Good Job
Semua orang punya alasan untuk hidup, untuk melakukan sesuatu. Dan jika ada alasan tentunya ada harapan di sana. Begini,
Banyak alasan gue ikut sekolah --Buang-buang waktu cuma buat
mendengarkan guru ngebacot hal yang bisa gue baca sendiri—salah satunya
bokap-nyokap di rumah. Gue nggak tahu dimana letak keberhasilan itu tapi
setidaknya dengan gue bertingkah baik, dengan gue berusaha sungguh-sungguh di
sekolah bisa membuat mereka bahagia dan tidak marah-marah ke gue.
Tidak ikhlas sekolah? Ah biasa saja kok, itu juga kewajiban
gue dari Tuhan untuk nurut kepada orang tua, jadi mau nggak mau ya harus
dilakukan.
Kemudian ada persetujuan menggelikan bahwa nilai bukan tolak
ukur kepandaian anak. Gue setuju, mana ada rentang angka 1-100 bisa menjadi
indikator? Bah! Tapi gue suka membalik kondisi, kalau memang pintar masa
mendapatkan nilai terbaik saja tidak bisa?
Dengan alasan tersebut di atas gue menjadi punya harapan
mendapatkan hal yang baik-baik di sekolah. Itu gambaran singkat hubungan alasan
dengan harapan. Hanya gambaran loh ya, bukan kondisi gue selama ini.
Dua kata dalam bahasa inggris dengan arti menghina,
merendahkan, menginjak-injak, dan kadang sedikit meludahi perbuatan yang telah
dilakukan seseorang. Banyak kehancuran yang disebabkan dua kata ini. Jika ada yang tanya kenapa harus bahasa inggris, karena menurut gue bagus saja dibanding dalam bahasa Indonesia. Sesederhana itu.
Good job.
Ketika itu kamu mulai tertarik kepada satu bidang untuk
ditekuni, rasanya memang itulah tujuan hidupmu. Passionmu. Kamu harus
mengejarnya dan menjadi yang terbaik.
Semua hal gila dalam hidupmu dimulai, melakukan hal yang
disukai. Lupa waktu, lupa makan, mengabaikan segalanya, pokoknya yang kamu mau
melakukan itu, itu, dan itu! Setiap detik yang kamu bayangkan hanya itu!
Sampai-sampai kamu bisa orgasme karena perasaan cintamu dengan hal yang menyenangkan
tersebut. Hari demi hari mencari referensi, belajar, tak jarang ibumu marah-marah karena sudah muak dengan kesenanganmu itu.
Sudah, menurutmu sudah cukup belajar dasarnya, sekarang
saatnya mencari referensi yang lebih menantang, lebih sulit. Sekarang saatnya
melihat orang-orang yang lebih dulu bercinta dengan hal itu, kamu harus bisa
melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Terkesan, semakin jatuh cinta, semakin
ingin cepat memulai, langkahmu tak beraturan, belajarmu sambil lompat tali,
random.
Seperti yang sudah-sudah, bosan pasti menghampiri dan selalu
terlihat lebih seksi daripada hal yang sedang kamu cintai.
Apa kamu menyerah?
Apa kamu berhenti? Kalau kamu berhenti, tulisan ini takkan pernah selesai. Ya gitu, fenomena Good Job tak akan menghampiri pecundang yang mudah
menyerah. Kesulitan mulai datang, mulai banyak bagian yang kamu tinggalkan
karena kamu belum bisa, mulai sadar ternyata tidak gampang menjadi seorang
pemenang.
Tapi itulah hidup, gampang sekali menjalani hidup ini.
Tinggal memilih menjadi yang biasa saja atau melampaui segala sesuatu yang bahkan tidak
mampu kamu bayangkan. Oh, ternyata kamu memilih yang kedua.
Evaluasi kamu lakukan besar-besaran, “Tak akan menjadi
apapun kalau terus begini.” batinmu. Langkah pertama yang kamu ambil adalah
mencari seorang guru, bukan karna kamu tidak bisa belajar sendiri tapi supaya
belajarmu lebih rapi dan teratur.
Sedang memikirkan masalah orang, terlintas bayangan
orang-orang yang pernah melihatmu melakukan itu. Apa yang mereka katakan? Apa
yang mereka berikan kepadamu dan kemampuanmu adalah pujian dan pengakuan.
Pantas saja kamu hanya begitu melulu.
Berputarlah otak kirimu untuk menganalisa dan otak kananmu
untuk mencari solusi,
“Manusia, punya banyak sekali bug tetapi mudah belajar.
Permasalahannya adalah kenapa sudah mau belajar tapi belum berhasil? Bahkan
untuk sekedar mencapai hal yang bisa dibayangkan saja tak mampu.
Tentu saja! Ini pasti masalah pujian! Semenjak berani tampil
di depan umum dan dipuji seakan-akan aku kehilangan arah. Seakan-akan aku sudah
berhasil. Mereka memuji karena hal sederhana, tentu saja memuji... Bisa
melakukan install ulang laptop di depan adikku yang anak SD pasti bisa
membuatnya kagum dan memuji.
Aku harus menjauhi pujian. Harus.”
Kurang lebih seperti itu analisa dan solusimu. Menggelikan,
bukan?
Guru, kembali lagi ke sosok yang sedang kamu cari. Guru yang
bagaimana?
Kamu bukan anak sekolah dasar yang gampang menangis, kamu
sudah paham apa itu kebodohan, kamu sudah tahu malu, dan yang jelas kamu butuh
mencapai harapanmu. Rasanya jika mencari guru yang ramah dan sabar hanya akan
menghabiskan waktu dan biaya. Kamu butuh anjing yang menggonggong setiap kamu
salah, kamu butuh diberi umpatan bila kamu tidak bisa. Itulah yang kamu
butuhkan, seorang yang suka berbuat tapi terpuji, setidaknya untukmu.
Kamu tidak bisa belajar dari seseorang yang suka mengatakan
‘Good job’ saat kamu berhasil sedikit, atau kamu hanya akan menjadi biasa saja, tidak
berguna, ada banyak jumlahnya. Mirip sampah. Kamu butuh penjaga neraka yang
mungkin saja melempar kursi jika kamu salah terus-terusan.
Sederhana sekali harapannya, melampaui hal yang tidak bisa
kamu bayangkan. Jauh di atas itu.
Selesai memikirkan semua itu, mungkin menurutmu sudah dulu. Cukup membuat guru yang kamu cari menganggapmu pantas diajari.
Sekian.
Bagaimana sekarang? Good job? See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.