Beginilah Manusia Seharusnya

Ini kalau nulis lo-gue tapi berusaha menggunakan bahasa yang baik dan benar susah juga ya.
Kalau dibaca aneh, sama anehnya ketika kamu milih dia yang hanya bermodal muka dan kaya.

Sebagai blogger, gue harus mengikuti informasi masa kini selayaknya anak muda lain kemudian mengulas sisi menariknya, diolah dan disajikan secara matang kepada pembaca. Yoi.

Btw, tulisan ini akan membahas tentang bu Susi Pudjiastuti yang sebenarnya sudah gue niatkan untuk menulis sejak pengumuman kabinet Pak Presiden tapi malah luput lan mawut sehingga baru bisa ditulis hari ini.
Habis menjalani malam keakraban gue ceritanya. Sebelum ikut itu gue baca tulisan kakak tingkat tentang disetrum dengan voltase rendah, ya namanya juga dika, yang ada dalam bayangan gue adalah disetrum pakai travo gitu. Ekspektasi yang terlalu rumit itu akhirnya pecah berantakan diiringi perasaan senang campur kecewa atau entahlah gue susah menuliskannya. Ya gimana, elo tahu mau disetrum tapi setelah kejadian malah keenakan. Itu rumit, bung!

Ibu Susi selaku menteri kelautan dan perikanan yang saya hormati dan bisa dibilang saya kagumi, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih. Anda memberi gambaran bahwa konsep yang selama ini saya kejar dan ingin buktikan bukanlah hal imajiner, bukan sekedar khayalan. Terima kasih sekali.
Setidaknya, saya yakin sekali ada puluhan orang yang hancur dalam pendidikan formal menjadi punya semangat dan gambaran sukses setelah kemunculan anda di media beberapa waktu yang lalu.

Terlepas dari masalah ikan dan laut (bukan konsentrasi gue :p), pembahasan akan menjadi menarik karena pribadi Bu susi sendiri.
Cewek, ijazah paling banter SMP, perokok, punya tatto, dan mohon maaf pernah menikah tiga kali. Temen gue, semua temen cewek gue mentok di cuma lulusan SMP aja gue yakin pada mati bunuh diri. Gue bukan mau mendewakan atau memuji Bu Susi, bukan, ini masalah style yang keren sebagai manusia.
Mental yang sangat sedikit sekali ada di manusia Indonesia, ulet, cuek, empati tinggi, dan selalu berusaha menghasilkan sesuatu.
Gue paling muak sama orang yang teriak-teriak cuma karena beliau jadi menteri tapi cuma lulusan SMP, perokok, dan punya tato. Menurut gue, orang yang seperti itu settingan bego jadi default di otaknya.
Tapi, nggak perlu membahas orang bego karena jumlahnya yang terlalu banyak dan gue yakin beliau juga males bahas orang-orang yang mungkin saja mati lebih dulu jika memainkan peran beliau.

Dunia ini drama, logika sederhana,
"Kalau lo memainkan peran yang susah dan berat maka ketika dramanya berhasil ya elo terkenal dan mendapat banyak keuntungan. Kalau peran lo cuma yang gampang, berhasil atau enggak gue rasa nggak ngaruh banget untung ruginya."
Gampang kan ? Tinggal mau main peran gampang atau susah ? Kalau mau yang gampang-gampang saja alias figura ya sukses nggak sukses dramanya nggak akan ada efek signifikan terjadi dalam hidup dia.
Sebaliknya, kalau susah sekali akan terjadi sebuah pertaruhan dimana ketika menang nama elo akan terkenal dan mendapat banyak keuntungan, kalau gagal ya tekanan mental yang dahsyat akan menampar.

Hal ini gue amati dan sekarang gue punya bukti, Ibu Susi Pudjiastuti.
Menyadari hal seperti ini, gue lalu mencoba memainkan peran susah hingga paling susah dalam setiap jengkal kehidupan gue.
Pegawai yang tiap hari kerjaannya gitu-gitu terus ya sampai mati cuma gitu-gitu terus hidupnya. Nggak akan ada kejutan, merasakan jatuh, merasakan terbang, rasa sakit, rasa puas dalam hidupnya. Jenuh, gue ulang.... Hidupnya jenuh!

Hidup itu pilihan masing-masing orang, gue nggak mau ikut campur apalagi nyuruh-nyuruh. Tapi gue punya hak memberi referensi dan informasi bahwa dunia ini penuh warna, penuh rasa. Terserah kalian.

Sekarang elo mau bilang apa ? Nggak sekolah ? Atau bego di sekolah ? Noh, ada cewek jadi menteri tanpa ijazah sekolah!
Mau bilang apa ? Kesempatan kerja zaman sekarang sudah habis ? Mau bikin sesuatu kok apa-apa sudah ada ?
Gue kasih tahu, orang males tahun 2014 dan tahun 1500 itu sama. Tahun ini bilang semua hal sudah ditemukan, hidup sudah maju dan enak.
Orang yang sama, gue jamin di tahun 1500 juga bilang hal yang sama. Tahun 1500 itu apa-apa sudah ditemukan, sudah tidak ada hal lagi yang bisa ditemukan. Tapi buktinya apa ? Banyak hal baru kan sampai tahun 2014 sekarang. Ya nggak ?
Gue yakin sekali Tuhan nggak mencitpakan dunia untuk digali secepat itu oleh makhluk menjijikkan dan berlendir bernama manusia. Gue yakin banyak hal keren dan tersembunyi di dunia ini yang lebih keren dari semua penemuan sekarang. Yakin sekali gue.
Satu hal aja, orang bego dan malas itu dimana-mana sama. Kebanyakan alasan.

Apa kalian nggak malu ketika meliha sosok Bu Susi ? Apalagi kita yang bisa lulus SMA dan kuliah ? Bisa nggak jadi menteri ? Bisa nggak punya maskapai penerbangan sendiri ? Bisa nggak melebihi semua itu di konsentrasi kalian ?
Oh oke, gue paham cita-cita mahasiswa sekarang cuma lulus secepatnya kemudian cari kerja dan diakhiri dengan berkeluarga. Gue paham, itu hidup ideal yang manis. Mirip gula. Banyak semut yang nyari.
Tapi banyak juga semut yang mati di dalam gula.
Gue cowok, di umur 18 tahun cuma bisa nulis di blog kecil ini. Gue malu. Gue malu sama Bu Susi apalagi ketika temen tahu gue ternyata sudah bisa membuat tablet untuk orang buta, sudah bisa bikin ini itu.

Sekali lagi, hidup kalian ya terserah kalian. Gue cuma mau tanya, apa kalian mau kelahiran kalian hanya jadi hal sia-sia saja ? Baik-baik ya nanti kalau balik ke Tuhan.

Sosok cuek, mau dibully sana-sini karena rokok, tato dan nggak lulus SMA tersebut gue anggap awal perkembangan bangsa ini. Membuang cara hidup sok sopan, terhormat tapi pikirannya brengsek. Bagi gue sih, gue jadi bajingan ya jadi bajingan aja.
Jujur ya, gue nggak merokok itu karena ada alasannya, ilmiah. Gue nggak bikin tato karena agama gue melarang. Bukan sok suci, tapi memang nggak minat.

Lo bebas jadi apapun, nggak perlu dikekang anggapan dan penilaian orang lain. Terserah mereka mau menilai berapa, toh nggak ada remidi kan ?
Tampar aja dengan kebaikan ketika mereka butuh, dan cuma kita yang bisa menolong. Serius, biar mereka yang mendambakan hidup terkekang terhormat itu paham bahwa bebas nggak berarti melewati batas. Bebas itu totalitas dalam kerjaan baik kita.
Gue melihat itu dari beberapa penghargaan yang diterima Bu Susi.

Hidup nggak perlu sempurna kok, apalagi kalau dalam cara mengejar kesempurnaan itu harus menggunakan cara buruk.
Kalau lo setuju sama gue, bebaskan diri elo jadi baik dan mengabaikan orang yang membicarakan kebebasan itu kemudian mulai bermanfaat kepada banyak orang. Sederhana.

Oh iya, untuk Ibu Susi selamat bekerja ya maaf baru mengucapkan sekarang. Selamat menjaga laut dan ikan Indonesia, saya suka makanan laut, Bu! See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.