Hijrah

LIBUR DONG YES!
Tahun ini gue hijrah dari satu kota budaya menuju satu kota yang istimewa. Kata orang sih begitu, tapi bagi gue adalah satu kota penuh kenangan menuju satu kota penuh harapan. Yoi.

Solo-Jogja, gue ada di setiap jengkal ruang antara kedua kota ini.
Solo terlalu sederhana dan sempit kalau diartikan hanya sebagai sebuah kota. Gue dibesarkan oleh kota ini lebih dari tetangga gue mungkin.Yaiyalah!
Semenjak memutuskan untuk menempuh jenjang Sekolah Menengah Pertama di kota ini, hidup gue berubah layaknya perubahan dunia ketika negara api menyerang.

Solo lebih dari kota yang pernah bikin HP gue hilang dua kali, dan pertama kali hilang gue diem aja sampai akhirnya ketahuan. Kedua kalinya gue nangis dengan harapan dibelikan baru. Solo lebih dari itu.
Kota ini banyak memberi pelajaran, entah ngobrol sama temen yang bangkenya minta ampun di angkringan, ngobrol di kelas saat jam kosong atau mungkin saling lempar umpatan ketika main futsal.
Mustahil gue bisa jadi seperti sekarang tanpa kota yang indah dengan segala kemurahan harga makanan dimana gue bawa uang 2000 rupiah aja bisa kenyang.
Mustahil bagi gue melupakan semua keramahan orang-orang di dalamnya.

Menemukan orang-orang dengan optimisme yang luar biasa dalam menjalani hidup walaupun dengan getirnya gue tahu itu pahit banget tapi orang itu tetap tersenyum.
Sadar bahwa seharusnya gue bersyukur, gue paham keadaan dan kondisi sekarang. Gue bukan orang yang mengusahakan hal kosong, karena di Solo gue banyak melihat orang-orang yang berusaha berlari dan mengerjar sesuatu tapi ternyata bukan apa-apa, tidak ada apa-apa.

Di Solo gue jadi tahu bahwa yang lo anggap bajingan bisa jadi temen, dan yang lo anggep temen bisa saja jadi bajingan.
Ngerasain suka sama cewek yang juga disukai temen lo, dan akhirnya lo mundur sambil berdoa semoga dia bahagia. Tapi kenyataannya cewek tadi sengsara, ya gue cuma bisa ketawa. Haha. Enggak kok, bagian ini bercanda aja.
Di Solo juga gue belajar bahwa uang itu nggak penting, buat apa lo kaya tapi goblok ? Sementara jadi pinter di sini cukup dengan memperhatikan, main sana-sini, dan ketemu dengan temen-temen sambil ngomongin bintang bokep.

Nangis, bahagia, marah, sedih, kecewa, bangga, sakit hati, hingga hati ini dibuat melayang setinggi mungkin pernah kejadian di sana.
Jujur gue cinta sama kota ini bukan karena ada serabi, kimcil-kimcilnya, atau konser-konser keren yang ada di sana tetapi karena dalam beberapa kasus kota ini mendidik gue, menampar gue biar nggak jadi belagu, mendewasakan gue walau dengan cara yang menjengkelkan.
Dimana lagi gue bisa ketawa lepas ?
Dimana lagi gue keluyuran sampai jam dua-tiga pagi kalau nggak di sini ?

Tapi dari semua itu, ada satu hal yang bikin gue susah lupa dengan kota ini. Apalagi lagi kalau bukan cinta dan kenangan.
Di sini gue menemukan cinta, bagaimana cara mencintai dan bagaimana cara menerima cinta dengan benar. Gue ketemu dengan cewek yang bahkan inget kapan terakhir kali gue sakit, oke itu biasa tapi dia juga bisa inget omongan yang gue omongin setahun lalu. Dan itu bikin gue takut.
Pernah nggak elo bareng-bareng sama orang gitu, lawan jenis tentunya. Hitungan tahun biasa aja, tapi tiba-tiba jatuh cinta diam-diam dan diakhiri saling mencintai ? Mungkin cuma gue.

Susah melupakan bahwa kota ini menjadi saksi dan wadah bagaimana gue belajar tentang cinta, belajar menerima bahwa hidup nggak bisa nurut sama gue terus, belajar bahwa gadis di ujung sana itu juga punya perasaan yang ingin dimengerti. Oke cukup, gue mau muntah ngetik kalimat kayak gitu.

Yang jelas, kota Solo menjadikan gue manusia yang memanusiakan.

Jogja, yoi mau darimana membahas kota ini ? Kota istimewa milik Indonesia. Kota dengan segala keunikan seni budaya dan paha-paha indah wanita yang jogging menjelang senja.
Mau bagaimana lagi ? Gue nggak bisa memungkiri kota ini hebat. Yang hebat dari kota ini adalah tiap 20 meter ada burjo yang menyelamatkan nyawa seorang mahasiswa seperti gue.

Di sini gue ketemu temen dari seluruh penjuru Indonesia. Mulai dari Aceh, Bagian atas kalimantan, sampai daerah-daerah timur sana. Oke, itu keren sekali!
Kinikmatan angkringan malam hari mana yang bisa gue dustakan di sini ?
Solo-Jogja hanya seperti saudara kembar, mirip sekali bahkan di depan anak remaja seperti gue yang berusaha berpikir ilmiah, tetap tidak ada bedanya.

Gue belum kenal sama kota ini dengan baik, tapi gue datang ke kota ini membawa apa yang namanya harapan. Gue hijrah dari zona nyaman dengan harapan segala sesuatu menjadi lebih baik.

Jogja, mbok yakin orang-orang bilang kalau dia istimewa itu bukan sekedar omong kosong. Gue ke sini mau membuktikan dan mewujudkan harapan.
Gue mau belajar hidup lebih di sini, lebih dari di kota yang membuat gue menemukan cinta. Lebih dari apa yang gue dapat selama ini.
Bukan apa-apa, cuma berusaha menjadi manusia sejati gitu, kan manusia nggak pernah puas. Hehe.

Dan yang gue tahu, malam hari di Jogja itu indah, entah kenapa mungkin karena di sini ramai dengan harapan. Orang-orang yang datang ke sini pasti membawa harapan dan di tempatkan di tiap sudut kota ini, menjadikannya indah. Ah, entahlah gue mau berlama-lama di sini sepertinya. See ya!

G+

Tidak ada komentar
:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.