Sudut Pandang Gue #4

Gue buka FB beberapa jam yang lalu, melihat tulisan promosi buku dari om Felix yang berbunyi seperti ini,
"
baca aja di sini.
"

mendadak gue malah jadi bingung.
Benar juga ya, buat apa gue berusaha berpacaran selama ini? Buat apa teman-teman gue berpacaran juga? Pamer kemesraan di depan khalayak? Membuat cewek yang dulu berjilbab jadi hobi pakai tanktop? -- pas hobi pakai jilbab nggak pernah pakai tanktop --
Sekali lagi, gue buka situs porno dan mencari-cari jawaban dari permasalahan ini.

Ketemu!

Gue nggak ahli dalam bidang percintaan, tapi setidaknya gue tahu bahwa cinta itu berbentuk seperti benang atau tali. Kok bisa?
Ya bisa toh, tuan dan nona! Kan ada istilah putus cinta.

Setelah gue susun algoritme yang pas, akhirnya gue berhasil membuat solusi dari permasalahan ini. Oleh sebab itu, SPG #4 akan menyajikan dan memaparkan -- bukan memaparkan sperma, bukan sama sekali bukan -- alasan-alasan kenapa seseorang itu memulai suatu kata kerja yang biasa kita sebut berpacaran -- kedepannya gue sebut pacaran, biar gampang --.
Sudah menjadi rahasia umum memang bahwa dasar dari pacaran adalah cinta ditambah nafsu dan sedikit haus akan perhatian tak lupa juga keengganan untuk kehilangan.

Oya, tujuan gue merilis tulisan ini adalah sebagai wawasan kepada kalian para pembaca. Minimal biar paham dan ngerti, masa iya situ pacaran kagak ngerti karena apa. Bah!
Dan juga supaya pembaca tulisan ini menjadi lebih cerdas dan tidak bisa ditipu oleh oknum-oknum yang pacaran berkedok cinta.
Pacaran adalah jenis hubungan, bukan buah apalagi sayuran. Sumpah.
Hubungan ini abstrak, kalau konkret ntar bisa dicuri.
Dalam pacaran, tiba-tiba muncul sebuah rasa tanggung jawab yang sifatnya delusional, tiba-tiba ketika pacar elo ngerasa susah, elo ikutan susah padahal elo baik-baik aja.

Dan inilah alasan-alasan kenapa remaja berpacaran.

Manusia pada dasarnya sombong dan gengsi
Mungkin, Tuhan sampai heran kenapa manusia bisa menjadi sombong dan gengsi-an. Mungkin.
Manusia memiliki sifat dasar untuk tidak disamakan dengan sesamanya, waini jadi rumit bro, sist. Kalau memang tak mau sama, copot saja alat kelaminnya, ya nggak?
Karena sifat ini, mereka yang memiliki modal besar langsung menginvestasikan dalam bentuk hubungan dengan lawan jenis -- belum halal dong, kalau sudah apa bedanya orang kaya dan tampan dengan orang mlarat dan pas-pasan kayak gue? --, pacaran namanya.

Akhirnya ada pelopor hubungan bernama pacaran ini, konon mereka yang mampu saja. Tak mau kalah, orang-orang kelas menengah ikut-ikut berpacaran. Antar kelas menangah tentunya.
Lambat laun pacaran mulai digemari, mulai menjadi nadi kehidupan remaja-remaja pencari jati diri. Entah kaya, sederhana, kurang mampu, sampai yang bangkrutpun ikut-ikutan pacaran.

Dari semua paparan di atas sudah dapat disimpulkan, alasan pertama pacaran adalah dari kaum kaya yang merasa ingin berbeda lalu diikuti kaum-kaum lain. Bahkan di dunia pararel sekarang, pacaran lintas kaum sudah menjadi hal biasa.

Nafsu
Tak dapat dipungkiri manusia memiliki nafsu yang cenderung berkebalikan dengan kekuatan rupiah yang makin hari makin tak pantas untuk diperhatikan.
Nafsu menjadi mesin penggerak utama kenapa manusia remaja berpacaran. Yaiya toh.

Suatu waktu makan bersama teman-teman, obrolan yang awalnya ringan menjadi berat ibarat gravitasi bumi dikali dua.

Mereka yang punya pacar mulai bercerita bagaimana keseharian mereka, mulai dari nggak sengaja nyenggol lalu berantem. 

Maaf-maaf, maksud gue mulai dari nonton di bioskop yang pegang-pegangan tangan.
Kemudian mulai tidak fokus dengan film.


Ternyata dia empuk juga ya di beberapa sudut. Ternyata ada yang keras juga.

Enak juga ya pipi dia, bentuk bibirnya juga menggoda.

Halus.

Mulus.









Lupakan.

Iri
Mungkin manusia memang sengaja dibuat dengan banyak bug. Sudah sombong, nafus, sekarang iri dan dengki.
Sederhana saja, elo punya teman. Dia pacaran, tiap hari jalan bareng, tiap makan saling suap -- lihat negara ini, dalam hubungan sekelas pacaran saja sudah ada suap menyuap, pantas saja pejabat amat ahli --, atau sekedar pulang boncengan.

Lama-lama elo pengin juga digituin dan ngegituin. #iniapaan
Akhirnya elo mencoba mendekati lawan jenis, asal milih, random. Elo kasih sedikit perhatian ke dia, kalau elo cowok ya modal dikit buat ngajakin nonton atau kalau elo cewek modal dengkul aja nurut diajak kemana-mana, akhirnya jadian.
"Asu! Ternyata gampang nyari pacar." elo bicara di depan cermin.

Tapi semua itu hanya teori, kenyataannya nyari pacar itu bak perang dunia yang perlu pengorbanan, perlu tergores benda tajam bernama sakit hati, perlu bekas luka dan codet dimana-mana. Dan seperti perang juga, kadang ada teman tiba-tiba menjadi saingan kita dan menjadi kambing hitam yang berhasil meluluhkan hati si dia.
Demikian cerita kenapa iri bisa menjadi pemicu pacaran.

Menyelamatkan
Tak hanya yang buruk-buruk. Ternyata pacaran juga bisa saja didasari hal baik, walaupun cuma satu dari 1001 alasan.
Melihat dia yang begitu indah dan baik, elo merasa nggak rela dia jatuh ke tangan orang yang salah. Makannya elo macarin dia.

Tapi tetap saja niat kadang nggak berbanding lurus dengan hasil akhir, niat menyelamatkan ternyata akhirnya elo sendiri malah disakiti. Beuh!

Cinta dan hak milik
Ada juga orang-orang di sana melakukan hubugan ini karena benar-benar cinta, ingin memperhatikan, merawat, dan menjaga. -- Walau tetap saja akhir dari pacaran kebanyakan menyakitkan--

Elo cinta sama dia, dia cinta sama elo. Supaya kalian tidak diganggu dan tidak jatuh ke lain hati maka kalian berpacaran. Itu alasannya.
Dengan pacaran diharapkan transfer kasih sayang berjalan tanpa hambatan, dan benar saja tanpa hambatan. Tapi tunggu sebentar, yang selalu tanpa hambatan akan berakhir membosankan. Sakit hati lagi.
Dengan pacaran juga diharapkan salah satu atau kalian berdua tidak diganggu antek asing. Maka kalian dapat melaju ke pelaminan tanpa harus menjalani kondisi salah satu di antara kalian dicintai/mencintai orang lain.

Nah itu menurut gue alasan kenapa ada pacaran. Mungkin belum semua, kalau ada tambahan boleh kok ditambah di kotak komentar supaya banyak aja. Hehe. See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.