Atas Nama Rindu Akan Perhatianmu

Siang. Udah kenalan kan? Walaupun kenalannya di post gue sebelum ini mawut tapi ndak apa-apa lah. Mau gue edit juga gimana, telanjur dibaca orang. Etapi perasaan sandiwara gue di post pertama berlebihan. Iya. Sandiwara. Tapi cuma gaya penulisannya lho ya, kalo kontennya 100% apa adanya. Elah! Brengsek lagi. Ini salahnya Dika. Iya. Dika. Gue ngerasa didikte. Ckckck, gue harus lebih mantepin jati diri *padahal masih nyari*. Brengsek lagi-lagi. Gue keduluan Dika. Iya. Dika. ngepost perihal takdir. Yaudah ndak apa-apa, secara gue dan doi sepemikiran kalau menyangkut takdir. *kemudian temangsang*

Okelah, gue mau bahas tentang sesuatu hal nih, satu aja tapi, kalo banyak-banyak takutnya ntar tingkat-antusiasme-kalian-nungguin-post-gue jadi turun soalnya gue suka apresiasi.

“Elah, ngarepin banget.”

Sensi amat, gue suka apresiasi bukan berarti gue butuh. Ngga kayak Dika. Iya. Dika. Doi kan suka cewek tapi emang bener-bener sangat bener-bener sangat butuh cewek.

 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sesuai judul diatas, berawal dari pemberian Tuhan Yang Maha Esa yang kita beri nama “Mata”, gue bisa menyaksikan dan ikut khawatir juga sebenernya, pas ngelihat seseorang mainin handphone, bukan handphone-nya yang bermasalah bukan juga orangnya bukan juga cara keluarinnya, tau apa?

“TANGANNYA!!”

Gue yakin hidup lo penuh tawa.

Jadi yang salah itu situasinya. Udah tau arahnya kemana kan? Dilanjutin ndak nih?

“UDAH SAMPAI DISINI AJA!!”

Elah, ngerasa ya?

Ini mau gue bahas gimananya ya? Ah, mungkin post ini bakalan lebih ke “mempertanyakan” aja, secara gue ngga habis pikir juga. Dan buat jaga-jaga biar post ini ndak termasuk “ngebicarain orang dari belakang” (padahal dari blog) maka gue cuma ngebahas alasannya aja, subyeknya silahkan diimajinasikan dalam pikiran masing-masing, tapi kalo ternyata lo memenuhi syarat ya silahkan otaknya bisa dianggurin dan baca post ini sambil ngaca.

So, ini list alasan yang udah gue pikirin mentah-mentah:

A. Mereka (Udah tau kan siapa yang gue sebut mereka?) ndak punya rasa hormat.

B. Mereka (Beneran udah tau kan?) kecanduan teknologi.

C. Mereka (Yaudah gue kasih tau, yang lagi ada di kaca depan lo) ndak tertarik sama “situasi” yang
lagi dijalanin.

D. Mereka (Yang ini, saat ini, setau gue bukan Dika) takut dimarahin pacar kalo SMS-nya ndak dibales.

E. Mereka (Bisa siapa aja) sedang ada panggilan mendadak.

Nah, alasannya udah dikumpulin, kalo menurut lo ada yang perlu ditambahin ya silahkan cari cara buat ngehubungin gue. Sekarang kita kira-kira “situasinya”:

A.

Ah, lama, langsung aja gue kasih situasinya: Rapat. Sekarang kita aplikasikan ke alasannya:

Mereka (Udah tau kan siapa yang gue sebut mereka?) ndak punya rasa hormat.
Ini paling mengkhawatirkan menurut gue. Disaat seseorang sudah tidak punya rasa hormat maka kehormatan itu sendiri yang akan menjatuhkan orang tersebut.

Ah, kurang pas.

Disaat seseorang sudah tidak menghormati maka kehormatan itu sendiri yang akan beraksi.

Ah, wagu.

Menghormati adalah menangkal efek-efek negatif yang berlomba-lomba masuk ke hati.

Hmm,  boleh juga tuh.

Mereka (Beneran udah tau kan?) kecanduan teknologi.

Segitunya? Tau situasi juga ah.

Mereka (Yaudah gue kasih tau, yang lagi ada di kaca depan lo) ndak tertarik sama “situasi” 
yang lagi dijalanin.

Lah, bukannya itu udah jadi tanggung jawab mereka sebagai anggota rapat? Kalo emang ndak minat ya resign aja.

Mereka (Yang ini, saat ini, setau gue bukan Dika) takut dimarahin pacar kalo SMS-nya ndak dibales.

Ini alasan yang paling cuwiuw!! Paling bikin ngakak, paling bikin gue bingung.

Mereka (Bisa siapa aja) sedang ada panggilan mendadak.

Yang ini dimaklumin aja, gue juga pernah soalnya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Aku takut suatu hari teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot"

Albert Einstein
1374960_10152689713290942_1546411223_n

Berasa familier? Yuk dicoba agak dikurangin pegang gadget-nya, dijlatin misalnya. Kita nikmatin momen yang lagi kita jalanin, kan ndak seru banget misalnya kita ngelewatin meteor jatuh atau Dika nembak cuma karena baca SMS.

Dan dari lo ngurangin ketergantungan sama teknologi lo udah belajar banyak hal, diantaranya:

Lo udah belajar menghargai orang lain (bukan dikasih price tag lho ya).

Belajar menahan diri (tapi kalo emang udah kebelet  ya jangan ditahan).

Belajar bersyukur, nikmatin yang ada saat itu mulai dari waktu, momen yang terjadi, dan juga ngasih
otak kita ingatan/kenangan buat dinikmatin pas tua nanti (yang ini ndak bisa gue bacandain, wagu).

Dan yang paling penting kita bisa belajar buat belajar, nah lo, gimana coba? Nah nah nah nah nah, gue jadi dapet topik baru nih buat post tahun depan. Udahan yah, dadah..

Oya, kamu hapenya dimasukin dulu gih ke tas, aku butuh perhatian nih.

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.