Rasa dan Respon
![]() |
Sumber |
Tentu saja di dunia ini banyak sekali macam-macam rasa. Ada
takut, bahagia, senang, sedih, horny, sampai dengan marah. Hal pertama yang gue
perhatikan dari rasa-rasa ini adalah mereka semua perlu pemicu untuk bisa
muncul.
Sebut saja marah. Marah baru bisa muncul ketika kejiwaan
seseorang diganggu oleh hal-hal yang mengganggu, tentu saja. Misalnya gue lagi
asik main pes tiba-tiba cewek gue rewel di ujung handphone satunya sehingga
bikin gue hilang kendali dan kemampuan, akhirnya gue kalah. Ya, gue marah kepada
semesta kenapa bisa-bisanya memberi pacar yang tidak pengertian. Sesederhana
itu.
Atau pesta bikini, ya pesta rasis yang diadakan di ibukota
itu. Kok bisa rasis? Ya bayangkan saja namanya pesta bikini, tentu saja memakai
bikini dan bukan kain kafan. Lalu bagaimana nasib pemuda-pemudi yang kulitnya
berpanu? Berkurap? Berkusta? Yang ketiaknya kehitam-hitaman? Yang ada bukannya
senang karna habis UN tapi terbongkar semua rahasianya. Atas nama suwir ayam di
buryam gue mendeklarasikan bahwa sungguh nista pesta-pesta semacam itu.
Oke lupakan pesta, contoh lain adalah bola basket milik mbak
pamela yang mudah membangkitkan gairah lelaki untuk memantulkannya. Lelaki mana
yang bisa munafik di hadapan setan ketika melihat keaslian dan bentuk alami
seperti itu? Kalaupun ada yang protes alah percaya sama gue itu cuma di depan
orang lain, aslinya ya dia melakukan praktek save as.
Nah itu lho maksud gue bahwa semua rasa yang ada di dalam
diri manusia perlu dipicu untuk keluar. Ya, benar sekali tuan dan putri
sekalian, eittss sebelum melanjutkan tulisan ini alangkah bijak dan penuh
perhitungan apabila gue memotong kuku sebentar. Rasanya sungguh mengganggu
ketika mengetik tapi kuku terlalu panjang. Sebentar ya.
*Setelah beberapa kali terdengar bunyi ‘cetik’.*
Sampai dimana tadi? Oh iya, pokoknya rasa-rasa dalam diri
seorang manusia perlu dipicu supaya bisa muncul. Gitu.
Tentu saja gue datang tidak hanya membawa informasi sekecil
itu. Begini,
Pernah menonton stand up comedy? Baiklah jika belum, tapi sehina mungkin pasti kita pernah
mendengar teman melawak atau bercanda.
Rentang humor tiap manusia berbeda-beda, tapi kebanyakan
cewek sih kalau ngobrol sama gue pasti ketawa entah karena lucu atau memang
mereka terlalu ingin berada di dekat gue. Bukan, maksudnya setinggi apapun selera
humor seseorang atau sebaliknya pasti dia tidak akan tertawa saat:
1. Dirinya dihina dan dijelek-jelekkan dengan cara
yang lucu,
2. Lelucon yang masuk ke otaknya adalah hal yang
pernah dia dengar.
Nomor dua, ya itu bagian seru dari tulisan yang inspirasinya
didapat saat nonton acara om Mario Teguh. Begini sahabat, ketika kita
mendengarkan lawakan yang sama walaupun kita tertawa untuk pertama kalinya, gue
jamin respon yang muncul ketika mendengar lawakan yang sama untuk kedua kalinya
pasti akan berkurang atau malah hilang.
Nah, menarik bukan?
Belum paham? Gue ulang ya,
Manusia punya rasa,
Rasa perlu pemicu untuk muncul,
Lawakan adalah pemicu untuk rasa lucu,
Lawakan yang sama untuk kedua kalinya akan membuat rasa lucu
yang muncul berkurang bahkan
hilang,
Sekali lagi, lucu itu termasuk rasa yang bisa dipicu.
Hipotesa pertama adalah hal di atas seharusnya terjadi di
semua jenis rasa termasuk senang, sedih, galau, marah, cinta, horny, dan
teman-temannya.
Gue nggak mau dong hanya mendapatkan hal seperti itu, akhirnya
gue lakukan percobaan.
Hari pertama nonton bokep, gue horny tuh. Sumpah. Jujur.
Setelah menggunakan beberapa teknik ampuh, akhirnya mereda
rasa itu. Dengan sigap gue langsung nonton lagi, yaiya tentu saja horny lagi
tapi gue lebih ke males buat nonton karena nggak pengin aja.
Besoknya gue nonton ulang dan sedikit banyak rasa yang gue
dapatkan sama seperti hari pertama yang cenderung besar.
Ya, kesimpulannya adalah respon untuk suatu rasa akan
menurun jika diberi pemicu yang sama selama rasa itu masih terpuaskan.
Gue akan tertawa kepada sebuah joke dan akan terus tertawa
sampai puas, jika mendapati joke yang sama gue nggak akan ketawa karena secara
teori rasa ingin tertawa gue masih terpuaskan khusus untuk joke tadi. Bayangkan
kalau gue lupa tentang joke tadi, sejatinya gue akan tertawa lagi.
Untuk pembaca kesayangan gue, tentu saja kita pernah
bersedih atas sebuah kejadian baik kehilangan atau apapun itu. Karena dalam
keyakinan gue, nggak akan ada hal baik ketika seseorang bersedih maka atas nama
kemanusiaan yang suci gue beranikan untuk menulis hal ini. Jika hal lucu bisa
membosankan, tentu saja sedih juga bisa layaknya bahagia. Pernah tidak ketika
ulang tahun kita hanya diberi ucapan selamat oleh beberapa orang? Apa bahagia?
Jujur saja, gue merasa biasa saja karena rasa bahagia atas hal itu pernah dan
masih terpuaskan sejak pertama kali gue ngerti bahwa orang yang paling gue
harapkan memberi ucapan telah melakukannya.
Ya, sedih juga. Hanya perlu bosan dalam kesedihan untuk
keluar darinya. Bagaimana caranya, kalian akan tahu sendiri. Hehe. See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.