Sumuurr

Sumuurr adalah nama sebuah blog, sudah sangat jelas.
Berdasar kepada tagline Yen kesusu ora makmur, blog ini berusaha menyajikan tulisan yang bermanfaat untuk jasmani dan rohani saudara.
Selamat menikmati!

Sumber
Sebagai insan yang telah menjalani 6 semester di bangku perkuliahan dan mulai jemu dengan bullshit-bullshit yang ada, gue akan mencoba aktif menulis lagi dan berbagi sesederhana hal yang gue pahami dan pernah lakukan. Siapa tahu itu bisa membuang beberapa menit hidup bung/nona sekalian secara sia-sia. Amin.

Baiklah tidak usah banyak fafifu seperti gebetan yang manis di janji tapi minus di pertanggungjawaban. Sebelumnya, sesi menulis lagu akan hadir di beberapa judul, kenapa? Karena ini sesi menulis lagu, bukan naskah proklamasi jadinya ya banyak kontennya sehingga menurut akal sehat gue tidak akan selesai dalam satu judul.

Untuk memulai cerita ini so pasti bung minimal harus sanggup bermain gitar atau piano, pastikan juga suara bung tidak fals-fals banget. Ini syarat mutlak, kalau tidak bisa bermain alat musik dan suaranya fals mulu mending segera training menjadi peternak bison aja, prospek bagus gan.

Menurut gue lagu yang bagus adalah lagu yang menyampaikan pesan dan emosinya dengan baik ke pendengar karena memang lagu diciptakan untuk menyampaikan pesan, bedanya apa dengan menulis? Dalam lagu, emosi lebih terasa karna dibungkus pesan dibungkus dengan nada, bukan dengan tulisan. Begitu. Sepertinya. Hehe.

Nah berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa lagu yang bagus tersusun atas lirik dan emosi yang pas. Untuk lirik, jangan terlalu banyak kiasan dan diksi bagus tapi minim akan makna. Sedangkan untuk emosi ya musiknya itu sendiri.

Sesi #1 gue akan bercerita bagaimana cara gue menulis lirik selama ini karena memang selama ini tahap awal gue membuat lagu adalah dengan menulis lirik terlebih dahulu kemudian mencari progresi chord, lalu mengawinkan lirik dan chord yang sudah ada hingga beranaklah mereka menjadi sebuah nada-nada vokal yang menggemaskan, kemudian nada-nada vokal tersebut ditumbuh-kembangkan dengan diberi nama, pakaian melodi, dan diberi makanan instrumen-instrumen yang lain.

Menulis lirik tak jauh-jauh dari kegiatan menulis pada umumnya karena memang lirik itu tulisan, gemana seh ketiak zebra... kalau bung/nona suka menulis puisi tentu sesi ini akan mudah. Hal paling utama dan pertama yang dilakukan adalah menentukan pesan apa yang akan disampaikan. Apakah tentang bencana alam, sekolah, religi, kebun binatang, atau apapun.

Sebagai sekte pendukung Bondan Prakoso, Efek Rumah Kaca dan Barasuara gue tentu menyarankan untuk tidak menulis lagu yang cinta melulu, ada banyak bab yang bisa kita bahas. Cinta terkesan membosankan dan mainstream untuk dibahas. Tapi semua terserah padamu, aku begini adanya. ~

Ada beberapa tips dari gue apabila bung telah menemukan bahasan yang akan dibawakan:

  • Menulislah sambil merasakan setiap jengkal kondisi di lirik itu. Kalau bung menulis lirik tentang penggembala ya tulis seakan bung memahami betul bagaimana jancuknya menjadi penggembala, harus ke sawah setiap hari untuk memotong rumput, memberi makan ternak, kepanasan, kelelahan, ditambah ternak yang susah diatur dan egois. Bayangkan, rasakan peluh dan tiap umpatan yang bung teriakkan setiap binatang ternak lari seenaknya!!!
  • Berceritalah. Lirik yang baik adalah lirik yang bercerita. Syarat suatu tulisan dikatakan bercerita adalah urut. Jadi usahakan bung menulis lirik memang nyambung satu kalimat/satu bagian dengan yang lain. Sudah paham, onta?
  • Gunakan diksi yang bagus. Awal penulisan ya tulislah cerita yang apa adanya, yang penting nyambung, setelah selesai satu paket lirik dan ceritanya bagus... Kemudian koreksi tiap kata yang ada, gunakan kata ganti yang lebih baik untuk didengar misalnya cerita kasar berbunyi:


Aku mengirimkan pesan untukmu
Pesan tersebut akan kamu terima

diubah menjadi


satu pesan untuk kau diantarkan lewat langit
terhempas seanggun mungkin lalu menggenggammu
  • Setelah mengganti kata-kata yang ada dalam paket lirik, cobalah untuk membaca dari awal... Masih nyambung tidak? Bagus tidak? Terasa Mengganjal tidak? Jika tidak berarti lanjut ke tips berikutnya. Jika masih jelek, ulang terus menerus sampai jadi bagus.
  • Boleh melakukan perulangan di beberapa kata atau bahkan kalimat untuk menekankan maksud yang ingin disampaikan, kali aja pendengarnya agak malas berpikir jadi ya memang kita harus menginisiasi untuk menekankan maksudnya, jangan sampai sebenarnya liriknya tentang sekolah tapi pendengar mengiranya tentang berladang, kan repot.
Kurang lebih seperti itu usulan langkah-langkah menulis lirik yang gue punya. Bagaimana mengukur lirik itu sudah bagus atau belum? Kirimkan paket lirik tadi ke teman atau gebetan, lihat respon pertama dia.
Kalau atraktif dan dia terkaget-kaget bung bisa menulis satu paket lirik seperti itu, artinya lirik bung sudah cukup bagus. Sudah cukup bagus lho, bukan berarti langsung bagus.

Begitulah sesi menulis lirik kali ini, berlatih terus. Cobalah menulis, kalau dirasa kurang motivasi menulislah untuk orang yang bung sayangi supaya paling tidak ada rasa di dalam tulisan itu seperti kaedah pertama yang ada di dalam tulisan ini. Semangat, selamat menulis lirik. See ya!

Sesi Membuat Lagu #1: Menulis Lirik


Dalam sudut pandang gue, hidup ini terbatas di apa yang ingin kita dapatkan kemudian berdampak kepada apa yang akan kita alami.
Misal, gue ingin menjadi seorang presiden tentu jalan yang akan gue tempuh untuk mencapainya akan berbeda dengan gue yang ingin menjadi pedagang somay. Gue perlu melewati masa-masa kampanye dimana asal-usul gue diungkap ke permukaan, semua kejelekan gue dibahas di publik, kebaikan gue dipertimbangkan, dan lain-lain dan lain-lain.

Ya begitulah hidup. Penuh dengan kumpulan keputusan serta kumpulan rasa ketika melewati fase-fase tertentu. Fase-fase yang gue maksud adalah fase umur. Di tulisan gue kali ini, gue akan sedikit membahas tentang fase tidak enak hidup yang akan kita alami. Blog ini bukan blog pengetahuan umum, blog ini berisi usulan saran untuk menjalani kehidupan, bagi gue usulan-usulan itu sampai sekarang cukup worth it untuk dilakukan. Setiap tahun diameter senyum gue bertambah 0.00001 milimeter. Jadi tidak perlu pembuktian secara science kan?

Salah atau benar soal prinsip hidup itu hanya persepsi, menurut gue. Rasa yang dilewati satu orang saat menjalani suatu kehidupan akan menjadi beda rasanya jika dilakukan oleh orang lain. Itulah kenapa cara hidup tidak bisa ikut-ikut, tidak bisa menjiplak seperti mengerjakan hal teknis, setiap orang memiliki cita rasa masing-masing dan tentu hasil akhirnya berbeda-beda di usia senja nanti. Seberapa tegas cara hidup seseorang menunjukkan seberapa tebal dia sudah menemukan jati dirinya. Tapi barangkali saudara seumat tidak ada ide bagaimana cara menjalani kehidupan, bolehlah membaca blog ini sampai selesai, kali aja menemukan sesuatu.

Oke balik lagi ke fase karena tadi hanya kumpulan kalimat tak bermakna. Fase tidak enak dalam hidup adalah ketika memasuki usia 20 tahun sampai 30 tahunan. Mengapa?

Ingat tulisan soal passion yang gue tulis entah zaman kapan? Ya, passion hanyalah omong kosong atas ketidakmampuan dan ketidakmauan seseorang untuk mempelajari sesuatu, karena faktanya saat gue, katakanlah, bisa lancar melakukan sesuatu barulah gue senang melakukannya. Nggak mungkin gue memiliki passion di futsal ketika bermain futsal saja tidak bisa. Lalu orang-orang menciptakan istilah temukan passionmu untuk mencoba segala hal, yang menghabiskan waktu, yang mana kita harus mencoba satu demi satu untuk menemukan sesuatu kita rasa mudah untuk dilakukan lalu kita menjadi senang melakukannya.

Nah, fase 20-30 ini adalah saat seseorang harus benar-benar memilih satu hal minimal untuk dia jadikan fokus di hidup dia. Benar-benar harus memilih. Kembali lagi menjadi hanya sebuah persepsi, apakah seseorang akan memilih "temukan passionmu" dengan mencoba satu demi satu hal setelah lulus kuliah hingga menemukan satu hal yang ia sukai dan dirasa nyaman atau melamar satu jenis hal untuk kemudian ditekuni apapun kesulitannya tanpa ada rasa suka sebelumnya.

Iya, seseorang dituntut menguasai satu hal minimal sebagai modal menjalani fase kehidupan selanjutnya, padahal di masa-masa ini adalah masa dimana publik akan mulai melakukan tekanan mental soal masa depan kita.

"Oh teman gue yang itu sudah menikah."
"Oalah si A sudah bekerja menjadi pemasok senjata bagi teroris."
"Hmmm si B sudah menjadi traveller dan sepertinya enjoy dengan kerjaan itu."
"Kapan menikah?"
"Calonnya siapa nih?"
"Kerjaan kamu apa?"
"Penghasilan kamu berapa?"


Ya, semua tekanan itu tak jauh-jauh soal duit dan jodoh. Sementara kita sekarang, masih berkutat dengan pilihan apakah kita mengikuti mainstream "temukan passionmu" lalu menghabiskan waktu untuk mencoba satu demi satu hal atau memilih prinsip untuk melamar satu hal dan kita tekuni itu sampai nanti. Entah itu mencari atau melamar, hal itu tuh apa?

Di masa depan akan seperti apa?

Berguna untuk kehidupan tidak?


Membantu banyak orang tidak?

Menjawab ekspektasi orang tua dan pacar tidak?

Menjawab eksprektasi publik tidak?

Membanggakan orang-orang di sekitar gue tidak?

Lalu gue benar-benar bisa bertahan (senang) pada hal itu tidak?


Pertanyaan-pertanyaan itu akan terus berputar di otak kita bersama sampai beberapa waktu ke depan. Lalu yang namanya stess akan mulai menghampiri ketika tekanan dan ekspektasi publik tidak bisa kita jawab dengan hasil kerja atau karya.
Rasa sakit saat gagal, rasa takut mengecewakan, rasa sedih dikecewakan, setiap malam hanya bengong membayangkan besok harus bagaimana, menangis, malu... mulai menjelma menjadi makanan sehari-hari.

Tidak enak kan? Ya makanya tadi gue bilang fase kehidupan ini tidak enak. Itu juga kalau dialami dalam kondisi ideal dalam artian lo punya pacar yang menemani, orang tua dukung lo dengan penuh kasih sayang. Bagaimana dengan yang jomblo dan kondisi lain-lainnya tidak ideal?

Satu hal yang ingin gue bilang, itu semua hal yang biasa terjadi. Biasa. Semua orang akan mengalami. Mau tidak mau. Dia hanya akan memilih ingin bersungguh-sungguh di fase ini atau tidak, benar-benar mengalami luka dan sakit itu tidak.

Pilihan apapun yang dipilih, hidup akan terus berjalan. Dan kita akan tiba di fase selanjutnya, fase dewasa dimana kita akan menikmati hasil apapun yang kita kerjakan di fase 20-30 ini.
Baca kalimat pertama di post ini, Jika dibalik, apa yang kita alami dan kerjakan di masa sekarang akan menjadi batasan terhadap apa yang kita dapatkan di masa depan. Mau kita stess, mau kita berhasil, mau kita berlama-lama dalam kegagalan, mau kita diam saja, mau kita berpikir untuk mencoba hal baru.... Fase selanjutnya akan datang, hidup terus berjalan.

So?

Gagal?

Menangis?

Malu?

Jalani saja, yang penting tidak sampai frustasi dan melakukan hal-hal bodoh seperti bunuh diri atau melakukan eksperimen untuk menjadi superhero. Jangan berlama-lama di kegagalan, gagal ya sudah, berjalan lagi mencoba lagi sebelum fase selanjutnya tiba. Selagi masih bisa, coba saja terus karena hasil akhir di fase 20-30 adalah awal yang sangat menyenangkan atau mungkin saja sangat menyedihkan bagi fase selanjutnya.
Jadi jalani saja dan jangan berhenti. See ya!

Jangan Berhenti


Suasana di siang yang panas itu menjadi beku.
“Apa kamu yakin ingin terus berjalan bersamaku?”. Dia diam, hanya mengangguk lalu menunduk. Sesekali menghapus air mata yang tak sengaja mengalir setelah aku melemparkan pertanyaan tadi. Ia tak ingin terlihat lemah namun makin berusaha, makin ia tampak lemah. Mungkin ia sedih, mungkin pula ia marah karena setiap kali kami bertengkar selalu saja aku menanyakan hal yang sama.

Pun malaikat di sekitarku pasti heran, mengapa aku terus menanyakan hal itu kepada gadis kecil yang sudah lama aku impikan. Ya, memang aku sudah menyukainya sejak awal kami dekat dan suka bercanda bersama. Aku senang memerhatikannya bahkan sampai sekarang. Bagaimana ia tersenyum, tertawa, marah, dan segalanya.

Dia masih diam saja, memandangi ombak yang mungkin saja lebih menyenangkan untuk diajak bicara dibanding aku. Sementara aku hanya takut tak mampu menjadi yang dia impikan. Itu saja. Dalam sebuah hubungan yang sehat, memangnya apalagi sebab pertengkaran selain merasa tak mampu menjadi yang pasangan kita mau?

Aku bertemunya sekitar setahun yang lalu dan sama sekali tak mengira bahwa kemudian kami sepakat untuk menjaga sebuah dahan yang terkubur rapi dan menunggunya berbunga. Berdua saja. Dimulai dengan beberapa kali hai yang terasa hambar untuk memulai tawanya sampai pada kami yang saling mencuri pandang di keramaian. Aku hafal benar ia sangat menyukai rendang dan nasi goreng di salah satu sudut kota Jogja. Aku suka mengajaknya ke sana, aku suka saat ia bahagia.

Kini kami duduk berdua dengan hati yang saling mencintai, di bawah langit yang tak ada lelah-lelahnya menjadi biru. Aku memerhatikannya, ia tetap diam saja. Mungkin dalam hatinya tak mau mengakhiri cerita semanis ini dengan titik yang datang seenaknya, merusak segalanya. Kemudian dia berbalik menatapku dalam, "Nggak mau udahan.".

Sesaat aku bergetar. "Benar tak apa?", "Iya, jalani aja dulu." katanya kemudian membuang muka, kembali memandangi ombak.

Di hari itu, aku mulai sadar betul bagaimana takdir Tuhan bekerja. Mempertemukan seorang lelaki dan gadis yang terpisah ratusan kilometer untuk saling mengingatkan lupa satu sama lain. Lantas siapa aku yang berani mengakhiri takdir yang memang belum berakhir? 

Ia gadis berkerudung dengan senyum yang menenangkan, aku tak yakin lelaki lain mau dan mampu menjaga agar senyum itu tak hilang. Aku masih ingat kehangatan tawanya dan tangannya saat memukulku ketika aku melempar sepatunya jauh-jauh, sikapnya yang selalu mencoba tampak dewasa namun malah membuatnya lucu, hingga bagaimana menggemaskannya hubungan kami serta cerita pertemuan yang bahkan aku tak pernah mengira akan menjadi seperti sekarang.

Dan beginilah kami, aku dan dia sepakat untuk melanjutkan perjalanan. Menata harapan, memupuknya perlahan, lalu memetik buahnya satu demi satu.

***

Hei, aku tahu kamu membaca tulisan ini. Jangan pernah lelah tertawa dan mengurusi lelaki seperti aku ya. Tetaplah di sini bersamaku menunggu bunga itu mekar, sembari kita duduk mesra bercerita karena aku ada banyak cerita untukmu. 

Selamat mengulang hari kelahiranmu yang ke-19, doaku telah kusampaikan kepada yang maha mengabulkan doa. Cerita kita belum usai. Aku akan terus melanjutkannya sampai di liang nanti lalu mengakhirinya untuk menjadi bacaan favorit kita di suatu tempat dan waktu yang lain.

Ditulis oleh lelaki yang mencintaimu. Love you!

Teruntuk Kekasihku