Di Sini Untuk Dunia
WHOOOAAA! *Teriak seraya nungging*Cie gue habis ospek, mau cerita sedikit...
Selama ospek gue ketemu dengan banyak orang karena memang begitu tujuan utama ospek kampus, perkenalan. Selama bertemu itu, gue tetiba goblok dan menjadi lebih goblok dari biasanya. Anak-anak kalau ditanya cita-citanya apa, dari bidang masing-masing selalu menjawab akan menolong masyarakat. Gue cuma bengong sambil horny sedikit.
Salut, gue selalu salut sama anak yang ketika ditanya setelah sekolah mau apa terus dia jawab mau mengabdi kepada masyarakat. Karena waktu semua anak melakukan daftar ulang dan tanda tangan, di waktu yang bersamaan mereka juga menandatangani masalah dan semua tanggung jawab untuk masyarakat. Bukan untuk duit. Sadar nggak ? Itu kata dosen gue. Gue lupa namanya, tapi ingat wajahnya.
Tamat. Kan tadi gue bilang sedikit.
Lupakan ospek, balik ke judul. Jadi gini, gue pindah ke Jogja itu bukan asal milih kota bukan asal nunjuk sembarangan. Gue milih Jogja itu karena,
To fix bugs
Ada banyak hal yang nggak bisa gue pelajari di rumah atau sangat susah. Entah kenapa. Akhirnya gue coba hidup sendiri, bahasa Arabnya ngekos. Selain biar nggak manja, gue juga berharap semua hal yang ingin gue bisa tapi susah dipelajari di rumah itu bisa dikuasai di sini. Selebihnya sih sama, gue cuma memperhatikan lingkungan dan orang-orang lucu yang ada-ada saja tingkahnya.
Lalu kenapa Jogja ? Karena masih satu kultur, di sini poin penting. Gue nggak mau buang-buang waktu untuk sebuah culture shock yang sebenarnya bisa gue hindari. Orang kalau terkejut dan nggak bisa beradaptasi sama lingkungan itu minimal stress, lebih jauh ya depresi dan akhirnya cuma gila.
Intinya,
"Gue berenang, nah gue cuma pindah dari kolam ke aquarium tapi tetap di air bukan pindah ke lumpur."
Belum siap
Ini konsep dari bokap. Dan gue cuma bengong waktu diceramahin, nggak kok nggak sambil horny.
Kalian tahu atau paham nggak sih 24 jam di Solo sama di Jakarta itu beda ? Beneran, 24 jam di Jakarta dan di rumah gue itu beda. Bayangin, di Solo jalan lima km dengan gue sebagai pembalap muda bisa kesampaian dalam lima menit. Di Jakarta ? Yap, satu bahkan kadang dua jam.
Iya, di kota besar tekanan terhadap diri seseorang lebih banyak dan berat dibanding kota biasa. Itu kenapa gue milih Jogja, gue belum siap untuk tekanan sebesar itu.
Di Jogja mirip sama di rumah, bagus untuk peralihan gue dari manja ke mandiri. Belum lagi gue sekolah di sini, jadi ilmu masih masuk dan nggak nganggur nih otak. Secara umum ada ilmu yang mengalir gitu.
But wait, bagaimana kalau nanti sudah kelar sekolah ? Belajar dari mana dong ?
Ya dari lingkungan! Lingkungan yang menekan secara berat, itu baru sekolah yang sebenarnya. Makannya kalau nanti sudah berkarir, gue diberi saran untuk pindah ke kota besar supaya ya itu tadi otaknya tetap belajar dari tekanan lingkungan. Sekolah selama ini cuma latihan untuk itu, selain menaikkan derajat sosial. Hehe.
Yaelah, kenapa nggak langsung aja ?
Ya nggak papa kalau bisa. Sejauh ini yang langsung belajar dari dunia lebih banyak yang hancur daripada yang makmur. Dunia itu kejam tahu nggak ? :))
Percaya
Dalam keyakinan gue, kota ini mau melemparkan gue ke dunia global. Sungguh, waktu zaman suka mengkhayal dulu walau sekarang juga masih, gue mau menamatkan satu bidang di negara orang. Amin.
Buat siapa saja yang punya rencana seperti itu dan ternyata sedang goblok karena membaca tulisan ini maka susunlah dari sekarang, mari kita bahagia bersama. Amin.
Nah gitu dulu curhatan gue. Capek banget habis futsal, jadi ini mau tidur. Haha.
Eh iya, buat siapa saja yang baca mulai sekarang menulislah. Beneran, sekali lagi menulislah. Apapun itu jelas atau enggak, bagus atau jelek, berisi atau enggak ya penting menulis. Gue jamin kalian hidup bahagia kalau bisa menulis dengan baik dan benar dalam Indonesia minimal, lalu latihan bahasa Inggris.
Mulai hari ini, gue akan belajar nulis jurnal dan kedepannya akan bikin blog lagi mungkin sebagai alter dari blog ini. Nggak janji tapi, isinya bahasa Inggris semua soalnya. :))
Percaya sama gue, apapun bidang kalian....Kalian harus menulis. See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar:
Selama SMA saya hidup di asrama, dan sedikit banyak itu memberi saya pengalaman hidup sendiri tanpa orangtua. Jadi, ketika saya kembali dan akhirnya pergi ke kampus yang berada di kampung halaman, saya berharap bisa mengambil pelajaran dari kehidupan saya di SMA.
Nice post. Menulis memang bisa jadi sangat membantu, karena nggak semua hal bisa diceritakan lewat lisan, dan nggak semua orang mau ngedengerin cerita kita.
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.