Baper dan Kehancuran Indonesia

Sumber
Kala itu, gue sedang berpura-pura di hadapan seorang wanita. Berpura-pura menjadi sosok yang tersakiti karena cintanya tak sampai di tujuan, berpura-pura menjadi orang paling menyedihkan di dunia. Loh, buat apa?
Bukan apa-apa, kali aja cara ngehek kayak gitu bisa bikin cewek itu memperhatikan gue, merasa kasian, lalu jadian. Kali aja.

Ternyata hipotesa awal gue salah besar. Bukan perhatian yang gue dapatkan, tak lain dan tak bukan hanyalah, "Kok tiba-tiba baper, dik?".

Di derajat itu gue menyadari satu hal, jangan pura-pura tersakiti di hadapan cewek yang mengikuti perkembangan anak muda masa kini. Orang-orang ini, yang mudah terbawa arus ke sana ke sini, menurut gue tidak pantas dicintai. Prinsip hidup saja tidak ada.

Baper sendiri merupakan akronim dari bawa perasaan. Istilah yang gue yakin ada alasannya kenapa Tuhan ciptakan. Layaknya galau, melekat pada diri orang-orang yang gemar menulis status yang berbau cinta seperti gue. Padahal ya tidak ada rasa apapun saat menulis itu, hanya sedang mengimajinasikan Maudy Ayunda tersenyum ke gue, lalu keluar kata-katanya. Sesederhana itu.

Lantas, apa hubungan baper ini dengan kehancuran Indonesia?

Nah kan benar, pasti ada alasan kenapa Tuhan menciptakan istilah baper, ternyata merupakan bentuk peringatan langsung dari Tuhan untuk negera kesayangan kita semua.

Terlampau kuat arus informasi di era internet seperti sekarang. Benar? Ya, benar.

Tentunya makin mudah mendapatkan pengetahuan di dunia ini. Benar? Ya, benar.
Di media sosial, online, mudah sekali ditemukan berita-berita terkini, informasi yang sangat membuka wawasan, mudahnya mencari apapun di zaman seperti sekarang. Benar? Ya, benar.

Loh, kalau begitu hancurnya dimana?

Hipotesa gue begini,
memang hal itu menjadi sangat baik, karena anak muda menjadi lebih mudah mendapatkan informasi. Mengetahui hal-hal baru.

Tapi, sampai sejauh ini gue masih tetap berdoa supaya internet tiba-tiba mati lalu Indonesia kembali berkembang dengan cara yang biasa. Kita ini belum siap.
Belum siap terletak di begitu banyak sumber informasi online yang tidak jelas sumber dan buktinya, begitu banyak orang yang tinggal copy-paste di website mereka tanpa memikirkan akibat apa yang dihasilkan kalau-kalau informasi yang disebarkan ternyata salah, begitu banyaknya pengguna awam internet yang berlipat ganda setiap harinya.

Indonesia sedang mendapatkan bonus demografi, artinya 15-20 tahun ke depan Indonesia memiliki rakyat dalam usia produktif sangat banyak. Artinya lagi, di masa sekarang, yang dimaksud bonus demografi itu adalah gue dan teman-teman gue. Ya, remaja masa sekarang.

Baper timbul bukan tanpa alasan. Suatu istilah bisa meningkat popularitasnya tentu karena memang sedang dialami banyak orang. Berarti benar, bahwa memang remaja sekarang terlampau sering baper. Jika seseorang sedang baper, dia akan kehilangan separuh kesadaran, emosinya meningkat tajam, dan tidak mempedulikan lingkungan sekitar.
Hal ini terlihat jelas ketika banyak sekali remaja yang suka dengan akun-akun horoscope golongan darah, kata-kata bijak, hingga sesuatu yang menyangkut diri mereka.
Ya, mereka suka berbagi bahwa ketika golongan darah mereka O, ternyata mereka lebih mudah terangsang saat melihat kucing. Mereka bangga dengan itu.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam menerima hal dari luar, remaja Indonesia mendahulukan perasaan daripada otak mereka. Kalau saja mendahulukan otak, buat apa coba bangga dengan tulisan horoscope yang bisa dikarang semua orang?
Terlampau banyak status kebencian di akun-akun remaja, komentar-komentar di media sosial seakan mereka paling tahu segala hal, mencaci orang lain yang tidak sepaham dengan mereka, menghina orang lain yang tidak mereka kenal, menebar kebencian di internet.
Hal ini mengindikasikan bahwa remaja Indonesia terlalu sulit mengendalikan emosi mereka, baper, yang menyebabkan kehilangan kesadaran.

Izinkan gue, membuat sebuah garis kecil yang semoga saja tidak ada ketika bapernya remaja Indonesia ini bertemu dengan kemajuan teknologi informasi.
Ya, akan banyak orang tahu banyak hal di negeri kita. Benar atau salahnya belakangan.
Akan banyak orang yang dengan mudah mengatakan asu ke orang yang dia bahkan dia belum kenal, hanya karna berbeda pendapat.
Akan banyak orang yang berdebat dengan argumen masing-masing, meski sama-sama berpijak di argumen yang salah ya masa bodoh, menjadi pemenang adalah segalanya. Musyawarah mufakat sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. 
Akan banyak orang yang mendahulukan perkataan daripada perbuatan, "bacot dulu kalau presiden kita itu bego, kontribusi gue buat Indonesia apa mah belakangan. Yang penting ngebacot dulu."

Dan masih banyak hal lagi yang tidak bisa gue bayangkan. Jika terus berlanjut, apa ada kata lain yang bisa menggambarkan Indonesia selain hancur? See ya!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.