Dekat ke Tuhan

Sumber
Tuhan itu ada, beberapa orang yakin. Termasuk gue.
Menurut Stephen Hawking di masa awal-awal dia mencari gelar doktoral, Tuhan tidak bisa dikaitkan dengan fisika. Fisikawan tidak boleh dicampuri dengan hal macam keyakinan, nanti pekerjaannya berantakan. Sedikit-sedikit yakin itu perbuatan Tuhan. Itu kata om Stephen ketika belum sadar.

Makin tua, setelah semua tubuhnya tidak bisa digerakkan, setelah tidak bisa bicara, setelah semua hal keren yang dia lakukan.... Dia percaya Tuhan. Wow, hal mengejutkan yang harus dirayakan.
Entah hal apa yang membuatnya percaya, coba tanya langsung mumpung masih ada. Yoi.

Dengan semua kejadian yang menimpa om Stephen, gue menjadi bersyukur bahwa gue percaya kepada Tuhan. Bahkan blog ini membawakan genre yang tak jauh-jauh dengan kuasa Tuhan meski bukan ilmu agama.
Gue suka bercanda, bercandain iblis, bercandain bokap temen, bercandain pacar, bercandain presiden, tapi gue selalu takut bercandain Tuhan dan rasul-nabi-Nya, meski gue tahu Tuhan itu Maha Lucu. Entahlah.
Zaman makin maju saja, 20 tahun lagi gue percaya ada anak cowok jomblo yang macarin robot. Bagaimana tidak, gue yang harus bikin robot itu. Robot untuk jomblo. Brilian, bukan?
Banyak pengguna teknologi informasi, lihat saja sekarang... Nonton bokep gampang, phone sex gampang, nyebarin hal-hal bego gampang, pokoknya semua gampang. Dan hipotesa kali ini adalah yang buruk lebih banyak daripada yang baik. Buktinya? Lihat saja dirimu.

Semua itu menjauhkan diri dari Tuhan. Ho'o, pacarmu, akun instagrammu yang follow akun bokep, aplikasi browsermu yang historynya stalking gebetan, caramu nyontek demi nilai bagus, game yang bikin kamu lupa beribadah, film bajakan yang kamu tonton, pokoknya banyak.

Tapi, blog ini terutama nggak cuma menyalahkan kehidupanmu. Gue berusaha datang bersama solusi, gue berusaha cerita pengalaman. Cuma itu.

Kasus pertama adalah ujian nasional SMA. UN dulu, bagi teman-teman seangkatan tampak seperti tukang cangkul kemaluan yang siap mengayunkan cangkulnya kapan saja. Mereka takut bukan main. Kabar bagusnya, bukan cuma mereka yang takut tapi orang tuanya juga.
Orang tua ribut, bertengkar tiap malam karena satu pokok bahasan. Nilai UN anaknya. Ya bagaimana tidak ribut, uang yang seharusnya buat makan digunakan untuk les sang anak, yang mahal, yang terjamin nilai bagus, yang terjamin bahwa anaknya tidak hamil oleh teman lesnya.

Sang anak tak kalah ribut, semua catatan teman disalin, semua buku dibeli, semua omongan guru dituruti, segala macam benda disembah. Heran gue.
Dan budaya yang tak pernah hilang adalah sholat dhuha. Sumpah, di sekolah gue musholla jadi ramai sekali oleh anak kelas tiga menjelang UN. Mereka berdoa, segala macam doa dipanjatkan kepada Tuhan, sampai nangis-nangis seakan Tuhan lupa mereka pernah nyontek, nonton bokep, ngomongin guru, dan membangkang kepada orang tua. Mungkin lupa, gue nggak tahu. Hehe.

Ujian terlewati, bejat lagi. Dasar remaja.

Kasus kedua adalah ketika teman kerja nyokap gue jatuh dari motor. Jatuh sendiri yang artinya bukan ditabrak, bukan menabrak, bukan juga tidur, cuma kebetulan nggak pakai helm. Kepalanya mendarat di kerikil dengan diameter puluhan centimeter. Sakit kan tuh, akhirnya masuk rumah sakit.
Ternyata ada pendarahan di otak, operasi harus dilakukan.
Operasi selesai, tapi meninggal.
Gue cuma cerita loh ya, bukan menakut-nakuti orang yang nggak pernah pakai helm kalau berkendara. Toh kepala juga kepala dia, hak dia juga kok.

Dan pernah gue lagi makan ayam geprek ada motor yang mau nyebrang jalan, sayang sekali di jalur yang dia potong itu melaju motor lain dengan kecepatan tinggi. Nabrak.
Keknya pengendara yang nabrak(setahu gue, karena masih kepedesan makan geprek) itu terlempar. Kata orang yang nolong sampai keluar darah.
Lalu gue cari tahu deh kasus yang sama, eh ternyata ada orang tabrakan pakai helm itu waktu ditolong kepalanya keluar darah, kejang beberapa saat, dan meninggal di tempat.
Gue cuma cerita. Silakan kalau tetap merasa kepala situ ada ratusan stok di rumah.

Setelah itu gue selalu berdoa tiap mau pergi, pakai helm, dan pelan-pelan. Gue nggak mau kejang di tengah jalan dan mati kek gitu. Itu memalukan tuan, nona. Mengingat betapa belagunya gue kalau punya sedikit duit, betapa belagunya ketika dapat nilai A.
Dan juga gimana anak bini gue nantinya? Mereka makan apa? Makan nasi, benar sekali. Tapi siapa yang ngasih duit kalau gue asik main catur sama malaikat?

Dari dua kasus di atas, bisa gue simpulkan solusi pertama biar dekat kepada Tuhan adalah takut. Takutlah, manusia itu kalau takut dan merasa tidak ada yang menolong pasti ingat sama Tuhan. Seharusnya sih, bukan pasti juga.
Dengan kesimpulan seperti itu masalah jadi gampang, baca aja kasus kecelakaan, kasus penyakit, kasus siswa tidak lulus UN, maka akan takut dan nggak sembarangan menjauh dari Tuhan.

Kasus ketiga adalah ketika gue makan cumi-cumi, sate kambing, dan rambutan. Subahanallah.
Serius enak sekali ketiga makanan itu. Gue sampai heran kok baik sekali Tuhan mengizinkan gue memakan semua itu. Padahal gue cuma cowok ganteng yang sedang mencari hubungan tai dengan cinta.
Lalu gue pernah ke candi Cetho, candinya ada di Karanganyar. Pertama kali gue ke sana yang ada di pikiran cuma bagaimana dulu bikin candi di atas gunung.
Jalannya sempit, menanjak, indah, dan itu zaman dulu. Apa dulu ada truk? Atau memang di angkat pakai tangan? Batu sebesar itu? Setinggi itu? Males binggo.
Bahkan gue kira gue mau ke khayangan waktu perjalanan ke sana. Saking tingginya, saking nggak kelihatan puncaknya.

Lalu gue bersyukur saja pernah melihat hal keren itu, gue jadi sering berdoa kepada Tuhan.
Berdoa bisa jalan-jalan ke seluruh dunia. Biar kagum lagi dan lagi dan lagi. Kan jelas toh, orang yang jauh sama Tuhan itu jarang punya keinginan dan kekaguman. Bandar narkoba, koruptor, bla-bla itu yang ada di pikirannya cuma duit, beli ini-itu. Sempit kek kemaluan ayam.

Mungkin cuma itu yang bisa gue pikirkan supaya dekat dengan Tuhan. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.