Bertanya
![]() |
Sumber |
Kegiatan memberi pertanyaan kita sebut bertanya, tentunya. Bertanya itu sangat penting dalam hidup ini, seperti dirimu yang penting bagiku.
Bahkan sampai ada pepatah yang membuat sebuah deklarasi, "Malu bertanya sesat di jalan.".
Tapi di dunia bagian orang-orang pintar, banyak yang berusaha mematahkan kata pepatah itu dengan membuat GPS dan programnya.
Plis ketawa, gue mikir keras lho.
Seperti biasa, di dalam penerapan bertanya terdapat banyak variasi. Sebut saja variasi bertanya sambil membentak ketika kita terkejut.
"Bro, kemarin gue sama gebetan lo nonton film bareng." Ucap seorang sahabat dari ras anjing.
"APA?!"
Nah contoh di atas merupakan variasi bertanya sambil membentak. Mau lagi? Ada juga bertanya dalam diam. Biasanya bertanya seperti ini ditunjukkan dengan mimik muka bingung dan berharap mendapat kejelasan dari lawan bicara.
Kalau dalam bentuk chat atau teks biasanya menggunakan tanda tanya saja.
"Bro, kemarin gue kdshgjsri sama iusddhg9srgjwo lalu kita isghiugbsdi."
" ???"
Nah gitu.
Lalu apakah penting membahas semua hal di atas dalam tulisan ini? Tentu tidak, biar panjang saja bung, nona.
Lalu bagaimana jika bertanya menghilang tiba-tiba dari dunia? Ya, kisahnya akan sama dengan indomie telor dengan cabai rawit lima biji yang menghilang, dunia bisa bergetar.
Lihat saja, indomie adalah sahabat mahasiswa saat mengerjakan tugas-tugas kompleks yang memakan jam tidur malam. Warung steak mana yang buka tengah malam? Warung ramen mana yang bisa menolong? Tidak ada. Yang ada hanya perwujudan malaikat penolong dalam bentuk burjo yang menyediakan indomie telor.
Bagaimana jika indomie yang sebagai penyelamat mahasiswa ketika lapar jam dua dini hari menghilang?
Sudah jelas toh, hancur generasi muda bangsa ini.
Indomie adalah nyawa bangsa Indonesia, jangan salah. Dia adalah denyut nadi bangsa ini yang menemani dalam kesunyian, menolong dalam keadaan yang mustahil untuk makanan lain bisa menolong, mencetak generasi penerus bangsa yang visioner, pokoknya keberadaan indomie lebih penting daripada keberadaan situ.
Lalu apa hubungan indomie dan bertanya? Tidak ada, wong gue ngarang.
Mari berandai-andai kalau bertanya adalah sebuah kelompok belajar.
Jika memang benar bahwa bertanya adalah kelompok belajar maka mendapat informasi menjadi sang ketua kelompok, yang mencetuskan adanya kelompok itu. Tak bisa dipungkiri bahwa keinginan mendapat informasi adalah hal yang membuat bertanya ada di dunia ini.
"Mas, terminal tirtonadi itu dimana ya?" Seorang mbak-mbak nanya ke gue dengan polos di kabupaten Karanganyar.
Lalu gue jelaskan dengan baik bahwa itu masih jauh eh dia kaget. Gitu.
Lalu ada wakil ketua kelompok, menguji kemampuan orang lain. Jangan salah, bertanya bisa menjadi serangan jitu kepada orang-orang yang sok tahu dan maunya dianggap pintar. Orang yang tidak benar-benar paham akan bingung jika diberi tiga atau lebih pertanyaan bertingkat.
Misal ya,
Ora (Panggilan kepada seseorang) : "Kita di dunia ini belajar untuk apa sebenarnya?"
Gan (Untuk manggil gue karena ganteng) : "Untuk mendidik anak, biar mereka nggak tumbuh dengan cara yang salah. Untuk memberi solusi supaya ketika keluarga dan orang lain dapat masalah bisa diselesaikan secara efektif."
Ora : "Sesungguhnya jawabanmu itu terlalu duniawi. Semua yang kita lakukan seharusnya untuk beribadah kepada Tuhan, bukan untuk hal-hal seperti itu."
Ya gue nggak terima dong. Sudah menjawab dengan sungguh-sungguh ternyata cuma mau diceramahin.
Gan : "Mendidik anak dan memberi solusi itu nggak termasuk beribadah kepada Tuhan?"
Ora : "Udah ya, mau makan."
Nah gitu sih kurang lebih contohnya. Hehe.
Kemudian ada anggota kelompok yang tidak begitu penting, basa-basi. Ini adalah senjata andalan para jomblowan/wati yang berusaha lepas dari jerat kesepian dan nihil perhatian. Seringnya mereka bertanya ketika melakukan pendekatan, harapannya sih bisa tahu apa yang doi suka, apa yang bisa bikin doi jadi mau sama si jomblo tadi.
Kalau enggak ya biar ada bahan pembicaraan aja. Kasian memang.
Terakhir, ada anggota yang bernama meminta sesuatu. Sebenarnya ini termasuk menyuruh tapi disampaikan dengan cara bertanya. Ribet juga ya.
"Mau nganterin gue nggak?" Adalah kata lain dari "Anterin gue dong!". Gitu.
Namanya juga kelompok belajar, harus ada frekuensi yang pas supaya tidak terjadi error yang berlebihan. Bayangkan apabila sebuah kelompok belajar tadi melakukan kegiatannya sehari dua kali dalam seminggu.
Apa yang akan terjadi? Iya, jenuh dan bosan.
Pun bertanya.
Bertanya yang terlalu berlebihan akan membuat seseorang jenuh karena terus dikenai pertanyaan, selain itu si penanya nantinya dianggap bodoh karena bisanya cuma tanya mulu.
Oleh sebab itu diperlukan keseimbangan antara bertanya, memberi tahu, dan menyuruh. Kalau mau disukai banyak orang ya monggo banyak-banyak memberi tahu dan mengurangi menyuruh lalu bertanya kalau tidak tahu saja. Gitu.
Apa ada hal menariknya? Nggak ada. Namanya juga bingung mau nulis apa jadinya ya nulis sekenanya aja wahai teman-teman. Bertanyalah secukupnya supaya dirimu tidak dianggap malas karena tidak mau mencari tahu sendiri. See ya!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.