dan sekolah untuk tetap makan, seniman teknologi macam Steve Jobs juga perlu bergantung kepada berbagai permasalahan dalam kehidupan bisnis supaya buah apel kebanggaannya tetap laris dan diminati. Mari mulai saja.

Rezeki dan Kebutuhan.

Semua dimulai, selalu begini. Ya bagaimana tidak, Tuhan menciptakan awal dan akhir jadi mau tidak mau harus dimulai.
Semua dimulai ketika kamu lelah dengan hidupmu yang pas-pasan itu. Uang pas, muka cenderung mendekati pas, pandai pas. Sementara itu kebahagiaanmu ternyata kok bergantung kepada semua hal pas-pasan dalam hidupmu.

Bagaimana ini, Tuhan? - Begitu pertanyaanmu dalam sebuah scene berdoa yang tak terencana.

Kemudian datang sebuah jawaban. Meski tidak diantar langsung oleh Jibril kepadamu dengan hentakan yang luar biasa dan mengagetkan ketika kamu tiduran gitu, kamu tetap bersyukur Tuhan menjawab pertanyaanmu itu melalui sebuah ide. Lain waktu, bertanya saja lewat doa kalau bingung. Batinmu.
Ide itu adalah menonton siaran Mario Teguh Golden Ways yang temanya tentang rezeki, siapa tahu ada ide kedua datang. - Pikirmu mulai sok jago logika.

Yap, datanglah kamu ke studio salah satu stasiun tv dengan maksud mendapat wejangan-wejangan super dari sang mentor. Seperti biasa, tertawa karena beberapa kali om Mario melawak, tepuk tangan karena kagum dengan kata-kata bijaknya, atau terdiam terpaku karena bingung apa maksud dari orang dengan parawakan tegap dan kalem itu.

Iklan, iklan, beberapa iklan sudah terlewati sampai sesi curhat. Kamu ingin maju bercerita keluh kesah ini, mengangkat tangan ketika ditawari dengan sedikit grogi. Ternyata kamu tidak dipilih MC, yah sedikit kecewa sih tapi banyak leganya.
Singkat cerita, salah satu bapak yang berdiri di atas panggung bercerita masalah utang. Dia punya banyak utang, lalu membuat beberapa joke lucu sehingga mengocok perut semua penonton walau kamu bahkan tidak yakin apakah bapak itu paham apa yang dia katakan. Tertawa saja.
Dipancing terus menerus oleh om Mario, akhirnya muncul kalimat yang mengubah hidupmu.

Rezeki bergantung kepada kebutuhan.

Wah yasudah. Tuhan benar-benar tidak bercanda tentang ide nonton acara tersebut di atas secara langsung. Sekarang, kamu hanya perlu menggunakan kepandaianmu yang pas-pasan tadi untuk memahami empat kata di atas.
Ternyata kamu berhasil membuktikan bahwa kamu bukan produk evolusi kera yang gagal, logikamu berkata "Kalau begitu, tinggal nambah kebutuhan biar rezeki juga nambah. Tuhan pasti sayang banget sama aku. Alhamdulillah."

Benar sekali seperti harapan awal tadi, setelah menonton acara itu kini dirimu mempunyai ide kedua. Cerdas. Idenya sederhana, hanya perlu menyusun daftar kebutuhan yang kamu punya dulu lalu menambahnya dengan yang kamu inginkan.
Kalau dulu tidak ada poin tentang jalan-jalan ke tempat wisata ya tinggal tambah saja. - Kamu dengan ide keduamu.

Hari-hari sekarang dilalui dengan kebutuhan-kebutuhan yang baru, ternyata tidak ada yang berubah dengan pekerjaanmu. Tetap membosankan, tidak berharga di hadapan calon mertua, tidak gagah.
Kamu juga tak kunjung menjadi jutawan yang bisa menjepret kekayaanmu lalu dengan sok rendah hati menguploadnya di media sosial. Kamu masih seperti yang dulu.
Keyakinan terhadap ide dari Tuhan tadi mulai berjalan menjauh, mulai takut dengan egomu yang ingin cepat kaya dan segera pamer.

Terpuruk dan semakin terpuruk saja. Masa iya Tuhan mempermainkanmu? Tidak ah. Pasti kamu yang terlalu bego memahami perintah-Nya.
Kamu memutuskan untuk memeriksa hasil-hasil kebutuhanmu.
Kamu menangis. Entah karena pada hari itu juga kamu diselingkuhi tepat di depan matamu atau karena kamu paham dimana letak bantuan Tuhan yang pernah diragukan. Entahlah.
Memang tidak ada yang berubah dengan status sosialmu, tidak ada yang berubah dengan mukamu itu, tidak ada yang berubah dengan calon mertuamu yang galaknya kayak singa. Memang tidak ada, tapi semua kebutuhanmu yang lama maupun yang baru terpenuhi.

Merasa sudah meragukan Tuhan serta kuasa-Nya untuk menjagamu tetap hidup dan tertawa melihat timeline twitter yang terus membahas politik itu, kamu segera mandi wajib. Bukan apa-apa, bukan bikin ritual agama sendiri, cuma biar segar saja setelah menangis.

Sekian.

Wah, mengejutkan ya ternyata hubungan rezeki dan kebutuhan. Bagaimana menurut kalian? Share di kolom komentar eaps! Selamat menambah rezeki! See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.