Cerita Lagi

Eh, ini ada cerita lagi, baca ya. :*

Suatu waktu, pagi hari di sebuah sekolah menengah pertama yang agak terkenal di sebuah kota, ada anak bernama Tejo. Nggak perlu diperjelas lagi ya kalo Tejo ini adalah Dika. Kali ini Tejo kembali mengalami hal sial, entahlah dia ini anak yang biasa ganteng sebenarnya tapi hidupnya tak seganteng wajahnya. Kala itu setelah Tejo selesai eek di waktu pagi, dia sangat bersemangat karena ada pelajaran olah raga. Dengan menunggangi belalang tempur milik ayahnya dia diantar sampai depan sekolah dengan selamat dan semakin ganteng.

Sampai di kelas dia bercanda sama wanita-wanita cantik, wajarlah dia kan ganteng. Tapi sayang, yang dimaksud wanita adalah belalang wanita. Dia memegangi bagian intim wanita tadi, dan nampaknya si wanita tadi keenakan dan ketagihan. Bukan, ini hanya karangan saja kok, sebenarnya tidak begitu. Tejo sangat takut kepada belalang, apalagi yang wanita. Entah kenapa. Akhirnya bel masuk pelajaran dibunyikan, siapa yang membunyikan ya mana saya tahu.

Mungkin sok cool dan sok ganteng adalah bakat Tejo, dia melakukan gerakan layaknya atlit tapi bukan atlit susanto kok. Dia belagu hari itu sok nggak memerhatikan materi pelajaran karena ingin cepat bermain bola, wajarlah dia sempat berkeinginan menjadi pemain bola, mentok-mentoknya ya pemain bokep kan sama-sama mainan bola, pikirnya. Setelah materi pelajaran selesai Tejo segera mencetuskan bahwa kelasnya akan bermain bola, dan langsung menyusun gawang dari sepatu-sepatu.

Tim sudah terbagi menjadi dua, dan permainan dimulai. Semua berjalan seperti rencana sampai seorang wanita bertanya nama. ~
Oh enggak maksud saya sampai kedudukan menjadi tak seimbang alias berat sebelah, tim Tejo kalah dan ia frustasi. Bermaksud melakukan tendangan jarak jauh, tapi yang Tejo dapati adalah tendangannya membawa bola melewati pagar sekolah dan dia dipaksa mengambil bola tadi. Sebagai seorang lelaki, Tejo memilih memanjat gerbang yang tinggi dan agak berkarat.
Semua berjalan sesuai rencana sampai Tejo berada di atas pagar tadi, kemudian semuanya berubah, pagar yang Tejo panjat bergoyang sebesar 10 SR. Hanya saja tanpa tsunami.

Tejo terombang ambing karena pagar tadi bagian bawahnya adalah roda, jadi gampang goyang, secara fakta Tejo ini bego juga ya. Karena takut ambruk, Tejo memutuskan untuk melompat dari pagar tadi tapi apa daya, tak semua anggota tubuh Tejo berhasil selamat, kaki kanannya tertinggal di sela-sela lubang bagian atas pagar dan keadaan Tejo sangat mengenaskan, bukan kok bukan karena jatuh tapi karena teman-temannya tertawa sampai pulang sekolah.
Dia ditertawakan bahkan ketika dia harus menahan sakit yang biasa saja. Sungguh hal yang menyakitkan hati dan kaki.

Mau menangis tapi tak sanggup menahan tawa, akhirnya Tejo malah tertawa, saya juga bingung kenapa bisa begitu. Setelah kejadian itu Tejo menjadi lebih berpengalaman dalam hal panjat memanjat pagar. Dia benar-benar disadarkan alam bahwa kalau melompat itu jangan meninggalkan kaki di atas. Sampai saat ini luka karena kejadian itu masih membekas dan bernilai sejarah tinggi untuk diceritakan kepada anak cucu Tejo. Selesai!

G+

Tidak ada komentar

Silakan tulis sesuka lo dan kalau gue nggak suka ya gue hapus sesuka gue.